Rabu, 06 Februari 2013

Aswaja Kandung Semangat Inklusivisme



Paham ahlusunnah wal jamaah (aswaja) merupakan fenomena sejarah yang mengandung semangat inklusivisme yang bersedia membuka proses dialog, toleransi, rekonsiliasi dan mengakui semua kelompok yang berbeda paham sebagai umat yang satu yakni umat Islam.

Pernyataan tersebut dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat saat membuka seminar “Ahlusunnah wal Jamaah di Asia Tenggara” di Jakarta, Senin (10/12/2012). Seminar tersebut dihadiri oleh menteri-menteri agama kawasan Asia Tenggara seperti Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Menurut Bahrul aswaja bisa berkembang pesat dan diterima umat Islam di sebagian besar dunia muslim  termasuk di Indonesia karena aswaja memiliki watak moderat dan rasional. Aswaja menawarkan ‘paham jalan tengah’ sehingga paham ini dianut oleh kalangan awam hingga terpelajar, mulai rakyat jelata hingga penguasa.

“Watak moderat merupakan karateristik aswaja yang paling menonjol, disamping adil, seimbang dan toleran,” ujar Bahrul.

Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menambahkan, paham ahlusunnah wal jamaah lebih mengedepankan konsep Islami ketimbang Islam itu sendiri. “Lebih mementingkan subtantif ketimbang aspek formal. Karena itu kita harus bertoleransi dengan keragaman lokal, melestarikan segi-segi positif serta mengambil yang lebih baik. Tapi kita tidak boleh terlalu longgar dan tidak boleh super ketat atau radikal,” ujarnya.

Bahrul berharap seminar ini mampu memperjelas dan memperkokoh keberadaan dan fungsi aswaja sebagai manhaj, disamping merumuskan strategi untuk mengembangkan aswaja sebagai perekat muslim di Indonesia dan ASEAN dalam upaya memperkuat harmoni kehidupan umat beragama di negeri serumpun.[wan].


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar