Kamis, 28 Februari 2013

Dialog, Upaya Preventif Paling Jitu Tangani Radikalisme


 

Persoalan radikalisme yang berujung pada aksi teror merupakan masalah yang cukup kompleks. Di dalamnya tidak melulu faktor ideologi, namun ada faktor lain, seperti keadilan, sosial politik, dan faktor lain yang juga mempengaruhi tindakan tersebut. Karena itu, perlu ada dialog yang masif menyelesaikan masalah itu.

Direktur Program Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Eko Prasetyo mengatakan, ideologi terorisme tak bisa diberangus hanya dengan cara melakukan tindakan represif, seperti penembakan.

“Upaya-upaya represif tidak pernah bisa membuat teror mereda. Selalu muncul dan selalu muncul. Maka menurut saya, upaya yang harus lebih ditekankan adalah menggalang dialog dan komunikasi intensif antarkelompok keagamaan yang ada,” kata Eko pada Lazuardi Birru.

Selain itu, Eko berpandangan bahwa sikap represif aparat justru bisa memunculkan sikap keras yang serupa dari kelompok-kelompok keagamaan radikal. Kekerasan memancing kekerasan. “Dialog antarkelompok dalam Islam itu penting untuk membuka pintu perdamaian. Kemudian harus diciptakan situasi kondusif untuk mendorong penegakan hukum yang adil,” imbuhnya.

Kuncinya, kata Eko, tetap ada di ulama. Menurut dia, penanggulangan terlalu sulit, namun pencegahan dan tindakan preventif masih bisa dilakukan dan diusahakan.
Hal senada disampaikan Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogkayakarta, Dr. Ahmad Yani Anshori, MA. Menurut dia, tindakan preventif yang bisa dilakukan dengan upaya membangun dialog dengan new social movement (istilah Yani menyebut kelompok radikal, red) tersebut.

“Kelompok-kelompok salafi sebagai new social-relgious movement  ini tumbuh, mendidik orang, jaringan luas sampai ke luar negeri. Mereka juga punya keahlian elektroik, mengoperasikan internet dan lain sebagainya. Mereka lintas batas dalam berhubungan. Sementara mereka tidak mau mendekat dengan kiai-kiai NU atau para cendekiawan Muhammadiyah yang sudah mapan,” kata Yani pada Lazuardi Birru.

Karena itu, lanjut Yani, tindakan preventif yang bisa dilakukan adalah dengan jalan dialog. Menurut Yani, jangan sampai ulama dan cendikiawan justru menjauhi kelompok yang dianggap radikal ini. Sebab kalau kelompok ini tidak didekati dan diajak dialog, dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan dan kekerasan.[Az].


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar