Juru bicara
Kepresidenan Julian Aldrin Pasha membantah negara melakukan pembiaran sehingga
gagal melindungi para pemeluk agama minoritas. Kata dia, semua warga negara
dipandang sama, tak memandang kepercayaan yang dianut. "Agama minoritas?
Kami bahkan tak mengenal istilah minoritas. Semua sama," kata Julian.
Sebelumnya, Human
Rights Watch menilai pemerintah Indonesia gagal melindungi penganut agama
minoritas. Lembaga swadaya masyarakat
internasional yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, itu menyoroti
banyaknya kasus serangan kelompok militan terhadap tempat ibadah dan penganut
agama minoritas. Mereka mencatat terjadinya sekitar 264 kasus kekerasan
sepanjang tahun 2012. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya sebanyak 244
kasus. Catatan tersebut mengutip data Setara Institute.
Julian mengatakan,
persoalan kekerasan terhadap pemeluk agama tak bisa dilihat dari satu sudut
pandang saja. Apalagi kemudian menyalahkan pihak-pihak berwajib seperti
kepolisian, pemerintah, hingga kelompok pemeluk agama yang lain. Bisa-bisa,
situasi yang ada bertambah panas. "Di negara homogen saja, benturan bisa
terjadi. Apalagi di negara seperti Indonesia, yang besar, dan memiliki
keanekaragaman suku, agama, dan budaya," kata dia.
Indonesia, kata
Julian, sudah banyak mendapat pengakuan dari dunia internasional ihwal
kerukunan antar-umat beragama. Pengakuan itu, bukan diminta, tapi diberikan
karena banyak kalangan yang merasakan penerapan kerukunan di Indonesia.
"Jadi sebenarnya ini perlu diluruskan, LSM menyebut seperti itu
kepentingannya apa? Apakah untuk kepentingan nasional, atau pihak tertentu?"
ujar Julian. [Mh]
Sumber: Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar