Selasa, 12 Februari 2013

Terorisme Adalah Musuh Bersama



Masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam harus menjadikan terorisme sebagai musuh bersama. Seruan itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siradj.
“Tidak mungkin kita menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendak kepada orang lain,” katanya saat menjadi pembicara dalam Talk Show bertajuk “Peran Ulama, Umaro, dan Umat Dalam Mencegah Terorisme Guna Menciptakan Kamtibmas yang Kondusif” yang digelar Kepolisian Resor Banyumas di Hotel Aston Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu malam (12/12/2012).

Menurut dia, manusia memiliki tugas mewujudkan keharmonisan meskipun mereka berbeda agama, suku, dan bangsa. Islam adalah agama yang membawa moral dan antikekerasan sehingga tidak boleh ada dakwah dengan kekerasan.

“Nabi Muhammad Saw tidak pernah menyuruh kaumnya untuk merusak berhala maupun mengganggu umat Nasrani. Pemeluk Nasrani tetap mendapat perlindungan. Semua penduduk Kota Madinah diperlakukan sama oleh Nabi Muhammad,” katanya.

Menurut dia, orang-orang yang berbeda agama bukan merupakan musuh kecuali yang melanggar hukum.
“Yang boleh menjadi musuh bersama adalah orang-orang yang melanggar hukum. Pengedar narkoba musuh bersama, pejabat yang korupsi itu musuh bersama,” kata dia menegaskan.

Lebih jauh Kiai Said menandaskan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah memproklamirkan negara Islam, yang ada adalah Negara Madinah. Karena itu, lanjutnya, Indonesia tak perlu menjadi  Negara Islam, yang terpenting adalah nilai-nilai Islam berlaku di bumi Indonesia. Kendati demikian, tandas Said, membela NKRI merupakan bagian dari jihad.

Dalam kesempatan itu, Said mengajak umat Islam untuk mewujudkan masyarakat yang beriman kepada Allah dengan melaksanakan ibadah sehingga dapat menjadi manusia yang berakhlak.

Usai acara, kepada wartawan Said Aqil mengatakan, aksi terorisme dapat dipicu oleh faktor pengangguran dan kemiskinan. “Pengangguran, kemiskinan, dan keterbelakangan, atau ada keinginan balas dendam tetapi tidak tahu siapa yang akan dibalas sehingga menjadi teroris,” katanya.
 
Menurut dia, ada teroris maupun tidak ada teroris, kiai harus menjadikan masyarakat untuk tidak radikal. (sf).


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar