Diskriminasi agama masih terjadi di
mana-mana. Bahkan tidak hanya di negara-negara dalam kategori
berkembang, negara sekelas Inggris pun tidak luput dari
tindakan-tindakan diskriminatif. Di Inggris, ini tampak pada konstelasi
sosial-ekonomi yang mendesak perempuan muslim Inggris melepas jilbab
mereka untuk meningkatkan kesempatan mendapat pekerjaan.
Menurut survei surat kabar the Guardian,
muslimah Inggris, seperti etnis minoritas lain di sana, mempunyai
kesempatan dua kali lebih kecil ketimbang perempuan lain berumur sama
dengan kemampuan sama. Selama tiga dekade terakhir kondisi ini belum
banyak berubah.
Sejumlah kaum hawa muslim wajib melepas
jilbab mereka dan mengganti identitas dengan nama terdengar lebih
Inggris untuk mengurangi bentuk diskriminasi itu. “Persentase perempuan
Pakistan dan Bangladesh tidak mendapat pekerjaan mencapai 20,5 persen
ketimbang perempuan berkulit putih lain hanya 6,8 persen,” kata laporan
itu. Perempuan berkulit hitam memiliki kesempatan tidak mendapat
pekerjaan 17,7 persen.
Jajak pendapat itu mendesak pemerintah
mengubah kebijakan selama ini. Perempuan berkulit hitam, Pakistan, dan
Bangladesh sering mendapat banyak halangan mendapatkan pekerjaan.
Laporan itu juga menyebutkan perempuan muslim sudah bekerja kemudian
mempunyai anak akan memilih berhenti bekerja. Kaum minoritas mengalami
diskriminasi akhirnya enggan melamar pekerjaan.
David Lammy, anggota Partai Buruh di
parlemen, cukup terkejut dengan kenyataan ini. “Laporan ini mengejutkan.
Seharusnya pada abad ke-21 ini, di Inggris tidak terjadi hal seperti
itu di dunia kerja.” [Mh].
Sumber: Lazuardi birru
padahal kalau di liga primer inggris terkenal dengan slogan kick out racism out of football. ternyata rasis disini hanya sebatas pada warna kulit saja, sungguh pemahaman yang dangkal.
BalasHapus