Jumat, 15 Februari 2013

Remaja Harus Steril dari Pengaruh Terorisme



Tindak pidana terorisme di Indonesia kian marak, ironisnya para pelaku tindakan keji tersebut didominasi remaja. Misalnya yang paling anyar adalah kasus Farhan Cs, pelaku teror di Solo pada Agustus 2012 yang lalu. Bahkan jauh sebelumnya, banyak remaja yang menjadi pelaku bom bunuh diri, seperti kasus yang dialami Dani Dwi Permana.

Kejadian ini merupakan bukti bahwa para pelaku teror sedang memakai modus baru, yakni merekrut anak-anak muda untuk dijadikan pelaku teror, bahkan bom bunuh diri. Kelompok teror menyasar remaja, karena masa remaja merupakan masa yang rentan, tanpa banyak pertimbangan, sehingga mudah dipengaruhi dan didoktrin.

Bahkan kelompok teror ini, tidak tanggung-tanggung mendoktrin para remaja dengan mengganti kata “teror” dengan kata “jihad”. Mereka mengatakan pada para remaja bahwa yang mereka lakukan bukanlah teror melainkan jihad. Berhati-hatilah dengan mudus operandi terorisme dalam melakukan rekrutmen seperti ini, khususnya para remaja yang masih labil, belum bisa mengorientasikan masa depannya.

Karena itu, agar tidak mudah terpengaruh dengan doktrin tersebut, maka remaja harus kritis terhadap input pengetahuan yang diterima, baik secara langsung lewat orang, maupun lewat buku bacaan, internet, dan selebaran.[Az].


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar