Kamis, 28 Februari 2013

Kelompok Teror Koronjobu Diduga Pembunuh 2 Polisi


 


Kelompok teror Poso yang membuat markas pelatihan militer di pegunungan Koronjobu, Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah diduga kuat merupakan pelaku pembunuhan dua anggota polisi yang ditemukan tak bernyawa pada Selasa 16 Oktober 2012 di areal hutan Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso.

Selain itu, kelompok tersebut pun diduga kuat menjadi dalang dibalik sejumlah aksi peletakan bom di Pos Polisi dan rumah kepala Dinas Pekerjaan Umum di Poso. Dugaan itu merupakan hasil pengembangan pemeriksaan terhadap I alias S, seorang anggota kelompok pelatihan teror yang berhasil ditangkap saat penggerebekan polisi di kawasan Gunung Koronjobu pada Rabu (12/12/2012).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, menjelaskan dari hasil pengembangan terhadap I alias S didapatkan informasi-informasi penting termasuk sejumlah aksi teror di Poso baru-baru ini

“Satu orang terduga teroris masih dilakukan pemeriksaan, masih dikembangkan untuk pencarian TKP-TKP lainnya,” ungkap Boy seperti dilansir Tribunnews.com, Senin (17/12/2012).

Selain itu dari keterangan I alias S, juga terungkap titik terang pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Sudirman (anggota Polres Poso), dan Briptu Andi Sapa (anggota Polsek Poso Pesisir), peletakan bom di Pos Polisi, dan peletakan bom di rumah kepala dinas Pekerjaan Umum awal Oktober 2012.
“Diduga kuat mereka yang melakukannya,” ucap Boy.

Pada Rabu (12/12/2012) polisi menggerebek sebuah lahan yang disinyalir hendak dijadikan pelatihan teror. Kelompok orang yang berjumlah sekitar 20 orang terpantau sedang melakukan pembersihan lahan milik Mukhrim. Diduga kuat tempat tersebut akan digunakan untuk melakukan aktivitas pelatihan teror layaknya di Gunung Biru. 

“Jadi ini merupakan salah satu yang pernah kita identifikasi mereka melakukan aktivitas ini berpindah dari kawasan satu ke kawasan lain, tapi tidaklah berjauhan lokasi-lokasinya. Masih di kawasan di desa Kalora dan kawasan Poso,” ungkapnya.

Saat penggerebekan, sempat terjadi baku tembak selama satu jam. Seorang terduga teroris berhasil ditangkap. Dari tangan orang tersebut, disita pistol jenis FN dan revolver berikut lebih dari 1.000 butir amunisi.

Dalam olah TKP, polisi mengamankan 66 barang-barang yang ditinggalkan kelompok bersenjata tersebut. Di antara barang-barang tersebut terdapat baju loreng, sebuah chan shew atau senso kayu, gulungan kabel, dan sepatu. Selain itu polisi juga menemukan sebuah KTP dan uang sebesar Rp252 ribu. (sf).


Sumber: Lazuardi Birru

PM Palestina Serukan Boikot Produk Israel


 

Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad, menyerukan boikot terhadap produk Israel sebagai reaksi atas penahanan hasil pajak Palestina.

“Saya menyerukan Intifada (perlawanan) ekonomi, yang dimulai dengan boikot terhadap produk Israel sebagai reaksi atas perompakan Israel dan pencurian uang palestina,” kata Fayyad kepada wartawan di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan.

Ia menambahkan, Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) berada dalam kondisi sangat berbahaya.
Israel awal Desember memutuskan untuk menahan lebih dari 100 juta dolar AS hasil pajak bulanan yang dikumpulkannya buat PNA, sebagai reaksi atas peningkatan status Palestina di PBB menjadi negara pengamat non-anggota, dengan perolehan suara 138 berbanding sembilan pada November.

Penahanan tersebut menghalangi PNA membayar gaji bulan November untuk 150.000 pegawai di daftarnya, demikian laporan Xinhua.

