Jumat, 15 Februari 2013

Identitas Agama Tidak Memengaruhi Pilihan Politik



Agama tidak menentukan pilihan politik pemilih. Kendati gaya hidup religius di masyarakat kian menguat, namun tidak serta merta menaikkan suara partai berbasis agama. Hal itu berkaca dari berbagai survei yang pernah dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

“Masyarakat mengalami proses santrinisasi, dan sebagian segmen muslim menjadi semakin konservatif. Namun proses itu tidak mendapatkan terjemahannya di dunia politik. Agama tidaklah terlalu berpengaruh dalam perilaku politik pemilih sebagaimana selama ini dibayangkan banyak orang. Terjadi pemisahan antara perilaku sosial dan perilaku politik,” ungkap Dr. Kuskridho Ambardi, Direktur Eksekutif LSI dalam seminar ‘Santri-Abangan Indonesia’, di gedung PAU UGM Yogyakarta, kamis (13/12/2012).

Pengajar FISIP UGM  ini menilai, masyarakat memang sedang mengalami proses santrinisasi dengan kian maraknya program acara religius di beberapa stasiun televisi. Bahkan ditunjukkan makin banyaknya kegiatan pengajian dan muslimah yang mengenakan jilbab. Namun kenyataan itu tidak serta merta menaikan suara partai Islam seperti yang terjadi pada pemilu 2009 lalu.

“Santrinisasi naik tapi perolehan suara partai islam menurun. Logikanya santri akan memilih pemimpin santri yang lebih santri, dan abangan memilih calon yang dekat ke abangan. Tapi itu tidak terjadi,” imbuh pengajar komunikasi politik itu.

Dari hasil survei yang pernah dilakukan LSI setelah Pilpres dan Pemilu legislatif, ternyata bukan sentimen agama, etnis, dan wilayah yang menjadi patokan pemilih dalam memberikan suaranya, namun atas dasar evaluasi hasil kinerja pemerintah.

“Perilaku politik pemilih semakin rasional. Kalau kinerjanya bagus akan didukung, kalau tidak akan dicabut dengan tidak memilih,” katanya.

Pria yang akrab disapa Dodi ini mencontohkan, kemenangan pasangan SBY-Boediono dari survei ini menurut dodi mematahkan anggapan opini segenap elit partai politik bahwa calon Presiden dan Wakil Presiden harus mewakili santri-abangan, Jawa dan luar Jawa.

Dari beberapa survey LSI, massa pemilih cenderung memilih partai nasionalis dibanding partai Islam. Pemilih masih menganggap partai Islam belum memiliki program politik kongkrit seperti yang mereka harapkan. “Kebanyakan partai Islam bermain dalam identitas dan simbol. Semua itu tidak masuk di benak pemilih,” ungkapnya. (sf).

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar