Selasa, 05 Februari 2013

Muslimah Inggris Terpaksa Lepas Jilbab Demi Kesempatan Kerja



Diskriminasi agama masih terjadi di mana-mana. Bahkan tidak hanya di negara-negara dalam kategori berkembang, negara sekelas Inggris pun tidak luput dari tindakan-tindakan diskriminatif. Di Inggris, ini tampak pada konstelasi sosial-ekonomi yang mendesak perempuan muslim Inggris melepas jilbab mereka untuk meningkatkan kesempatan mendapat pekerjaan.

Menurut survei surat kabar the Guardian, muslimah Inggris, seperti etnis minoritas lain di sana, mempunyai kesempatan dua kali lebih kecil ketimbang perempuan lain berumur sama dengan kemampuan sama. Selama tiga dekade terakhir kondisi ini belum banyak berubah.

Sejumlah kaum hawa muslim wajib melepas jilbab mereka dan mengganti identitas dengan nama terdengar lebih Inggris untuk mengurangi bentuk diskriminasi itu. “Persentase perempuan Pakistan dan Bangladesh tidak mendapat pekerjaan mencapai 20,5 persen ketimbang perempuan berkulit putih lain hanya 6,8 persen,” kata laporan itu. Perempuan berkulit hitam memiliki kesempatan tidak mendapat pekerjaan 17,7 persen.

Jajak pendapat itu mendesak pemerintah mengubah kebijakan selama ini. Perempuan berkulit hitam, Pakistan, dan Bangladesh sering mendapat banyak halangan mendapatkan pekerjaan. Laporan itu juga menyebutkan perempuan muslim sudah bekerja kemudian mempunyai anak akan memilih berhenti bekerja. Kaum minoritas mengalami diskriminasi akhirnya enggan melamar pekerjaan.

David Lammy, anggota Partai Buruh di parlemen, cukup terkejut dengan kenyataan ini. “Laporan ini mengejutkan. Seharusnya pada abad ke-21 ini, di Inggris tidak terjadi hal seperti itu di dunia kerja.” [Mh].


Sumber: Lazuardi birru

1 komentar:

  1. padahal kalau di liga primer inggris terkenal dengan slogan kick out racism out of football. ternyata rasis disini hanya sebatas pada warna kulit saja, sungguh pemahaman yang dangkal.

    BalasHapus