Fayyad menambahkan beberapa negara mendesak Israel agar mengucurkan dana yang dikumpulkannya dari ekspor dan impor Palestina atas nama PNA, sembari menyatakan bahwa upaya untuk membuat Israel mengubah keputusannya masih belum membuahkan hasil.

PNA, yang mengalami kekurangan satu miliar dolar AS, memerlukan lebih dari 240 juta dolar untuk memenuhi komitmen keuangannya setiap bulan.[Az].


Sumber: Lazuardi Birru

Dialog, Upaya Preventif Paling Jitu Tangani Radikalisme


 

Persoalan radikalisme yang berujung pada aksi teror merupakan masalah yang cukup kompleks. Di dalamnya tidak melulu faktor ideologi, namun ada faktor lain, seperti keadilan, sosial politik, dan faktor lain yang juga mempengaruhi tindakan tersebut. Karena itu, perlu ada dialog yang masif menyelesaikan masalah itu.

Direktur Program Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Eko Prasetyo mengatakan, ideologi terorisme tak bisa diberangus hanya dengan cara melakukan tindakan represif, seperti penembakan.

“Upaya-upaya represif tidak pernah bisa membuat teror mereda. Selalu muncul dan selalu muncul. Maka menurut saya, upaya yang harus lebih ditekankan adalah menggalang dialog dan komunikasi intensif antarkelompok keagamaan yang ada,” kata Eko pada Lazuardi Birru.

Selain itu, Eko berpandangan bahwa sikap represif aparat justru bisa memunculkan sikap keras yang serupa dari kelompok-kelompok keagamaan radikal. Kekerasan memancing kekerasan. “Dialog antarkelompok dalam Islam itu penting untuk membuka pintu perdamaian. Kemudian harus diciptakan situasi kondusif untuk mendorong penegakan hukum yang adil,” imbuhnya.

Kuncinya, kata Eko, tetap ada di ulama. Menurut dia, penanggulangan terlalu sulit, namun pencegahan dan tindakan preventif masih bisa dilakukan dan diusahakan.
Hal senada disampaikan Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogkayakarta, Dr. Ahmad Yani Anshori, MA. Menurut dia, tindakan preventif yang bisa dilakukan dengan upaya membangun dialog dengan new social movement (istilah Yani menyebut kelompok radikal, red) tersebut.

“Kelompok-kelompok salafi sebagai new social-relgious movement  ini tumbuh, mendidik orang, jaringan luas sampai ke luar negeri. Mereka juga punya keahlian elektroik, mengoperasikan internet dan lain sebagainya. Mereka lintas batas dalam berhubungan. Sementara mereka tidak mau mendekat dengan kiai-kiai NU atau para cendekiawan Muhammadiyah yang sudah mapan,” kata Yani pada Lazuardi Birru.

Karena itu, lanjut Yani, tindakan preventif yang bisa dilakukan adalah dengan jalan dialog. Menurut Yani, jangan sampai ulama dan cendikiawan justru menjauhi kelompok yang dianggap radikal ini. Sebab kalau kelompok ini tidak didekati dan diajak dialog, dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan dan kekerasan.[Az].


Sumber: Lazuardi Birru

Sepanjang 2012, Praktek Intoleransi dan Diskriminasi Meningkat


 

Dalam laporan akhir tahun yang dirilis oleh Setara Institute, sepanjang 2012 kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia masih mengalamai praktik intoleransi, diskriminatif, dan kekerasan. Bahkan, tahun ini terjadi peningkatan..

Dalam laporan per 15 Desember 2012 tersebut, Setara mencatat, terdapat 264 peristiwa pelanggaran kebebasan/berkeyakinan serta 371 tindakan pelanggaran dalam perspektif HAM yang terjadi dalam kurun waktu setahun terakhir.

“Peningkatan jumlah peristiwa dan tindakan intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan terlihat meningkat dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Terdapat peningkatan dalam jumlah peristiwa dan tindakan yang terjadi,” kata Wakil Ketua Setara Institute, Tigor Naipospos, dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Atlet Century, Jakarta, Senin, 17/12/2012.

