Di tengah carut marutnya kondisi politik
Mesir, militer Mesir mulai bertindak, jika selumnya mereka hanya
menghimbau agar masing-masing pihak menahan diri, agar tidak terjadi
bentrok antara pendukung Presiden Mursi dan oposisi, kini mereka
benar-benar bertindak sebagai penengah.
Militer Mesir mengundang semua pihak
untuk berkumpul dan melakukan dialog nasional, dalam rangka mencari
solusi atas konflik yang menimpa Mesir, gara-gara Dekrit yang
dikeluarhakn Presiden Mursi dan ditolak oleh pihak oposisi.
Menurut laporan salah satu televisi
Mesir, Menteri Pertahanan Mesir, Abdul Fatah Sisi, mengatakan bahwa,
“Dialog yang diadakan pada hari Rabu (12.12) tidak akan membahas masalah
politik atau masalah referendum, pertemuan tersebut hanya bertujuan
untuk mengumpulkan para pemimpin Mesir saja”.
Berkenaan dengan undang ini, Ikhwanul
Muslimin yang notabenenya merupakan pendukung Presiden Mursi menyatakan
bahwa, pihaknya akan hadir dalam pertemuan tersebut, demi tercapainya
solusi untuk mengakhiri konflik politik di Mesir.
Bersamaan dengan adanya undangan dialog
nasional ini, perkembangan konflik politik di Mesir semakin meningkat,
perpecahan merebak semakin luas berkenaan dengan rencana referendum
undang-undang yang baru, ketua lawyer club Mesir, Ahmad Zind mengatakan,
“Sembilan puluh persen 90% hakim di Mesir menolak ikut serta dalam
rencana referendum undang-undang yang baru”. Jumlah ini diperoleh
setelah diadakan jajak pendapat di antara para hakim, jaksa dan para
anggota lawyer club yang ada di daerah-daerah di seluruh Mesir.
Sementara itu, ratusan ribu pendukung
oposisi mengepung istana al-ittihadiyah (istana kepresidenan) di daerah
Heleopolis bagian timur Kairo, demi menuntut dibatalkannya referendum
undang-undang. Para demonstran berhasil menerobos salah satu pagar besi
istana dengan cara merobohkannya, dan menyingkirkan semua palang
penjagaan yang ada di belakang pagar tersebut. Sementara para penjaga
istana kepresidenan mundur dan tetap bersiaga mengelilingi istana
kepresidenan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Sedangkan di Tahris Square puluhan orang
tak dikenal menyerang para demonstran yang berkemah di tempat itu,
orang-orang tak dikenal tersebut melemparkan batu, granat dan bom
molotov ke arah para demonstran yang sedang berada di kemahnya. Akibat
kejadian tersebut, puluhan orang luka-luka terkena lemparan dan 5
diantaranya dalam keadaan kritis.
Pihak Ikhwanul Muslimin melalui juru
bicaranya Dr. Mahmud Ghazlan menampik peristiwa tersebut ada kaitannya
dengan orang-orang mereka, dalam pernyataannya dia mengatakan, “Semua
orang Islam tahu bahwa mengalirkan darah rakyat Mesir itu hukumnya
haram, jadi tidak mungkin mereka mau menyerang para demonstran yang
melakukan demonstrasi secara damai, seyogyanya mereka sendiri (Ikhwanul
Muslimin) telah ikut andil dalam demonstrasi sejak era Mubarak, mereka
juga telah mengalami berbagai macam siksaan dan kekerasan, bahkan
sebagian dari mereka ada yang sampai meninggal dunia, itu semua demi
membela para demonstran”.
Mahmud Ghazlan juga menambahkan, “Jadi,
tidak mungkin orang-orang kami yang melakukan hal itu, karena kami juga
menghormati perbedaan pendapat dan aksi-aksi demonstrasi, selama tidak
mengganggu ketertiban umum dan merusak fasilitas-fasilitas umum,”
ujarnya. (Absyaish).
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar