Rabu, 17 April 2013

Penguatan Karakter Indonesia Harus Tunjukan Budaya Asli



Penguatan karakter Indonesia tidak boleh terbentuk karena meniru secara absolut dari produk budaya asing, tetapi harus tetap menunjukkan nilai budaya sendiri yang hidup serta ditumbuhkan. Karakter Indonesia harus tetap menunjukkan nilai-nilai yang hidup dan ditumbuhkan berdasarkan pengalaman asli budaya bangsa sendiri.

Pernyataan itu dikemukakan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat.

“Identitas ke-Indonesia-an bukan kategori warisan kebudayaan mati melainkan akan terus hidup sesuai perjalanan waktu. Yang selamanya ditopang oleh perkembangan akal budi manusia Indonesia yang dikenal memiliki kecintaan sangat besar atas kehormatan bangsa dan negaranya,” ujar Jumhur di Jakarta, Rabu (26/12/2012).

Menurut dia bangsa Indonesia harus mencermati bahwa modernisasi yang terus berlangsung dapat menjadikan jiwa gersang jika sekadar dikembangkan melalui budaya rasionalitas Barat yang kaku. Rasionalitas, kata dia bisa dibumikan dengan budaya setempat untuk menghasilkan output lebih bagus bagi kemajuan bangsa.

“Upaya bangsa Indonesia belajar dari Barat bukan untuk meninggalkan budaya yang ada apalagi mengkhianatinya. Tetapi, warga harus memanfaatkannya untuk mempererat semangat dan meninggikan unsur-unsur kebudayaan di tanah air,” katanya.

Jumhur tidak setuju jika upaya membangun karakter Indonesia mengabaikan keluhuran budaya suku-suku bangsa Indonesia.

“Sudah seharusnya kita menggali terlebih dahulu keunggulan budaya dari suku-suku bangsa Indonesia dan kemudian menjadikan kekuatan gabungannya yang siap menyerap keunggulan budaya dari perlintasan budaya luar, sehingga akan mewujudkan lebih hebat karakter Indonesia yang sesungguhnya,” ujarnya.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Fatwa Harus Antisipasi Persoalan Umat



Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, fatwa sudah semestinya menjadi respon proaktif dari para otoritas fatwa dalam menanggapi dan mengantisipasi berbagai persoalan umat Islam sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial kemasyarakatan, seperti kloning manusia, bioteknologi, perbankan dan sebagainya.

“Bukan saatnya lagi berbagai lembaga otoritas fatwa hanya bersikap reaktif terhadap persoalan yang muncul di tengah umat Islam,” kata Suryadharma saat penutupan Konferensi Internasional tentang Fatwa di Jakarta, Rabu (26/12/2012).

Menurut Menag dalam rangka langkah proaktif dan antisipatif tersebut, maka agenda penting umat Islam saat ini adalah bagaimana merumuskan suatu metode baru, yang mengedepankan prinsip al-mashlahah yang dikaitkan dengan konteks global kontemporer dalam aspek ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun aspek sosiokultural umat Islam di dunia.

“Dengan kata lain produk-produk fatwa mengedepankan pemenuhan kebutuhan hukum yang bersifat publik, disamping tentunya tetap memberikan jawaban terhadap aspek-aspek teknis ubudiyah yang dibutuhkan oleh umat Islam,” kata Menag.

Dengan semakin kompleksnya persoalan keagamaan yang melanda umat Islam saat ini di seluruh dunia, menurut dia perlu didorong upaya fatwa yang ditetapkan melalui ijtihad kolektif atau jama’i yang melibatkan berbagai pakar di berbagai negara dan dari berbagai disiplin ilmu.

“Bentuk ijtihad jama’i yang seperti itu akan menghasilkan fatwa yang lebih komprehensif dibanding dengan ijtihad perseorangan atau fardi,” ujarnya.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Strategi Kebudayaan Gus Dur Ampuh Suburkan Toleransi



Dalam pembangunan negara dan bangsa Indonesia, pemikiran dan strategi kebudayaan yang baik mutlak diperlukan. Ini dilakukan agar kekanyaan sekaligus juga keberagaman yang ada di negeri ini tetap harmoni. Gesekan-gesekan sosial, politik dan kultural dalam proses pembangunan tentu sulit dihindari, meskipun bukan berarti tidak ada solusi elegan untuk hal tersebut.

Adalah Gus Dur, salah satu guru bangsa yang berjuang keras menyuburkan kehidupan ber-Indonesia dalam bingkai harmoni. Visi perjuangannya terutama adalah menjadikan Islam lebih maslahat bagi semua warga Indonesia.

Namun perjuangannya tidak sekedar dilakukan dengan pemahaman sempit bahwa Islam harus diformalisasi dan dintegrasikan dalam seperangkat konstitusi negara. Jauh lebih dari itu, Gus Dur lebih memprioritaskan semacam kulturalisasi Islam. Suatu proses, ketika merembernya nilai Islam di seluruh lini kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa harus dengan adanya labelisasi dalam konstitusi. Pandangan ini merupakan keinsyafan Gus Dur akan berbagai macam keberagaman dalam tubuh Indonesia.

“Dia memberi inspirasi pemikiran dan tindakan untuk berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa kenal lelah,” ujar Habib Ali Assegaf dalam acara “Sarasehan Budaya Mengenang Tiga Tahun Gus Dur,” Rabu, 26 Desember 2012.

