Paham ahlusunnah wal jamaah (aswaja)
merupakan fenomena sejarah yang mengandung semangat inklusivisme yang
bersedia membuka proses dialog, toleransi, rekonsiliasi dan mengakui
semua kelompok yang berbeda paham sebagai umat yang satu yakni umat
Islam.
Pernyataan tersebut dikatakan Sekretaris
Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat saat membuka seminar “Ahlusunnah
wal Jamaah di Asia Tenggara” di Jakarta, Senin (10/12/2012). Seminar
tersebut dihadiri oleh menteri-menteri agama kawasan Asia Tenggara
seperti Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Menurut Bahrul aswaja bisa berkembang
pesat dan diterima umat Islam di sebagian besar dunia muslim termasuk
di Indonesia karena aswaja memiliki watak moderat dan rasional. Aswaja
menawarkan ‘paham jalan tengah’ sehingga paham ini dianut oleh kalangan
awam hingga terpelajar, mulai rakyat jelata hingga penguasa.
“Watak moderat merupakan karateristik aswaja yang paling menonjol, disamping adil, seimbang dan toleran,” ujar Bahrul.
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar
menambahkan, paham ahlusunnah wal jamaah lebih mengedepankan konsep
Islami ketimbang Islam itu sendiri. “Lebih mementingkan subtantif
ketimbang aspek formal. Karena itu kita harus bertoleransi dengan
keragaman lokal, melestarikan segi-segi positif serta mengambil yang
lebih baik. Tapi kita tidak boleh terlalu longgar dan tidak boleh super
ketat atau radikal,” ujarnya.
Bahrul berharap seminar ini mampu
memperjelas dan memperkokoh keberadaan dan fungsi aswaja sebagai manhaj,
disamping merumuskan strategi untuk mengembangkan aswaja sebagai
perekat muslim di Indonesia dan ASEAN dalam upaya memperkuat harmoni
kehidupan umat beragama di negeri serumpun.[wan].
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar