Jumat, 25 Oktober 2013

Pesantren Disinyalir terkait Radikalisasi Dibina


Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan Kementerian Agama telah melakukan pembinaan ke sejumlah pesantren yang disinyalir terkait radikalisasi. Bahkan, Kemenag pun terus aktif melakukan pembinaan untuk mencegah terorisme.

“Insyaallah pembinaan sudah kita lakukan, lebih dari itu kita juga lakukan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu kemarin.
Namun ia enggan mengungkap pesantren mana saja yang dibina oleh Kemenag. Tapi dia memastikan pembinaan umat menjadi tanggung jawab lembaganya.

“Kemenag kan tugasnya pembinaan. Jadi negara sudah membagi habis tugas-tugasnya. Kalau misalnya ada penerbitan-penerbitan buku yang berpotensi SARA itu wilayahnya Kejaksaan Agung. Kalau menyangkut keormasan perlu dibubarkan itu wilayah Kemendagri. Jika itu ada unsur kriminal itu kepolisian,” tuturnya.

Menurut dia untuk memberangus gerakan radikalisasi di Indonesia diperlukan usaha keras. Seluruh elemen bangsa diharapkan dapat mendukung gerakan deradikalisasi.[as]


Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 24 Oktober 2013

Masyarakat Tasikmalaya Demo Kecam Terorisme

Massa yang tergabung dalam Forum Anti Kekerasan Tasikmalaya menggelar aksi demonstrasi mengecam terorisme dan tindakan kekerasan, menyusul terjadinya pelemparan bom terhadap pos polisi di Jalan Mitra Batik Senin lalu (13/5).

Demo tersebut dilakukan ratusan anggota FAKT di Jalan Doktor Sukarjo, Markas Polresta Tasikmalaya, dan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (15/5). Dalam aksinya itu massa menyerukan bahwa terorisme adalah musuh kemanusiaan. Mereka juga mengharamkan aksi terorisme di wilayah Kota Tasikmalaya.

Koordinator Aksi, Dindin C Nurdin menuntut agar pemerintah dan aparat penegak hukum segera menyelesaikan masalah terorisme karena sudah meresahkan masyarakat. Ia menuntut aparat penegak hukum dapat mengungkap tuntas pelaku yang melakukan aksi kekerasan dan menghukum mati orang yang melakukan aksi teror.
“Kami menuntut hukum mati terorisme. Usut sampai tuntas pelaku kekerasan baik kelompok ataupun pribadi,” katanya.

Saat berorasi, Dindin menyatakan segala bentuk kekerasan dan pengerusakan yang mengatasnamakan agama adalah haram. Ia juga mengatakan bahwa pelemparan bom ke pos polisi Jalan Mitra Batik, merupakan tindakan yang telah mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat Tasikmalaya. “Bagi kami haram hukumnya terorisme berkembang di Kota Tasikmalaya,” katanya. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 23 Oktober 2013

Lagi, 2 Terduga Teroris Ditangkap di Solo




Detasemen Khusus 88 Antiteror kembali menangkap dua terduga teroris di Solo, Jawa Tengah, Kamis, 16 Mei 2013. Mereka juga menemukan bubuk potasium yang disimpan dalam kaleng cat ukuran besar. Sebelumnya, polisi menangkap seorang terduga teroris yang merupakan kerabat Abu Bakar Ba’asyir di Solo.

Dua orang yang ditangkap tersebut bernama Ibrahim Sungkar dan David. “Penangkapan kedua orang itu merupakan pengembangan dari penangkapan Mu’in,” kata Kasubag Humas Kepolisian Resor Surakarta, Ajun Komisaris Sis Raniwati.

Densus langsung melakukan penggeledahan di rumah Ibrahim lantaran dia diduga menyimpan benda berbahaya. Saat penggeledahan, Densus menemukan potasium yang tersimpan di kaleng cat ukuran 25 kilogram. Kaleng tersebut dipendam di pekarangan rumah Ibrahim yang terletak di Losari RT 5/RW 3, Semanggi, Pasar Kliwon.
Selain potasium, Densus juga menemukan sejumlah senjata tajam di rumah tersebut. Menurut Sis, senjata tajam yang ditemukan berupa 10 bilah golok. Dalam penggeledahan tersebut, polisi juga terlihat menggelandang satu orang yang diperkirakan adalah salah satu terduga teroris yang tertangkap. Pria yang menggunakan penutup wajah tersebut diminta menunjukan tempat penyimpanan barang bukti yang ada di rumah tersebut.

Menurut Sis, benda-benda yang ditemukan tersebut merupakan milik Ibrahim. Sedangkan yang menyimpan dengan cara menimbun di pekarangan dilakukan oleh David. Ketua rukun tangga setempat, Agus Sumaryawan, mengatakan bahwa Ibrahim tinggal di tempat tersebut sejak enam tahun lalu. “Dia tidak pernah ikut kegiatan kampung,” katanya.
Hanya saja, Agus mengaku tidak mengenal David, salah satu terduga teroris yang ditangkap. “Dia bukan warga sini,” kata Agus. Hingga saat ini belum diperoleh informasi tempat penangkapan maupun kediaman David.

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 21 Oktober 2013

Bom Tasikmalaya Targetkan Ledakkan Kantor Polisi



Bom yang dilemparkan pelaku SL di Tasikmalaya pukul 19.30, Senin (13/5) sengaja ditargetkan pada petugas kepolisian yang tengah berjaga di Jalan Mitra Batik, Kecamatan Tawang saat itu. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kapolda Jabar, Brigjen Polisi Ricko Amelza Dahniel.

“Targetnya khusus kejadian tadi malam, sudah jelas diarahkan kepada anggota Polri,” kata Ricko di Tasikmalaya, Selasa (14/5).

Sesaat setelah pelaku melemparkan bom rakitan tersebut, Dua anggota polisi yang bertugas langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku pelemparan itu sampai kawasan gang Jalan Cipedes tidak jauh dari pos polisi. Karena pelaku tidak menyerah setelah diberi peringatan dan justru menyerang petugas dengan pistol rakitan dan golok yang mengakibatkan petugas terluka, akhirnya seorang anggota polisi, Briptu Wahyu berusaha melumpuhkan pelaku dengan mengeluarkan dua kali tembakan timah panas hingga pelaku tewas.

Ricko mengatakan, pelaku sengaja datang ke Pos Polisi untuk menyimpan bom rakitan yang kebetulan sedang ada dua anggota polisi bertugas mengatur lalu lintas. Seorang laki-laki yang tampak mencurigakan itu, kata Ricko setelah menyimpan bom rakitan sempat melihat-lihat sejenak situasi sekitar, sebelum melarikan diri.

“Orang itu lari, berhenti sejenak melihat dulu hasilnya tapi tidak apa-apa, anggota itu lalu mengejar,” katanya.
Dugaan lain yang menguatkan bahwa sasaran peledakan itu polisi, kata Ricko, adalah adanya perlawanan dan penyerangan menggunakan senjata api rakitan saat akan diamankan oleh kedua anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Tasikmalaya. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Minggu, 20 Oktober 2013

Terorisme Tidak akan Pernah Hilang


Pengamat terorisme, Mardigu Wowiek Prasantyo mengatakan, terorisme tidak akan pernah hilang di Indonesia. Menurut dia peristiwa penggerebekan terduga teroris di Kampung Baturengat Hilir RT 2/8 Desa Marga Asih, Kabupaten Bandung (8/5) lalu, bukanlah sebuah kemunculan kembali.

Mardigu mengatakan, benih terorisme tetap ada di Indonesia karena terkait dengan ideologi. Pola ideologi tersebut digambarkan laiknya memiliki gambaran sendiri mengenai penyikapan hidup yang masuk dalam pelaksanaan di pemerintahaan dan masyarakat.

“Pola-pola itu tidak hanya mereka pikirkan semata. Tapi mereka coba terapkan di Indonesia yang berasaskan Pancasila,” ujarnya, Sabtu (11/5/2013).

Kelompok ekstrim ini berusaha dengan segala cara menerapkan seperti pengkaderan perangkatan yang dilatih di berbagai daerah. ”Ada perekrutan anggota, dan dilatih persenjataan di daerah-daerah,” katanya.
Mardigu melanjutkan, kelompok tersebut sebenarnya menginginkan wilayah sebagian kekuasan atau teritorial untuk menerapkan ideologi mereka. Tanpa adanya sebuah daerah, ideologi tersebut tidak bisa diterapkan.
Menurut Mardigu, masyarakat patut bangga dengan kinerja kepolisian yang meringkus terduga teroris di Bandung, Ciputat, dan daerah lainnya.

Khusus untuk Bandung. Mardigu mengatakan, penyergapan ini merupakan sejarah bagi polisi. Sebelumnya polisi baru bereaksi ketika ada sebuah insiden terkait peledakan atau perampokan yang menjurus ke terorisme.
Tapi, peristiwa kemarin, polisi melakukan antisipasi sebelum ada kejadian dari aksi terorisme. ”Ini langkah tepat Polri ke depan, kalau yang seperti ini harus didukung,” katanya memuji Polri.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 18 Oktober 2013

Umat Budha Indonesia Prihatin dengan Nasib Etnis Rohingya



Ketua Umum Walubi, Ir Arief Harsono menjelaskan bahwa umat Buddha Indonesia sangat prihatin atas konflik yang terjadi di Myanmar dan sudah meminta pemerintah Myanmar menghentikan kekerasan serta memberikan status warga terhadap etnis Rohingya. Selain itu sejak jauh hari Walubi dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah sepakat mengeluarkan sikap menentang kekerasan yang terjadi pada warga Rohingnya di Myanmar.

Usaha lainnya yang telah dilakukan Walubi adalah mendesak pemerintah Myanmar agar segera menyelesaikan konflik tersebut, dan minta pemerintah Indonesia serta badan-badan internasional bisa berperan aktif membantu penyelesaian konflik di negara itu. Umat Islam dan Buddha diimbau pula agar menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa.

Sementara itu, Wakil Ketua Walubi, Suhadi Sanjaya mengungkapkan, imbauan serupa juga telah disampaikan kepada seluruh pemangku kepentingan. Hanya saja, ketika hendak menjumpai Duta Besar Myanmar di Jakarta, untuk menyampaikan pesan tersebut belum mendapat respon positif. “Negara itu terkesan tertutup. Jadi, tak heran ketika hendak mendatangi kedutaannya saja masih menghadapi kesulitan,” katanya.

Selain itu, Walubi juga sudah mengumpulkan dana untuk membangun rumah bagi warga Muslim Rohingnya sebanyak 9.000 unit dan bantuan tersebut sudah disalurkan melalui Palang Merah Indonesia (PMI). [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 17 Oktober 2013

Lima Pelajar Indonesia Bersaing di Kompetisi Iptek Internasional



Sebanyak lima pelajar Indonesia akan ikut kompetisi ilmu pengetahuan Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) 2013 di Arizona Amerika Serikat, 15-17 Mei mendatang.
Mereka adalah pelajar yang menjadi juara kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun lalu.

Di sana mereka akan bersaing dengan lebih dari 1.500 ilmuwan muda untuk memperebutkan hadiah lebih dari US$ 3 juta atau hampir Rp 30 miliar.
Tiga pelajar wakil Indonesia berasal dari SMA Tarsisius 1 Jakarta yakni Jovita Nathania, Maria Christina Yolenta Lestari, dan Rosinta Handinata. Peserta lainnya yaitu Hani Devinta Sari dari SMA Negeri 63 Jakarta dan Muhammad Imadudin Siddiq asal SMAIT Insantama Bogor, Jawa Barat.
Para pelajar dari SMA Tarsisius 1 Jakarta membawa karya ilmiah berjudul “Pelajaran yang Menyenangkan mengenai Terumbu Karang”.

Sedangkan, Hani Devinta Sari dari SMA Negeri 63 Jakarta mengusung karya ilmiah berjudul “Magic Test Paper: Pemanfaatan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea) Berpigmen Antosianin sebagai Bahan Pembuat Indikator Penguji Zat Formalin dalam Makanan”.

Sementara pelajar SMAIT Insantama Bogor Muhammad Imadudin Siddiq berlaga dengan karya “Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur sebagai Anti Semut untuk Plastik Wadah Makanan”.

Kepala Biro Kerja sama dan Pemasyarakatan Iptek (BKPI) LIPI Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono mengatakan keikutsertaan para pelajar di ajang tersebut memang rutin dilakukan saban tahun.
“Mari kita berikan dukungan agar para pelajar ini mampu berkompetisi dengan baik dan memperoleh penghargaan tertinggi dalam ajang ISEF kali ini,” tutur Bogie.

Sementara Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Muslihar Kasim mengapresiasi keberangkatan para pelajar Indonesia meskipun dunia pendidikan dalam negeri sedang dirundung masalah Ujian Nasional yang amburadul. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 16 Oktober 2013

Kekerasan Warga Ahmadiyah di Tasikmalaya akan Dilaporkan ke Presiden


Setelah jajaran Bupati, Ulama dan Muspida Tasikmalaya menggelar rapat kordinasi, disepakatai bahwa kasus kekerasan terhadap warga Ahmadiyah di Tasikmalaya, beberapa waktu lalu, akan segera dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Setelah kami bermusyawarah dengan para ulama dan Muspida plus, kami memutuskan akan segera menemui Presiden untuk membahas permasalahan adanya penyerangan Ahmadiyah,’ jelas Uu.