Adapun temuan tahun 2012 tersebut mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2011, terjadi 144 peristiwa dan 299 tindakan intoleransi. Tahun 2010, ada 216 peristiwa dan 286 tindakan. Kemudian berturut-turut 200 peristiwa dan 291 tindakan di 2009, 265 peristiwa dan 367 tindakan di 2008, serta 135 peristiwa dan 185 tindakan.

Sekedar catatan, laporan pemantauan ini membagi empat kategori tindakan pelanggaran, subjek hukum dan pertanggungjawaban. Pertama, tindakan aktif negara (by cimission). Kedua, Tindakan pembiaran yang dilakukan oleh negara (by ommision). Ketiga, tindakan kriminal warga negara. Keempat, tindakan intoleransi yang dilakukan oleh masyarakat.[Az].

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 27 Februari 2013

Cendekiawan Harus Ambil Peran Bangun Bangsa


 


Para cendikiawan muslim diminta ikut menjadi bagian dalam menata kemajuan bangsa dan membangun peradaban. Salah satu caranya mereka ikut membangun institusi politik.

“Cendekiawan kita dapat ambil bagian dan berkontribusi pada bangsa yakni melalui turut aktif tingkatkan mutu dan kinerja institusi,” kata Wakil Presiden RI, Boediono saat menyampaikan sambutan di Silaturahim Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Jakarta, Selasa (18/12/2012).
Menurut Boediono institusi yang perlu diprioritaskan adalah institusi politik. Sebab, aturan main induk atau dasar kenegaraan ditentukan institusi politik. Karena itu, kata Wapres para cendekiawan dinilai perlu terjun ke institusi politik.

Wapres menyadari cendekiawan akan menghadapi dilema pada kehidupan politik yakni, antara pragmatisme dan idealisme, objektivitas dan subjektivitas, kepentingan sempit dan besar. Tetapi, kata dia, hal itu merupakan tantangan besar yang dihadapi cendekiawan.
“Kita tidak boleh terjebak menunggu kehadiran manusia serba unggul, superhuman dari filsuf Nitche, atau superking, atau dekati nabi,” kata dia.

Karena itu, Boediono mengimbau cendekiawan harus mampu mengubah kepemimpinan kreatif yang menyusun struktur dari realita yang ada. Menurutnya, kunci kemajuan bangsa terletak pada kemampuan bangsa membangun institusi yang dukung kemajuannya yang mencakup politik, ekonomi, hukum, sosial, dan semua yang jadi pilar berbangsa.

“Guna membangun institusi yang berfungsi baik harus disusun ‘aturan main’ dan sumber daya manusianya,” ujar Boediono.[wan].

Sumber: Lazuardi Birru

JI Merekrut Kader Baru Via Facebook


 

Jamaah Islamiyah (JI), organisasi muslim militan yang beroperasi di Asia Tenggara sejak tahun 1993, kini mulai menggunakan jejaring sosial Facebook untuk merekrut rookies alias kader baru.
Warga Malaysia bernama Mohd Noor Fikrie Abd Kahar, anak seorang pensiunan polisi, belajar terorisme dari Facebook. Ia mencoba melakukan aksi teror di Filipina, namun gagal lantaran tewas saat baku tembak dalam proses penangkapan dirinya oleh kepolisian Filipina, pada Jumat (14/12/2012) di Davao City.

Target serangan teror Fikrie masih menjadi misteri. Polisi Filipina mengatakan bahan peledak yang dibawanya bisa meledakkan mall, hotel atau gereja saat misa subuh pada hari Natal. Juga muncul spekulasi bahwa Fikrie sedang melewati masa perpeloncoannya sebagai anggota JI untuk menaikkan peringkatnya.
Meskipun anak bawang, Fikrie memiliki kontak dekat dengan pemimpin top JI sesama Melayu Malaysia bernama Zulkifli Abdul Hir alias Marwan. Marwan diyakini lolos dari serangan pasukan keamanan Filipina pada 2 Februari 2012, yang membunuh Abu Sayyaf, pemimpin kelompok teroris Filipina Umbra Jumdali Gumbhali. .

Mohd Noor Fikrie, yang lahir di Kedah, berhubungan dengan Marwan dan Abu Sayyaf melalui Facebook dan menggunakan kontak warga Sabah untuk melintas antara Sandakan (Malaysia Timur) dan Kota Zamboanga di Filipina Selatan.

Menurut sumber intelijen, Fikrie diketahui bersama gembong teroris Marwan dan Abu Sayyaf saat digerebek tentara dan polisi Filipina beberapa bulan yang lalu.
“JI dan Abu Sayyaf beroperasi bersama di wilayah Sulu, namun JI pindah ke Mindanao ketika pasukan kemanan Filipina, dengan dukungan AS dan Australia, menekan mereka,” ujar sumber intelijen seperti dikutip inilah.com dari Koran Malaysia, The Star, Selasa (18/9/2012).

Setelah serangan dilakukan ke persembunyiannya, Fikrie termasuk dalam gerombolan yang lolos. Tapi kartu tanda penduduk (KTP) Malaysia Fikrie tertinggal. Polisi Filipina terus melacak keberadaan Fikrie. Ia diketahui menikah dengan wanita katolik yang masuk Islam bernama Annabelle Nieva Lee, setelah bercerai dengan istrinya di Malaysia.

Ia ditangkap polisi Filipina bersama isterinya. Fikrie menggendong ransel yang berisi bom.
Fikrie tamat sekolah menengah dan bekerja serabutan di Malaka, hingga kemudian hijrah ke Mindanao Filipina setelah bercerai dari istrinya. Saat di Filipina, ia mengawini Lee yang berasal dari Sorsogon, kota yang menjadi pintu masuk Filipina Selatan.

Dalam beberapa tahun terakhir Fikrie diketahui direkrut JI dan berhubungan dengan para gembong JI melalui media sosial terutama Facebook. (sf).

Sumber: Lazuardi Birru

Umat Islam Dihimbau Jangan Mudah Terprovokasi



 


Umat Islam dihimbau untuk tidak terprovokasi terhadap informasi yang bisa mengganggu kerukunan antarumat beragama. Himbauan tersebut diungkapkan Ketua MUI Tangerang Selatan melalui Sekertarisnya Abdul Rajak.

“Seperti informasi untuk sweeping dan ajakan-ajakan merusak, atau mengganggu ketertiban,” kata Sekertaris MUI Abdul Razak, seperti dilansir Republika.co.id, 18/12/2012.

Menurut dia, karena dalam perayaan natal umat Islam paling mudah untuk terprovokasi isu-isu keagamaan.
MUI mengusulkan agar pengamanan natal ini bersifat internal dan eksternal, internal itu dari panita gereja dan eksternal dari kepolisian dan pemerintah daerah juga melibatkan RT/RW dari tingkat yang paling bawah. “Karena selama ini, hanya aparat TNI dan kepolisian yang mengamankan, kita inginpartisipasi dari masyarakat ikut berbaur,” ungkapnya.

Menurutnya, MUI mempersilahkan dari beberapa ormas, GP Anshor, atau pemuda remaja masjid untuk berbaur dan memberikan pengamanan. “Itu kan nggak dilarang dalam agama Islam, malah bagus untuk kerukunan,” imbuhnya.

Rajak menambahkan, masing-masing akan memberi imbauan, dari MUI atau Kesbang. Untuk ormas tidak jaga total akan tetapi partisipasi, relawan, dan tidak mengikat. “Itu tidak dilarang selama menjalin komunikasi”, kata dia.

Sementara, yang menyatakan siap baru dari BKPRMI (pemuda remaja masjid kota tangerang selatan). “Mereka menyatakan kesiapannya jika dibutuhkan untuk pengamanan, dan ini masih dalam tahap komunikasi, walaupun kegiatan ini sudah rutin,” pungkasnya.[Az].

Sumber: Lazuardi Birru

Indonesia Pimpin Forum Insinyur Muda ASEAN


 

Dalam penyelenggaraan hari pertama Konferensi Insinyur se-ASEAN di Kamboja, Senin, Indonesia dipilih secara aklamasi oleh para delegasi insinyur muda ASEAN untuk memimpin keketuaan Forum Insinyur Muda ASEAN.

Secara otomatis, Ketua Forum Anggota Muda Persatuan Insinyur Indonesia (FAM PII), Doddy Matondang akan memimpin keketuaan forum tersebut.
Dalam keterangan tertulisnya, Doddy Matondang mengatakan, melalui kepercayaan tersebut, Indonesia semakin berpeluang besar untuk kembali dipercaya dalam menyelenggarakan konferensi serupa di dalam negeri tahun depan.

Delegasi yang hadir dalam Konferensi Insinyur se-ASEAN berasal dari berbagai negara dan perwakilan negara tetangga, seperti Jepang, Australia, dan Hong Kong.
Menurut beberapa delegasi, Indonesia dipandang layak memimpin keketuaan Forum Insinyur Muda ASEAN karena dalam konferensi kerap memberikan pemaparan solusi dan ide-ide inovatif dalam berbagai kegiatan.

Salah satu dari ide tersebut adalah penggeseran sudut pandang dalam melakukan kegiatan yang umumnya berbasis program atau proyek menjadi suatu gerakan bersama.
Kemudian rencana untuk pengiriman insinyur muda Indonesia ke berbagai negara untuk melakukan aktivitas magang bersama para diaspora Indonesia yang turut disambut dengan tepuk tangan para delegasi yang hadir dalam konferensi.

Ketua FAM PII, Doddy Matondang mengatakan, dirinya dirinya percaya akan potensi luar biasa dari sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang saat ini berkarir di luar negeri dan juga dalam negeri dapat menjamin ketersampaian dari pendalaman keilmuan yang selalu berkembang setiap waktunya.
“Hal ini tentunya sangat strategis dalam membantu para insinyur muda Indonesia dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 yang memungkinkan sesama insinyur untuk bersaing dengan insinyur dari negara lainnya di lingkungan ASEAN,” kata Doddy Matondang dalam keterangan persnya kepada media di Jakarta.

Juru Bicara FAM PII dalam Konferensi Insinyur se-ASEAN, Willy Sakareza mengatakan, dalam pelaksanaan konferensi kali ini, seluruh peserta konferensi menyambut baik tawaran Indonesia untuk menerapkan konsep pembangunan yang turut serta melibatkan masyarakat secara aktif dalam pembangunan di negara-negara ASEAN.

Secara tidak langsung, konsep ini akan mendukung pencapaian MDGs melalui gerakan green infrastructure, peningkatan pendidikan, hingga pengentasan kemiskinan.
Konsep yang ditawarkan delegasi Indonesia diharapkan juga dapat mendukung pembangunan ekonomi masing-masing negara ASEAN dan juga peningkatan “human development index” di masing-masing negara.[Az].


Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 26 Februari 2013

Pemenang Lomba Sebar Do'a


Jakarta, 25 Februari 2013

No :    250/ANW/LB/II/2013
Perihal :    Pemenang Lomba Sebar Doa Lazuardi Birru

Kepada Yth,
Peserta Lomba Sebar Doa Lazuardi Birru
Di tempat

Dengan hormat,
Lazuardi Birru (www.lazuardibirru.org) merupakan organisasi non profit yang memfokuskan diri untuk melaksanakan penelitian dan advokasi kepada generasi muda agar dapat menjauhi segala aksi kekerasan atas nama agama. Lazuardi Birru giat melakukan beragam program preventif dan edukatif.
Bersama surat ini, kami memberitahukan bahwa Lomba Sebar Doa Lazuardi Birru telah berakhir dan menghasilkan 3 orang juara. Adapun nama-namanya sebagai berikut:


No
Nama Peserta
Juara
Hadiah
1
Zuliani Z
I
Rp 3,000,000
2
Muhammad F.A.
II
Rp 1,500,000
3
Lutfi Maulansyah
III
Rp 1,000,000


Keputusan juri tersebut tidak dapat diganggu-gugat, para pemenang akan dihubungi lewat telepon untuk konfirmasi mengenai mekanisme pengiriman hadiah. Lazuardi Birru mengucapkan banyak terima kasih kepada para peserta yang telah berpartisipasi dalam lomba ini.
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan. Atas perhatiannya, kami haturkan terima kasih.

Hormat kami,

 
Nugroho Wahyujatmiko, S.H., S.Sos., M.M.    
Ketua Umum Yayasan Lazuardi Birru

Orang Tua Ali Bungkam Soal Penangkapan Putranya

 
Orangtua Ali Zainal Abidin, remaja 20 tahun yang ditangkap Tim Densus 88 di Purbalingga Jawa Tengah, mengaku telah mendapatkan pemberitahuan dari pengelola pesantren tentang penangkapan itu. Sedangkan pihak Pesantren Al Mukmin Ngruki belum bisa memastikan apakah remaja tersebut benar-benar alumnus pesantren tersebut.

Orangtua Ali tinggal di RT 05 RW 07, Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo. Lokasi rumahnya hanya berjarak ratusan meter arah selatan Pesantren Al-Mukmin, Ngruki.
Ketika para wartawan datang untuk menemui kedua orangtua Ali pada Senin (17/12/2012), gerbang rumah tersebut dikunci rapat dari dalam. Fatimah, ibunda Ali yang sempat kelur rumah hanya berkata pendek.
“Saya sudah tahu (penangkapan) itu. Kemarin sudah diberitahu pengelola pesantrennya. Maaf ya, saya tidak boleh menerima tamu,” ujar Fatimah seperti dilansir detikcom.

Sementara itu Ketua RT setempat mengaku tidak terlalu mengenal sosok Ali. Meskipun sering bertemu Ali, Edi tidak pernah berbicara panjang. “Kalau ketemu, paling Ali hanya menganggukan kepala saja. Itu saja,” jelasnya seperti dikutip okezone.com.

Bahkan sejak lulus sekolah SMP Ponpes Al-Mukmin, Ngruki, Edi mengaku baru tahu bila Ali berada di Purbalingga. Saat keluar merantau dari kampung halamannya, Ali tidak meminta surat pengantar kepada dirinya.

Edi masih meragukan bila Ali terlibat aksi teror di sejumlah Pos Pam di Solo, Jawa Tengah. Pasalnya dari kehidupan keluarganya tidak menujukan ada yang aneh pada diri Ali.
“Keluarga Ali termasuk keluarga yang taat beribadah. Ayahnya Nur Adib terkenal sebagai aktif di kegiatan masjid termasuk pengajian,” ujarnya.

Ali yang sedang nyantri di Pesantren Ma’had Aly Tahfidhul Qur’an El-Suchary Purbalingga, Jawa Tengah, ditangkap oleh Densus 88/Anti Teror Mabes Polri sepulang berbelanja di pasar. Polisi menduga kuat ia membantu Farhan melakukan pelemparan granat ke pos pengamanan polisi di Gladak, Surakarta, Agustus 2012.

Sebelum nyantri di Purbalingga, Ali belajar di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Namun pihak Al-Mukmin belum bisa dimintai kepastiannya. Direktur Al-Mukmin, Ustadz Wahyuddin, mengatakan untuk memberi kepastiannya harus dilakukan dengan cara memeriksa buku induk yang membuat data santri dan alumni pesantrennya. “Kalau saat ini kami tidak bisa karena sedang ada acara,” ujar Wahyuddin. (sf).


Sumber: Lazuardi Birru