Uu menilai langkah pemerintah daerah bersama para alim ulama ini, sesuai perintah Menteri Dalam Negeri untuk bertindak cepat dalam mengatasi permasalahan antarumat beragama. Juga, adanya imbauan Presiden bahwa kepala daerah harus segera menyelesaikan permasalahan antar umat beragama di daerahnya masing-masing.
“Saya langsung menanggapi imbauan Presiden dan Mendagri dengan segera menggelar rakor kemarin di Polres Tasikmalaya, mulai dari para alim ulama dan Muspida. Hasilnya kami akan segera menemui Presiden untuk sharing penyelesaian permasalahan ini,” tambah Uu.

Sejak tragedi penyerangan Ahmadiyah di Kecamatan Salawu dan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (5/5/2013). Pemerintah daerah beserta unsur muspida plus terdiri dari, TNI, Kepolisian, Kejaksaan dan para alim ulama, telah beberapa kali menggelar dialog dan rapat koordinasi.

“Intinya, kami bermusyawarah untuk menciptakan kondisi aman dan kondusif,” tegas dia.
Diberitakan sebelumnya, dua masjid Ahmadiyah di Kecamatan Salawu dan Singaparna, serta puluhan rumah jemaah Ahmadiyah dirusak sekelompok orang pada Minggu (5/5/2013) dini hari. [Mh]


Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 15 Oktober 2013

7 Terduga Teroris Tewas Tertembak Saat Penggerebekan



Kepolisian Republik Indonesia menyatakan, tujuh terduga teroris tewas tertembak dalam penggerebekan yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri di beberapa daerah pada Rabu (8/5/2013).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, terduga teroris yang tewas yaitu Abu Roban, Bastari, Toni, Bayu alias Ucup, Budi alias Angga, Junet alias Encek dan Sarame.

“Polisi juga menangkap 17 orang yang diduga sebagai teroris dalam penyergapan yang dilakukan di Jakarta, Kendal, Kebumen dan Bandung,” ujar Boy di Jakarta, Kamis (9/5/2013).

Ia menjelaskan terduga teroris yang ditangkap polisi di Jakarta terdiri atas Faisal alias Boim, Endang, Agung, Agus Widharto dan Iman. Di Kendal polisi menangkap terduga teroris bernama Puryanto dan Iwan. Di Kebumen polisi menangkap Farel, Wagiono, Slamet dan Budi. Sedangkan di Bandung polisi menangkap William Maksum alias Acum alias Dadan dan Haris Fauzi alias Jablud.

“Kelompok ini merupakan sisa kelompok Abu Omar dan Autad Rawa,” katanya.
Menurut pengakuan sementara dari orang-orang yang ditangkap, jelas Boy, orang-orang yang diduga anggota jaringan teroris itu menggalang dana untuk mendukung Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Pimpinan Autad Rawa dan Santoso.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 14 Oktober 2013

Terorisme Merusak Peradaban



Gerakan terorisme dinilai dapat merusak peradaban dunia. Untuk itu, paham terorisme haram untuk dipelajari  oleh siapa pun. Hal ini ditegaskan Pengasuh Pondok Pesantren Al Mu’ayad, Windan, Kartasura, KH Dian Nafi dalam diskusi Bahaya Terorisme dan Radikalisme bagi Generasi Muda di Sukoharjo, Selasa (7/5/2013).

Ia meyakini bahwa semua agama mengajarkan tentang kemaslahatan untuk menjaga agama itu sendiri, menjaga jiwa raga, akal, kerukunan dan harta. “Kalau merusak salah satu unsur itu, maka akan merusak kemaslahatan,” ujar Dian.
Menurut dia bahaya terorisme bisa disamakan dengan bahaya narkoba, perkelahian dan kejahatan besar lainnya. Ia menilai terorisme juga merupakan kejahatan lintas negara. Karena itu tersangka teroris di mana pun bersembunyi, maka dia akan terus dicari.

“Fatalnya, idelologi radikalisme dan fundamentalisme yang menjadi akar terorisme, dari tahun ke tahun terdapat regenerasi,” ujarnya.

Ia mengatakan seseorang bisa menjadi teroris hanya dalam waktu sekejap bila tidak paham agama. Pasalnya, para pentolan teroris itu sering menyalahgunakan dalil dalam Alquran dan bertindak anarkistis.
“Kalau memahami Alquran jangan sepotong-sepotong, sebab konteks yang ditangkap bisa berbeda-beda. Lebih baik dikonsultasikan terlebih dahulu sebelum menafsirkan sesuatu,” papar Dian.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 07 Oktober 2013

Hormat Merah-Putih, Bagian Menghormati Harga Diri Bangsa


Habib Luthfi bin Yahya mengatakan, tidak benar bahwa penghormatan terhadap bendera merah-putih adalah satu bentuk bentuk syirik. Menurut dia, penghormatan terhadap Sang Saka Merah-Putih adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap Sang Pemberi Rizki, yang telah memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

“Bendera merah-putih itu memiliki sejarah yang penuh dengan pengorbanan. Jika bendera merah putih tibo (jatuh) itu artinya kita kalah. Jadi menghormat bendera merah putih sama dengan menghormati harga diri bangsa,” kata pemimpin organisasi tarekat NU ini, saat ini saat menyampaikan taushiyahnya dalam acara Maulid Akbar di lapangan Giri Kridha Bhakti Wonogiri, Sabtu (4/5) malam lalu.

Acara yang mengangkat tema “Kita Bangun Wonogiri yang Madani untuk Memperkokoh NKRI” ini turut menghadirkan jajaran kepolisian, TNI AD dan DPRD dengan diawali menyanyikan bersama Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Pembacaan Pancasila dan kultum dari Kapolres dan Dandim.
Nuansa nasionalisme dan patriotisme terasa kental dalam acara tersebut, hal ini memang menjadi harapan Habib Luthfi kepada seluruh umat manusia agar tidak saling mengutamakan kelompoknya masing-masing akan tetapi saling menghargai perbedaan yang ada.

Karena itu Habib Luthfi menekankan agar umat Islam berhati-hati dan tidak gampang menuduh suatu tindakan seseorang sebagai perbuatan syirik. “Kita tidak tahu hatinya orang lain, contohnya memasang bendera merah putih saat akan memasang genting dikatakan syirik, padahal itu ada sejarahnya, saat penjajahan dimana bendera merah putih tidak boleh berkibar, ada strategi agar bendera tetap terpasang salah satunya dengan memasang bendera bersama padi dan kelapa di wuwung, setelah tiga hari baru ditutup dengan atap,” terangnya.

Beliau berharap dengan memahami makna dibalik suatu budaya yang ada agar bisa saling menghargai. Salah satu contoh sikap sederhana yang saling menghargai adalah dengan menjadikan ucapan terima kasih sebagai bekal dalam kehidupan.

“Mengucap terima kasih itu gampang di lisan, jika manusia menjadikan bekal terima kasih untuk kehidupannya maka dunia ini akan aman, karena dengan terima kasih kita akan saling menghargai satu sama yang lain,” tegasnya.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Minggu, 06 Oktober 2013

Per 1 Mei, Google Akui Eksistensi Palestina


Juru bicara Google Nathan Tyler mengatakan Google telah memutuskan untuk mengubah nama “wilayah Palestina” menjadi “Palestina” dalam berbagai produknya. Dia mengatakan Google berkonsultasi dengan berbagai sumber dan otoritas bila menyebut nama-nama negara, dan dalam hal ini mengikuti langkah beberapa organisasi internasional.

Hal tersebut diprotes oleh Israel. Ia mempertanyakan keputusan raksasa internet Google untuk mengganti istilah “Wilayah Palestina” dengan “Palestina” pada halaman www.google.ps. “Perubahan ini menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik keputusan ini,” kata kata juru bicara kementerian luar negeri Israel, Yigal Palmor.

Ia menyebut, langkah Google ini sebagai “mengejutkan”. Pasalnya, kata dia, tak seharusnya sebuah perusahaan internet swasta masuk dalam ranah politik internasional dan pada sisi kontroversial.

Sebelumnya, Google secara resmi mengumumkan perubahan itu. Perubahan mulai berlaku per 1 Mei, juru bicara Google Nathan Tyler mengatakan dalam sebuah pernyataan. “Kami mengubah nama ‘Wilayah Palestina’ menjadi ‘Palestina’ pada seluruh produk kami. Kami berkonsultasi dengan berbagai sumber dan otoritas sebelum melakukan penamaan negara-negara. Dalam hal ini, kita mengikuti langkah PBB dan organisasi internasional lainnya,”  katanya.
Majelis Umum PBB pada bulan November meningkatkan status Palestina sebagai negara pengamat non-anggota dengan 138 suara mendukung, sembilan menentang, dan 41 abstain.

Otoritas Palestina sejak saat itu menggunakan istilah “Negara Palestina” dalam korespondensi diplomatik dan mengeluarkan perangko resmi untuk tujuan tersebut.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 04 Oktober 2013

Generasi Muda NTT Diminta Perbanyak Diskusi Keislaman




Generasi Islam di Nusa Tenggara Timur (NTT) dinilai lemah dalam dialog, diskusi maupun seminar-seminar tentang agama. Pasalnya, generasi muda Islam lebih konsentrasi pada kegiatan-kegiatan di luar agama. Mereka jarang melakukan diskusi-diskusi tentang agama.
Penilaian tersebut diungkapkan Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTT, Abdulkadir Makarim. “Saya harap ke depan kita lebih meningkatkan kegiatan dialog agama agar lebih mempertajam nilai-nilai keislaman bagi generasi muda,” ungkapnya.

Menurut Makarim, sejauh ini keterlibatan generas muda Islam NTT dalam kegiatan diskusi mengenai keagamaan jarang dilakukan. Maka ini berdampak pada pemahaman tentang dan peradaban Islam secara benar. “Kita jangan memahami Islam sepotong-sepotong, sehingga pikiran juga sepotong tentang agama,” imbuhnya.

Selain itu, banyak generasi muda yang masih kurang tertarik untuk datang dan tidak betah mengikuti kegiatan sampai selesai. Maka ini akan berdampak pada kemajuan secara pribadi dalam memahami situasi dan kondisi kemajuan Islam. “Kita jangan beralasan kalau kegiatan diskusi agama selalu dikatakan sibuk, dan lebih penting kegiatan yang tidak bermanfaat,” kata dia.

Ia berharap, kedepannya generasi muda Islam lebih giat untuk mendiskusikan persoalan-persaolan agama, baik melalui diskusi maupun melalui seminar-seminar untuk meningkat kualitas generasi muda.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 03 Oktober 2013

Bimas Islam: Aliran Sempalan Harus Dibina dan Dikembalikan ke Akar Agamanya




Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag menyampaikan bahwa jika ada kelompok umat beragama yang memiliki paham atau aliran sempalan yang berbeda dengan paham mainstream, maka tugas pemerintah dan tokoh-tokoh agama di Indonesia wajib membina dan mengarahkan mereka agar dapat kembali pada akar agamanya. Hal tersebut mengemuka dalam sesi tanya jawab pada Rapat Pimpinan Kementerian Agama tahun 2013.

Pada kesempatan itu dijelaskan, jangan ada orang yang membina dan mengarahkan mereka kepada yang bukan akar agama aslinya, karena ini soal prinsip. Demikian dikatakannya di hadapan peserta Rapimnas Kemenag yang terdiri dari seluruh Kepala Kanwil dan Kepala Balai Litbang di auditorium HM. Rasyidi, Kementerian Agama, Jl. MH. Thamrin 6 Jakarta (3/5).

Selain itu, Abdul Djamil juga menyampaikan berbagai hal terkait dengan permasalahan di lingkungan Bimas Islam. Salah satu kebijakan yang akan dilakukan pemerintah berhubungan dengan problem KUA adalah mengusulkan pemberian uang transport dan jasa profesi kepada penghulu yang melaksanakan tugas di luar kantor dengan sistem zona melalui kategorisasi KUA. “Soal besarannya masih dibicarakan dengan pihak-pihak terkait”, ujarnya.

Masih sekitar permasalahn KUA, mantan rektor IAIN Walisongo Semarang ini juga menyatakan akan melakukan kajian intensif terkait dengan terbatasnya jumlah personil KUA yang jauh dari memadai. “Jumlah staf KUA yang hanya sedikit tentu berpengaruh terhadap kinerja, sementara KUA memiliki cakupan tugas yang sangat banyak. Apalagi di beberapa daerah terpencil memiliki medan tugas yang sangat berat”, tegasnya.

Berdasarkan pantauan bimasislam yang mengacu pada kertas kerja Dirjen Bimas Islam, dibahas juga soal data-data dan informasi keagamaan yang masih belum akurat didapatkan dari seluruh Kanwil Kemenag. “Kami berharap agar bapak/ibu mencermati betul soal akurasi data-data keagamaan yang disampaikan kepada kami, seperti data tentang masjid/mushalla, tanah wakaf, penyuluh, dan lain sebagainya. Akurasi data tersebut sangat kami butuhkan karena akan kami jadikan dasar pengambilan kebijakan dan program yang akan dilakukan ke depan”, harap mantan Kabalitbang Kemenag ini dengan tegas.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 02 Oktober 2013

Hentikan Propaganda Jihad Mati ke Myanmar




Propaganda jihad mati ke Myanmar diminta dihentikan karena dinilai lebih banyak mudharatnya dan tidak memberi manfaat apapun. Hal ini dikatakan anggota Komisi III DPR, Eva Sundari di Semarang, Selasa (7/5/2013).
“Ajakan jihad mati dan membunuh Myanmar Buddha yang disuarakan Front Pembela Islam selama demontrasi pro Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, beberapa waktu lalu, amat disesalkan karena berdampak memperburuk keadaan,” ujarnya.

Efek buruk bagi keselamatan etnik Rohingya di Myanmar itu, kata dia, diperoleh langsung dari mereka di negara kaya batu giok itu. Konflik berdarah di Myanmar terkait Rohingya telah berlangsung sejak lama.
Etnik Rohingya juga keberatan mereka distigma seperti teroris yang menghalalkan jihad mati dalam memperjuangkan hak-haknya, sementara perwakilan-perwakilan mereka di Hong Kong dan London justru mengedepankan diplomasi dan tanpa kekerasan.

Isu ketidakadilan terhadap komunitas muslim di luar negeri kerap memicu emosi segelintir muslimin dan muslimah serta organisasi-organisasi massanya di dalam negeri.

Seruan-seruan ekstrim dan radikal kerap dikumandangkan untuk memerangi langsung secara fisik ketidakadilan itu yang sering di-”tangkap” mentah-mentah oleh “jihadis” amatir.
Di balik kesediaan “jihadis” amatir itu, kata Sundari, “‘Jihadis-jihadis’ amatir tentu akan menjadi target perekrutan kelompok teroris yang sesungguhnya.”

Contoh adalah pelaksana lapangan bom bunuh diri Bali I dan Bali II, direkrut, dilatih, dan didokrin sedemikian rupa agar yakin bahwa teror yang dia lakukan adalah pembelaan terhadap agamanya.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 01 Oktober 2013

Kekerasan Marak, Empat Pilar Dinilai Belum Sentuh Ranah yang Bermasalah

Sosialisasi program empat pilar berbangsa dan bernegara belum berhasil menjadikan Indonesia lebih kuat. Buktinya, hingga kini, berbagai kasus kekerasan seperti hak asasi manusia masih terus terjadi. Padahal, ratusan miliar uang negara telah digelontorkan untuk sosialisasi tersebut. Hal tersebut diungkapkan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Transparansi Anggaran (Kontras), Haris Azhar.

Menurut Haris, sosialisasi empat pilar berjalan dalam logika elite sendiri. Sosialisasi program empat pilar yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal dan NKRI tidak menyentuh ranah sosial publik yang bermasalah. “Sosialisasi empat pilar mestinya masuk ke kampong-kampung buruh. Petani yang dirampas tanahnya. Bukan di tempat yang hanya dihadiri para elite,” kata Haris, di Jakarta, Selasa, (7/5).

Dia menuturkan, para elite belum serius memanfaatkan dana sosialisasi empat pilar. Sebab dana sosialisasi yang meningkat dari tahun ke tahun tidak dibarengi evaluasi implementasi. Patut dicurigai program sosialisai empat pilar sengaja dimanfaatkan untuk mencari keuntungan. “Para elite mengabaikan tujuan utama dari program sosialisasi empat pilar. Nilai-nilai baik dalam empat pilar diselewengkan untuk melanggengkan status quo,” tukasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim Syaifuddin, membantah tak ada evaluasi dalam program sosialisasi empat pilar. “MPR melibatkan lembaga-lembaga independen untuk menilai efektifitas sosialisasi empat pilar. Hasilnya program empat pilar harus terus dikembangkan,” katanya.

Menurut dia, menanamkan nilai-nilai ideologi tidak semudah membuat bangunan fisik. Penanaman nilai ideologi tidak bisa diukur dari uang. Sehebat apapun pembangunan fisik sebuah negara, akan hancur bila terjadi krisis ideologi. “Internalisasi empat pilar adalah proses tak berkesudahan,” ucapnya.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Jaksa Tuntut Arif Hidayat dengan 3 Pasal


Jaksa Penuntut Umum mendakwa Arif Hidayat, terdakwa teroris penyandang dana dan perekrut teroris Tambora, Muhammad Thoriq, dengan tiga pasal karena telah menyembunyikan informasi mengenai kegiatan terorisme. Tuntutan tersebut dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum Rini Hartati di ruang sidang Soebakti, Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Senin (6/5/2013).

Rini mengatakan tiga pasal tersebut terdiri dari Pasal 15 juncto 7, Pasal 15 juncto 9 Pan pasal 13 C Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan pemufakatan jahat serta percobaan atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme.

“Terdakwa dapat dikenakan hukuman minimal 3 sampai 10 tahun penjara,” kata Rini.
Rini mengatakan, berdasarkan dakwaan yang telah dibacakan, terdakwa berperan sebagai orang yang merekrut Thoriq, teroris Tambora. Dia membiayai Thoriq dalam membuat bom tabung di rumah yang sengaja dia kontrakan di daerah Depok.

Terdakwa juga membiayai Thoriq supaya mau berjihad di jalan dari sistem pemerintahan Indonesia menuju arah penyerangan kepada orang-orang yang dianggap kafir oleh kelompok tersebut. Target yang dilakukan dalam penyerangan kelompok ini merupakan pejabat-pejabat pemerintahan seperti Presiden, wakil Presiden, anggota DPR MPR, ulama yang mendukung pemerintahan, orang yang menindas kaum muslim, dan orang-orang yang berada di luar jalur jihad.

“Selain itu, terdakwa juga berperan sebagai orang yang mencuci otak Thoriq supaya mau melakukan bom bunuh diri. Terdakwa juga membiayai Thoriq untuk membuat laboratorium untuk meracik bom di salah satu rumah kontrakan di daerah Depok,” ujarnya.

Sebelumnya, Arif Hidayat ditangkap oleh anggota Densus 88 pada 10 September 2012 di rumahnya Jalan Susukan, kecamatan Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat. Dia ditangkap karena memiliki kedekatan dengan Thoriq, teroris yang tertangkap saat meracik bom di rumahnya, Tambora, Jakarta Barat.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Thoriq Menyesal Terlibat Terorisme



Muhammad Thoriq, terdakwa kasus terorisme Tambora, Jakarta Barat mengaku menyesal terlibat dalam aksi terorisme. Penyesalan itu diungkapkannya ketika menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Senin (6/5/2013). Sidang yang dipimpin Hakim Ketua Juferi F Rangga tersebut mengagendakan pemeriksaan terhadap terdakwa.

Thoriq mengaku, tidak akan mengulang lagi kesalahannya. “Saya menyesal,” ujarnya.
Di dalam persidangan, Thoriq juga mengemukakan alasannya menyerahkan diri kepada polisi. Ia mengaku menyerahkan diri karena ingin dekat dengan keluarganya.

“Saya mau dekat dengan keluarga lagi,” ujar Thoriq saat ditanya Hakim mengenai alasan menyerahkan diri.
Thoriq mengatakan awalnya ia ingin meledakan diri di komunitas Budhha, tapi rencana tersebut terlanjur tercium polisi sehingga oleh rekan jaringannya bernama Anwar, dia disarankan untuk meledakan bom bunuh diri di Mapolresta Jakarta Pusat.

“Saya disarankan Anwar bunuh diri dan ledakan Polres Jakarta Pusat. Padahal saya inginya di komunitas Buddha,” ujar Thoriq.

Persidangan Thoriq akan dilanjutkan dua minggu lagi dengan agenda pembacaan tuntutan.
“Kita lanjutkan sidang dua minggu lagi ya, tanggal 20 Mei,” ujar Hakim Ketua Juferi.

Sekedar informasi, pada 9 September 2012, Thoriq, menyerahkan diri ke pos polisi Jembatan Lima, Jakarta Barat.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Kaderisasi Teroris Masih Berlanjut



Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari mengatakan proses regenerasi teroris masih terus berlangsung dengan lancar dan sukses. Hal itu terbukti dengan ditangkapnya dua terduga teroris oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri pada Kamis kemarin. Kedua terduga teroris yang tergolong anak muda ini rencannaya akan melakukan aksi peledakan bom di Kedutaan Besar Myanmar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

“Sungguh sangat mengejutkan menyaksikan fenomena semakin muda-belianya terduga terorisme yang “berhasil” ditangkap aparat. Dari fenomena ini maka secara sangat meyakinkan Densus 88 gagal melakukan pencegahan terorisme,” katanya di Jakarta, Minggu (5/5/2013).

Ia menilai Densus 88 telah berhasil menangkap atau menembak mati terduga teroris, tetapi tidak berhasil menghentikan proses kaderisasi dan regenerasi terorisme. Menurut dia, program deradikalisasi telah gagal mencegah lahirnya teroris-teroris baru. Bahkan, usia terduga teroris kini semakin muda.

“Untuk memotong mata rantai proses kaderisasi dan regenerasi terduga terorisme harus ada langkah serius dan sistematis,” tegas dia.

Hajriyanto menjelaskan Densus 88 harus melibatkan secara intensif para ahli-ahli ilmu keagamaan yang juga aktifis gerakan-gerakan keagamaan. “Tidak cukup pakar ilmu agama, tidak cukup juga sekedar pemimpin gerakan keagamaan, melainkan harus perpaduan di antara keduanya. Ya pakar, ya aktifis!,” tandasnya.[as]

Sumber: Lazuardi Birru