Sastro Ngatawi, Ketua Lesbumi-PBNU menambahkan bahwa pemikiran dan strategi kebudayaan yang diambil Gus Dur, kata dia, berdasar pemahaman yang memadai akan tradisi dan sejarah bangsa. Menurutnya, bagi Gus Dur, kebudayaan apapun tidak masalah, asal bisa menjadi sarana mengenal semangat dan nilai Islam agar lebih mudah dipahami dan membumi. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 16 April 2013

Istiqlal dan Katedral, Simbol Kerukunan Antarumat Beragama di Jakarta untuk Indonesia



Siapa di negeri ini yang tak mengenal Jakarta? Ibukota Indonesia ini seakan menjadi tanah harapan untuk merubah garis kehidupan bagi sebagian besar orang di berbagai wilayah dan kepulauan. Berduyun-duyun orang pergi ke Jakarta berharap mendapat pekerjaan atau bertemu dengan kehidupan ekonomi yang lebih mapan.

Namun Jakarta bukan hanya itu. Ibukota Indonesia ini bukanlah sekedar kental dengan aura ekonomi yang berimplikasi pada ledakan penduduk dan macet di jalan-jalan. Ada hal menarik yang bisa disingkap dari Jakarta terutama adalah aspek toleransi dan kerukunan hidup antar-pemeluk agama.

Representasi toleransi dan kerukunan hidup antar-pemeluk agama di Jakarta dapat ditilik dari letak keberadaan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral yang berlokasi di Jakarta Pusat.

Masjid Raya Istiqlal yang didirikan pada zaman Presiden Soekarno berdampingan dengan Gereja Katedral. Pada saat umat muslim merayakan hari raya Idul Fitri, halaman parkir di Gereja Katedral sering kali dijadikan tempat parkir umat muslim yang ingin melakukan salat hari raya di Masjid Istiqlal.

“Kadang kalau salat Idul Fitri atau Idul Adha parkiran penuh, ya di gereja (Katedral) parkirnya,” jelas salah seorang tukang parkir di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (25/12).

Begitu pula sebaliknya, hari ini halaman parkir Masjid Istiqlal digunakan oleh kaum nasrani yang ingin melakukan ibadah di Gereja Katedral.

“Kalau sekarang kan parkir gereja dipakai buat Natal, jadi parkirnya di sini (Istiqlal),” kata dia.
Hal itu merupakan salah satu contoh dari keharmonisan hidup antar-umat beragama di Tanah Air. Semoga keharmonisan dan toleransi antar-umat beragama di Tanah Air semakin terjaga ke depannya tanpa ada gangguan yang dapat merugikan keutuhan bangsa. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Radikalisme Merusak Islam dan Indonesia



Radikalisme dalam bentuk teror merusak nama Islam dan Indonesia di mata dunia internasional. Karena itu, tidak ada gunanya melakukan teror, baik di Natal dan Tahun Baru saat ini atau di waktu lain.

Pernyataan tersebut ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj. Menurut KH Said di tengah perayaan Natal dan Tahun Baru 2013 penting menjalankan prinsip toleransi.

“Radikalisme, terutama dalam bentuk aksi teror, dapat merusak citra Indonesia yang sudah sejak lama dikenal sebagai bangsa yang plural, namun tetap dapat hidup berdampingan dengan baik. Indonesia di mata internasional dikenal sebagai bangsa yang bisa menerapkan toleransi dengan baik. Aksi-aksi radikalisme, terorisme, atau yang sejenisnya, akan menjadikan nama Indonesia rusak,” tegas Kiai Said, Selasa (25/12/2012).

Kiai Said meminta kepolisian dan TNI untuk saling bersinergi menjalankan tugasnya dengan baik. Masyarakat pun diminta ikut berpartisipasi menciptakan keamanan, melalui perilaku yang tidak memancing timbulnya kerawanan.

“Terciptanya keamanan tugas kita bersama, termasuk masyarakat sipil yang tidak bergabung di ormas juga harus bisa menciptakan rasa aman,” kata Kiai Said.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 15 April 2013

Iran Diminta Tidak Ikut Campur Urusan Negara Teluk








Dalam penutupan Konferensi Tingkat Tinggi yang ke-33 di Manama, Bahrain kemarin, para pemimpin negara-negara Teluk menghasilkan beberapa keputusan, baik yang berkenaan dengan masalah politik maupun masalah ekonomi di negara-negara anggotanya.

Para pemimpin Negara-negara Teluk Arab tersebut menghasilkan kesepakatan langkah-langkah strategis untuk menyatukan visi dan misi negaranya masing-masing. Kesepakatan ini sejalan dengan keinginan Riyad yang diutarakan oleh Raja Saudi untuk meningkatkan hubungan yang awalnya hanya sebatas hubungan yang bersifat taawun (organisasi biasa) menjadi Uni Arab Teluk yang mengakomodir semua kepentingan negara-negara anggotanya.

Raja Hamad bin Isa Ali Khalifah, Raja Bahrain menegaskan keberhasilan besar yang dihasilkan dalam konferensi tersebut merupakan bukti nyata keinginan para pemimpin Negara-negara Teluk untuk saling membantu, saling meningkatkan hubungan dan saling mendukung untuk bersama-sama mensejahterakan masyarakat Teluk.

“Hal itu tidak bisa tercapai kecuali dengan adanya persatuan dan keinginan untuk saling membantu sesama Negara-negara Teluk demi menjaga dan mengamankan wilayah mereka,” ujar dia ketika memberikan sambutan pada acara penutupan konferensi.

Ia mengucapkan terima kasih kepada anggota Majelis Komite Tertinggi Negara-negara Teluk yang telah merancang tema pembahasan konferensi tersebut. Ia menjamin hasil konferensi tersebut akan mendapat perhatian khusus dari semua anggota dan akan segera terlaksana untuk kemaslahatan masing-masing negara anggotanya.

Dalam sambutannya, Syaikh al-Sabah al-Ahmad al-Jabir al-Sabah, Raja Kuwait menyampaikan kegembiraannya dan kegembiraan rakyat Kuwait atas rencana diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Teluk yang akan datang di Kuwait. Ia juga menyampaikan undangan bagi semua yang hadir ketika itu untuk turut hadir dalam konferensi yang akan datang di negaranya.

Sementara dalam bidang politik hasil konferensi tersebut memutuskan bahwa semua anggota Majelis menentang penjajahan Iran terhadap tiga pulau yang menjadi hak Uni Emerat Arab. Mereka juga menegaskan bahwa semua hal yang berkaitan dengan ketiga pulau tersebut, baik yang berkaitan dengan masalah politik, ekonomi maupun yang lainnya berada di bawah kekuasaan Uni Emerat Arab, dan Iran sama sekali tidak memiliki hak atas ketiga pulau tersebut.

Hasil keputusan tersebut juga mengimbau Iran dan Uni Emirat Arab untuk duduk bersama membahas masalah sengketa tersebut atau kalau tidak bisa keduanya dipersilahkan untuk mengajukannya ke pengadilan internasional. Di samping itu, mereka juga menghimbau Iran untuk tidak ikut campur dalam masalah intern Negara-negara Teluk.

Sedangkan mengenai senjata nuklir Iran, mereka berharap Iran mau bekerja sama dengan Badan Nuklir Internasional. Dalam keputusannya mereka ingin Iran memperhatikan keinginan Negara-negara Timur Tengah yang ingin bebas dari senjata nuklir maupun senjata pemusnah massal lainnya. (Absyaish).

Sumber: Lazuardi Birru

Sabtu, 13 April 2013

TNI Perlu Dilibatkan Memberantas Teroris



Hingga saat ini keberadaan dan sepak terjang pelaku aksi teror di Indonesia dinilai sudah mengkhawatirkan. Tentara Negara Indonesia (TNI) pun dinilai perlu terlibat dalam pemberantasan terorisme.
“Jadi perlu adanya undang-undang yang mengatur peran TNI dalam menangulangi terorisme,” kata anggota Komisi I DPR RI Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, Rabu (26/12/2012).

Ia mengatakan keterlibatan TNI dalam pemberantasan terorisme bersama kepolisian memang tidak semua pihak setuju. Namun paling tidak, kata dia TNI dan kepolisian dapat bekerja sama mengefektifkan pemberantasan terorisme.

Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo, mengatakan pentingnya kerjasama antara TNI dan kepolisian dalam pemberantasan terorisme. Menurutnya terorisme termasuk kejahatan luar biasa karena itu penanganannya juga perlu yang luar biasa.

“Kepolisian dapat bekerjasama pasukan Den-81 alias Detasemen Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam mengatasi gerakan teroris, seperti di Poso. Kita tahu bahwa pasukan Den-81 itu lengkap dan mengenal medan, berbeda dengan polisi. Lagi pula ini kan extra crime, jadi perlu penanganan ekstra juga,” ujarnya.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 12 April 2013

Awas, Kini Teroris Lebih Berbaur dengan Masyarakat








Beberapa hari terakhir kondisi Poso kembali dihubungkan dengan berbagai macam peristiwa terorisme. Meskipun keadaan belum mencapai level gawat, namun tetap saja hal ini patut diwaspadai bersama, baik pemerintah dan masyarakat, mengingat sebagaimana diketahui Poso memiliki sejarah konflik berdarah yang mencederai kehidupan seluruh warga Indonesia.

Terlebih lagi menurut Kapolri Jenderal Timur Pradopo para terduga teroris sekarang ini sengaja membaurkan diri dengan masyarakat setempat. Suatu strategi yang sangat membahayakan, karena bisa-bisa masyarakat terprovokasi oleh musuh dalam selimut ini untuk melakukan aksi terorisme.

Keadaan itu membuat aparat keamanan memutar otak untuk menangkal strategi para teroris tersebut. Polisi sangat berharap masyarakat dapat memilah mana yang baik dan membahayakan bagi kehidupan masyarakat.

“Agar masyarakat bisa memisahkan, memilahkan yang harus ditindak secara hukum bukan melindungi. Karena itu merugikan orang lain,” kata Wakapolri, Komjen Pol Nanan Sukarna menambahkan.
Terakhir, tepat di hari natal ditemukan bom dalam bentuk laptop di Pos terpadu Polisi Depan Pasar Sentral Poso. Beruntung bom tersebut berhasil diledakan tim Jibom Gegana. Dari laptop tersebut positif detonator dan timer dengan waktu ledak pukul 18.00 WIT. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Menilik Toleransi Antarumat Beragama melalui Tata Kota



Dalam kehidupan berbangsa yang diisi dengan berbagai macam perbedan sebagaimana di Indonesia, pola laku toleransi menjadi hal yang tidak bisa diabasikan. Dengan toleransi, kehidupan yang damai dalam sebuah perbedaan menjadi mungkin. Sebaliknya tanpa toleransi, ketegangan antar-kompenen bangsa akan menegang dan konflik yang dapat bermuara pada perpecahan nantinya menjadi keniscayaan.

Maka menjadi kewajiban bagi segenap warga negara untuk mendisseminasikan toleransi ke seluruh penjuru nusantara. Begitu banyak kawasan di Indonesia yang bisa dikatakan patut menjadi teladan dalam kehidupan yang bertoleransi. Salah satunya adalah di Kabupaten Bangka Barat yang tercerminkan pada tata kotanya.
Adalah di sudut kota Muntok, tepatnya di Kampung Tanjung, Kecamatan Muntok, toleransi antarumat beragama itu tampak.

“Yang menarik di sini adalah, Kelenteng Kong Fuk Miau dibangun tepat bersebelahan dengan masjid tertua di Bangka Barat, Masjid Jami,” kata penjaga kelenteng, So Chin Siong di Muntok.
So Chin Siong mengatakan, Kelenteng Kong Fuk Miau dan Masjid Jami telah berdiri berdampingan lebih dari 130 tahun. “Dan selama itulah kami saling mendukung, namun tidak mencampuri urusan keagamaan masing-masing,” kata So Chin Siong.

Dikatakan So Chin Siong, jika Masjid Jami sedang melaksanakan ibadah, maka Kelenteng akan rehat dari kegiatannya dan memberikan kesempatan bagi jemaah masjid untuk melakukan ibaadah.
“Biasanya yang sering bentrok adalah kegiatan latihan Barongsai dan shalat Jumat, jadi setiap jadwal shalat, kami rehat dulu,” katanya.

Kelenteng Kong Fuk Miau dibangun oleh orang-orang China dari suku Kuantang dan Fu Kien yang telah lama menetap di Muntok sejak 1820, membuatnya menjadi kelenteng pertama di Muntok.

Kompleks Kelenteng terdiri dari tiga buah bangunan dengan bangunan utama berada di tengah. Bangunan utama memiliki atap berbentuk pelana, sedangkan komponen lain adalah gapura utama, pagar keliling, halaman, pagoda dan arca Singa. Setiap pagi dan sore hari pada pukul lima, So Chin Siong, sang penjaga kelenteng akan memukul bedug sebanyak 36 kali. [Mh]


Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 11 April 2013

Pemerintah Diminta Atasi Bibit Disintegrasi Bangsa




Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) MPR RI meminta pemerintah agar segera mengatasi indikasi bibit-bibit disintegrasi bangsa. Pasalnya, selama tahun 2012 ada kecenderungan munculnya bibit-bibit disintegrasi seperti berbagai konflik/ bentrokan antar suku, antar umat beragama dan antar keyakinan.

“Pemerintah harus segera menyelesaikan dan mengatasi masalah tersebut karena sangat rawan terjadinya disintegrasi bangsa,” kata Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) MPR RI, Lukman Edy di Jakarta, Senin (24/12/2012).

Menurut dia disintegrasi bangsa juga terjadi dengan munculnya konflik otonomi daerah. Ia menilai  selama tahun 2012, dirinya tak melihat adanya kemajuan peran negara mengatasi secara konkret terhadap masalah tadi.

“Tahun 2012 juga sirnanya harapan masyarakat terhadap peran negara dalam mengatasi persoalan masyarakat. Masyarakat berharap pemimpin mengambil alih kesusahan masyarakat yang sudah pupus tadi,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan semangat baru bagi masyarakat di tahun depan.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Oposisi Menolak Hasil Pertemuan Ibrahimi dan Asad

 


Utusan internasional Akhdhar Ibrahimi bertemu dengan Presiden Suriah Basyar Asad dalam kunjungannya ke Damaskus. Ibrahimi belum menjelaskan hasil pertemuan tersebut tapi hanya memberi pernyataan secara umum.

“Kami membicarakan tentang kondisi di Suriah secara umum, dan saya mengemukakan pendapat saya mengenai solusi untuk mengakhiri konflik di Suriah,” ujarnya.

Ibrahimi mengatakan kondisi di Suriah masih tetap buruk, namun sebelum pengumuman secara resmi hasil pertemuan tersebut, pihak oposisi sudah menolaknya. Mereka tetap menolak semua usaha yang selama ini dilakukan, yaitu membentuk pemerintahan  sementara yang diterima oleh kedua belah pihak yang bertikai, dengan syarat Asad tetap di tampuk pemerintahan tapi tidak memiliki peran sampai 2014.

Pemimpin persatuan oposisi Ahmad Mu’adz Khatib mengatakan pemimpin persatuan oposisi menolak secara langsung solusi ini. menurut mereka keberadaan Basyar Asad di pemerintahan Suriah baik memiliki peran atau tidak merupakan hal yang tidak diinginkan oleh rakyat Suriah. Dia malah balik bertanya, “Apakah setelah 20 bulan pengorbanan dan darah rakyat Suriah, kemudian datang orang yang mengatakan kondisi ini akan berlanjut sampai awal tahun 2014?” ujarnya.

Al-Khatib menegaskan bahwa semua solusi yang bertujuan menyelamatkan pemerintahan tidak akan diterima. Pihaknya akan menolak semua solusi yang tidak dimulai dengan pelengseran Basyar Asad. Khatib juga menyinggung pembataian di Halfaya, dan menyebutkan bahwa pembataian di Halfaya bukan sekadar pembataian, tapi merupakan surat yang dikirim oleh semua pemimpin pemerintahan sekarang, yang intinya, kalian mati semua atau kalian akan menerima perbudakan yang akan wajibkan bagi kalian? Dan kami memilih merdeka meski jalan ke sana masih panjang.

Setelah kembali ke tempat penginapannya di Hotel Seraton yang ada di Damaskus Ibrahim mengatakan, dirinya berharap semua pihak berjalan ke arah solusi yang diharapkan oleh semua rakyat Suriah dan semuanya berusaha ke arah sana.

“Saya merasa terhormat bisa bertemua dengan Basyar Asad, kami berbicara banyak mengenai masalah-masalah yang terjadi di Suriah saat-saat sekarang ini, dan kami juga membahas langkah-langkah yang bisa kami ambil sebagai solusi di masa yang akan dating,” katanya.

“Saya juga menyampaikan apa yang saya lihat di luar dalam beberapa pertemuan yang saya lakukan dengan beberapa pemimpin-pemimpin, baik di kawasan Timur Tengah maupun pemimpin-pemimpin di luar kawasan ini, saya juga menyampaikan langkah-langkah yang bisa diambil sebagai solusi untuk membantu rakyat Suriah keluar dari konflik ini,” imbuhnya.

Sumber: Lazuardi Birru

Songsong Tahun Baru, Umat Islam Diharapkan Eratkan Ukhuwah Islamiyyah



Fragmentasi umat Islam ke dalam berbagai macam aliran adalah fenomena yang masih sulit diterima kalangan internal umat Islam sendiri. Terlebih jika yang membedakan adalah hal-hal krusial bagi aqidah Islam kebanyakan. Misalnya kehadiran aliran Ahmadiyah dianggap sebagian kalangan muslim sebagai duri dalam daging dan dapat merusak agama yang di bawa Muhammad SAW.

Di tahun mendatang yang sebentar lagi akan dimasuki ustadz Didin Hafidhuddin mengatakan, umat Islam dituntut untuk selalu merapatkan barisan guna menghindari isu-isu dari luar yang dapat memecah kerukunan dan mengacaukan stabilitas kehidupan bangsa.

Persatuan umat hendaknya tidak dilupakan meskipun perbedaan ditemukan di sana-sini. Islam adalah agama mutakhir, yang tidak gagap ketika bertemu keberlainan dan perbedaan.

Ketua Umum BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) ini juga mengungkapkan bahwa, perlunya suatu organisasi yang bertugas dan saling bekerjasama guna meredam setiap isu sesat, sedangkan yang lain terus membangun umat dari segala bidang. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 10 April 2013

Teroris Poso Terus Mencari Kader



Pengamat Intelejen Wawan Purwanto memprediksi, Daftar Pencarian Orang (DPO) nomor satu di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Santoso akan terus memperkuat kelompoknya dengan merekrut orang baru untuk melakukan aksi teror.

Menurut Wawan, DPO tersebut tidak akan berhenti dengan kelompok yang ada saat ini. Terlebih dia menduga Santoso adalah dalang di balik penyerang yang menewaskan tiga anggota Brimob beberapa waktu lalu.

“Dia tidak akan tinggal diam, Santoso akan terus merekrut orang-orang baru untuk dia ajak dalam melakukan aksi,” jelas Wawan saat dihubungi Sindonews, Senin (24/12/2012).
Wawan menjelaskan, dia butuh penanganan khusus dari Polri untuk mengentaskan kasus tersebut, salah satunya ialah dengan berkoordinasi dan meminta bantuan dari aparat TNI.

“Perlu penanganan khusus untuk tidak teroris ini dan yang ada di Poso,” ucapnya.
Menurutnya, dengan tambahan personel dari TNI, maka tugas polisi sebaga penjaga keamanan akan terbantu dengan kemampuan TNI yang biasa terlatih untuk proses peperangan.

“Maka ada juga back up dari TNI untuk bisa mendukung dan mereka sudah biasa bertempur dan Polri sudah melatih keamanan dan kemananan, jadi keduanya biasa saling sinergi untuk menyelesaikan kasus ini,” tukasnya. (fs)

Sumber: Lazuardi Birru

Tutup Blog Alansar007!



Terkait pernyataan kelompok teroris yang bangga atas keberhasilan penyerangan terhadap rombongan patroli anggota Brimob yang termuat di weblog alansar007, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendesak pemerintah, dalam hal ini Kemenkominfo, untuk menutup segala situs dunia maya yang terafiliasi dengan kelompok teroris.

“Situs porno saja ditutup, Kemenkominfo jangan membiarkan situs seperti ini,” terang Komisioner Komnas HAM Siane Indriani seperti dilansir Detikcom.

Siane merupakan komisioner yang menyelidiki kekerasan di Poso. Dia juga menyampaikan penyebaran kebencian dan paham kekerasan terkait konflik Poso lewat dunia maya harus dihentikan.
“Situs ini bisa dilacak. Jangan menggunakan lagi kekerasan,” imbuh Siane yang hingga saat ini masih berada di Poso.

Sementara itu anggota Komisi III DPR RI, Aboe Bakar Al-Habsy, mengatakan pemerintah harus melakukan penelusuran keterkaitan hubungan antara penembakan dan keberadaan situs tersebut.
Sebelumnya, weblog Alansar007 yang mengusung slogan Sariyyatu Tsa’ri Waddawaa’ (yang artinya kurang lebih operasi balas dendam sebagai obat luka), menyebut serangan yang menewaskan 4 anggota Brimob dan melukai 2 lainnya saat melakukan patroli di Desa Tambarana, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (20/12/2012), sebagai balas dendam atas aksi Densus 88 yang dinilai kerap menzalimi mereka.

Berikut petikan pernyataan perihal aksi penyerangan terhadap rombongan patroli Brimob yang dimuat dalam weblog tersebut.
“Sungguh kabar yang melegakan kita semua, di mana para Mujahidin Indonesia Timur dengan Idzin Allah Ta’ala berhasil melakukan serangkaian amaliyah di wilayah Poso dan sekitarnya, berikut Informasi yang bisa kami himpun hingga saat ini :

Amaliyah Penembakan terhadap Para Thaghut di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, di mana Para Thoghut mereka membikin markas baru di desa tersebut, di desa yang sebelumnya mereka membunuh Seorang Ustadz Mujahid yang Mulia, Ustadz Muhammmad Khoiri S.Sa. Dalam Amaliyah ini menewaskan 2 Tentara Thoghut laknatullah dan melukai 3 lainnya, yang kini langsung dibawa ke RS Poso 2 orang dan RS Parigi 1 orang.” (Sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 09 April 2013

Jelang Pilkada, MUI Sebarkan Tausiyah Anti-Golput








Majelis Ulama Indonesia Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menyebarkan tausiyah antigolput kepada masyarakat di wilayah itu. Tausiyah antigolput digelar jelang pemilihan kepala daerah yang akan digelar pada 9 Januari 2013.

Ketua MUI Pamekasan, KH Ali Rachbini, mengatakan penyebaran tausiyah antigolput dilakukan agar masyarakat bisa menggunakan hak pilihnya. Sebab, golput merupakan pilihan yang kurang bijaksana.
“Penyebaran tausiyah antigolput ini berbentuk brosur dan baliho yang kami pasangan di sejumlah tempat keramaian di Pamekasan,” katanya.

Selain menyerukan agar masyarakat Pamekasan tidak golput pada pilkada yang akan digelar 9 Januari 2013 itu, MUI juga menyerukan terwujudnya pilkada yang jujur, adil dan bertanggung jawab.

Tausiyah antigolput dan pilkada damai yang disebar MUI Pamekasan itu bertema “Wujudkan Pemilukada yang Jujur, Adil dan Bertanggung Jawab”.

Kami juga menyerukan agar senantiasa tetap memelihara ukhuwah Islamiah dan menjaga keharmonisan di tengah-tengah masyarakat,” katanya. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Terorisme Bertentangan dengan Pancasila



Ideologi radikalisme dan terorisme jangan sampai tumbuh subur di Indonesia. Sebab ideologi tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, yang digali oleh para pendiri negeri ini.

“Keinginan generasi muda untuk mempelajari ideologi Pancasila adalah langkah positif, dan ini menandakan jati diri sebuah bangsa,” ujar Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Taufan Rotorasiko di Gedung Juang 45, Menteng, Jakarta, Kamis (20/12/2012).

Ia mengatakan Pancasila jangan diterapkan layaknya saat di rezim Orde Baru, dimana ideologi tersebut dicekoki tanpa pemahaman yang mendalam mengenai ideologi itu sendiri. Taufan tak setuju jika pemahaman Pancasila hanya menghafal butir-butirnya saja.

“Bukan memaksa butir-butir Pancasila untuk dihafal, tapi mengimplementasikannya,” katanya.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Sebentuk Toleransi, Banser Turut Amankan Perayaan Natal



Sebanyak 200 anggota Barisan Anshor Serba Guna (Banser) ikut membantu mengamankan 94 gereja yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Sikap organisasi di bawah Nahdlatul Ulama ini, bentuk bertoleransi terhadap pemeluk Nasrani yang merayakan Natal.

Para anggota Anshor mengkonsentrasikan 100 anggotanya mengamankan 12 gereja yang ada di Kota Bojonegoro. Sisanya, mereka menyebar di gereja-gereja yang terdapat di 28 kecamatan di seluruh Bojonegoro. Mereka berbaur dengan anggota polisi dari Kepolisian Resor Bojonegoro, yang juga mengamankan Natal dan Tahun Baru 2012-2013.

Ketua Anshor Bojonegoro, Hasan Bisri mengatakan anggota Anshor yang melakukan pengamanan mulai berjaga pada Sabtu hingga Kamis, 22 – 27 Desember 2012. Partisipasi pengamanan Natal di gereja ini, sudah berlangsung selama lima tahun terakhir. “Ini bentuk toleransi kita pada agama lain,” katanya, Ahad 23 Desember 2012.

Pada minggu 23 Desember 2012, sejumlah gereja di Bojonegoro sudah menggelar kebaktian. Seperti Gereja Santo Paulus di Jalan Panglima Sudirman, juga Gereja Jawi Wetan Timur Utara Jalan Teuku Umar, telah dipadati umat Nasrani. Di halaman gereja juga terpasang tenda cukup besar untuk menampung jemaat yang meluber sampai di halaman.

Sebelumnya, gabungan anggota intelijen yang berada di Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor Bojonegoro disebar mengamankan 94 gereja dan rumah yang dijadikan tempat ibadah kaum Nasrani. Minimal dua polisi menjaga gereja selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2012 berlangsung.

Juru Bicara Kepolisian Resor Bojonegoro Ajun Komisaris Polisi Subarata mengatakan, anggota intelijen di seluruh Polres Bojonegoro dan 28 Polsek Bojonegoro sebanyak 194 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 orang terkosentrasi di Kota Bojonegoro yang mengamankan 12 gereja. Selebihnya, menyebar di gereja-gereja yang berada di kecamatan-kecamatan seluruh Bojonegoro. [Mh]


Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 08 April 2013

60 Persen Guru PAI di Jawa Berpotensi Intoleran





Potensi radikalisme agama di sekolah ternyata besar. Dari 500 guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jawa yang menjadi informan penelitian, ternyata 60 persen dari mereka berpotensi intoleran.

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Imam Tholkhah, dalam orasi ilmiah bertema Pengembangan Budaya Toleransi Melalui Pendidikan Islam di Sekolah untuk Mencegah Konflik Keagamaan, di Jakarta, Kamis (20/12/2012). Orasi itu disampaikan dalam rangka pengukuhan Imam Tholkhah sebagai Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam bidang agama dan kemasyarakatan.

“Meski intoleransi tak selalu identik atau paralel dengan radikalisme, tetapi sikap dan pemahaman itu dapat menjadi embrio radikalisme dan terorisme,” kata Imam.

Dalam hemat dia, menghadapi kenyataan tersebut, salah satu solusi yang mampu mencegah penyebaran bibit radikalisme dan terorisme adalah pendidikan, terutama pengembangan budaya toleransi.

 “Sekolah bisa menjadi kawah candradimuka bagi penyiapan generasi bangsa yang memiliki komitmen terhadap budaya toleransi. Sebaliknya, sarana edukasi itu dapat dimanfaatkan kelompok tertentu untuk menghancurkan kebhinnekaan kita dengan baju agama atau simbol ideologis lainnya,” ujar Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama RI itu.

Menurut dia, lembaga-lembaga pendidikan, terutama yang berbasis agama, harus mampu mengembangkan pemahaman dan sikap toleransi peserta didiknya.

“Bahwa apa yang kita perjuangkan sebagai suatu kebenaran, harus diletakkan sebagai bagian dari kebenaran yang juga dimiliki kelompok lain, dan sikap toleran terhadap agama merupakan bagian dari prinsip dan amal ibadah yang sangat dianjurkan,” tandasnya. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Peran 2 Terduga Teroris Poso Terungkap, Pelaku Utama Belum Tertangkap




Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah mengungkap peran dua tersangka teroris yang ditangkap terkait aksi teror di Kabupaten Poso selama ini. Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Dewa Parsana di Palu, Minggu (23/12), menyebutkan, pelaku berinisial S terlibat pembunuhan 2 anggota kepolisian dan M terlibat dalam penyerangan rombongan patroli Brimob pekan lalu.

S ditangkap pada 12 Desember 2012 setelah Satgas Penegakan Hukum terlibat kontak senjata dengan kawanan sipil bersenjata yang sedang menyiapkan lahan pelatihan teror di kawasan pegunungan Koronjobu, Desa Tambarana, Poso Pesisir, Poso Sulawesi Tengah.

“Dari hasil pemeriksaan, S diduga terlibat dalam pembunuhan dua anggota Polri di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso Pesisir, pada Oktober silam. Perannya sebagai pemasok logistik bagi kelompok bersenjata,” ujar Dewa Parsana seperti dilansir laman Fajar.

Sedangkan M yang ditangkap di sebuah daerah di Kabupaten Donggala pada Jumat pekan lalu, juga berperan sebagai pendukung logistik persenjataan bagi kelompok sipil bersenjata yang menyerang rombongan patroli anggota Brimob di kawasan pegunungan Kalora, Desa Tambarana, Poso Pesisir, Poso, Kamis (20/12/2012) pagi.

Selain kedua tersangka, polisi saat ini masih memeriksa intensif belasan warga sipil yang mengetahui aksi baku tembak antara kelompok bersenjata dan anggota Brimob beberapa waktu lalu.

Sesaat setelah penyerangan, tiga polisi tewas seketika yaitu Brigadir Anumerta I Wayan mengalami luka tembak di bagian dada sebelah kanan, Brigadir Anumerta Winarto luka tembak bagian dada, dan Brigadir Anumerta Ruslan di bagian kepala. Sementara itu, Brigadir Eko Wijaya yang sempat dirawat di rumah sakit akhirnya meninggal dunia, pada Jumat (21/12/2012) lalu.

Saat ini aparat gabungan TNI dan Polri terus memburu para aktor utama penyerangan anggota Brimob itu ke hutan.

“Titik terang sudah ada, pelaku utama belum tertangkap, tolong di doakan agar mereka cepat tertangkap,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Polisi Boy Rafli Amar, seperti dikutip Mediaindonesia.com. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Pendukung Mursi Menang dalam Referendum Konstitusi Mesir




Konflik politik Mesir mulai reda setelah secara resmi pemerintah Mesir mengumumkan hasil referendum konstitusi di negeri seribu menara tersebut. Konstitusi baru Mesir mendapat persetujuan 64% rakyat Mesir, sedangkan sisanya 36% menolak, tapi suara yang setuju sudah memenuhi kouta untuk tidak diulanginya pemilihan kembali.

Pihak oposisi yang tidak puas dengan hasil tersebut terus menebar ancaman kepada Presiden Mursi. “Perjuangan dengan jalan damai akan tetap berlanjut untuk menggagalkan konstitusi,” ujar mereka. Mereka juga berjanji akan memenangkan Pemilu Parlemen di masa yang akan datang.

Sementara itu, Badan Pengawas Tertinggi Pemilihan mendapatkan sedikitnya 2200 pengaduan dari masyarakat mengenai kecurangan dan ketidaknetralan pemilihan pada fase kedua. Para pengamat politik menyebut hasil ini merupakan kemenangan bagi Presiden Mursi terhadap oposisi, dan hal ini memberi kesan yang baik terhadap Presiden Mursi setelah beberapa bulan yang lalu sempat tercoreng gara-gara jatuhnya beberapa korban dalam aksi demonstrasi.

Hanya saja beberapa pengamat lain malah meragukan hal itu. Menurut mereka berbagai peristiwa yang terjadi pada referendum konstitusi kemarin, justru semakin memperparah borok Presiden Mursi di masa-masa yang akan datang, dan yang perlu diwapadai adalah perolehan suara oposisi yang meningkat tajam. Menurut mereka hal ini akan menjadi sebuah kekuatan besar untuk menghadapi kekuatan politik Islam dan akan memperoleh berbagai kemenangan dalam beberapa tahun yang akan datang.

Di sisi lain, Abul Ma’athi, Ketua Badan Tertinggi Panita Pemilu yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan referendum tersebut menyatakan bahwa panitia pemilihan akan mengoreksi ulang hasil pemilihan, diantaranya dengan menghitung ulang jumlah pemilih yang hadir, suara yang sah dan suara yang tidak sah.

Sementara di pihak lain, pihak oposisi yang dimotori Front Penyelamat Mesir menyatakan bahwa hasil referendum kemarin banyak mengalami kecurangan. Menurut mereka kecurangan itu terjadi dengan beberapa kasus di lapangan, yaitu tidak adanya pengawas dari pihak kehakiman yang mengawasi pemilihan secara keseluruhan, terlambatnya proses pemungutan suara di berbagai TPS. Sehingga menyebabkan beberapa orang yang kelamaan menunggu giliran mencoblos terpaksa pulang tanpa memberikan suara mereka, dan adanya anjuran atau semacam penyuluhan kepada para pemilih untuk mencoblos “iya” oleh para petugas TPS.

Mereka menganggap hal itu merupakan kecurangan yang sangat nyata dan mereka juga telah melaporkan hal itu kepada panitia pemilihan.

Namun yang jelas rakyat Mesir sangat gembira dengan kesuksesan pemilihan tersebut yang berjalan lancar dan tidak ada kendala yang berarti, entah apa pun hasinya, yang terpenting bagi mereka Mesir kembali kondusif. (Absyaish).

Sumber: Lazuardi Birru

Minggu, 07 April 2013

LSI: Publik Menginginkan Capres yang Melindungi Keberagaman




Kurang lebih dalam jangka setahun, pesta demokrasi di Indonesia segara akan digelar. Berbagai macam strategi pemenangan pun tampaknya telah dipersiapkan partai-partai politik yang akan berkontestasi di pemilu 2014.  Namun sebenarnya apa kriteria publik yang dijadikan dasar dalam memilih presiden.

Mengenai tanya tersebut Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memberikan salah satu jawabannya bahwa mayoritas publik menginginkan munculnya presiden yang punya komitmen tegas dalam menjaga keberagaman baik ideologis maupun primordial.

“Berdasarkan survei yang dilakukan LSI pada 440 responden di seluruh provinsi, 87,6 persen menginginkan munculnya calon presiden 2014 yang melindungi keberagaman,” kata peneliti LSI, Adjie Alfaraby, dalam pemaparan hasil surveinya di Jakarta, Ahad, 23 Desember 2012.

Adjie menambahkan bahwa saat ini publik tak mempersoalkan perbedaan etnik dan agama dalam menentukan calon presiden. Dari survei yang digelar 14-17 Desember itu, 54.49 persen responden bisa menerma pemimpin yang berbeda agama dan 80,37 persen menerima pemimpin perempuan.

Kehadiran seorang presiden yang peduli terhadap keberagaman kata Adjie, diyakini akan menurunkan intensitas kekerasan yang terus meningkat sejak 1998 lalu. Pada periode 1998-2004, pada pemerintahan BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri, terjadi 915 kasus dengan rata-rata 150 kasus per tahun. Jumlah ini meningkat pada pemerintahan Yudhoyono, 2004-2012 dengan 1.483 kasus, sekitar 210 kasus per tahun. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Islam Harus Mengayomi Agama Lain




Sebagai agama mayoritas Islam harus mengayomi agama-agama lainnya. Hal itu sudah menjadi kewajiban dan tuntunan agama untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.

Hal itu dikatakan Suryadharma dalam sambutan acara reuni akbar Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, Jawa Barat, Jumat (21/12/2012).

“Realitas yang ada kerukunan itu sifatnya dinamis dan fluktuatif. Kadang berada pada posisi stabil dan baik, kadang menghadapi masalah. Untuk itu, perlu ada pemahaman yang baik tentang hal ini. Dan kerukunan pun dapat berubah karena berbagai hal, apakah karena sengaja atau tidak, diciptakan oleh oknum tak bertanggung jawab,” kata Suryadharma.

Misalnya, lanjut dia ada yang menciptakan aliran baru, melakukan penodaan. Akibatnya timbul ketidakharmonisan di masyarakat. Ada yang memutarbalikan ayat, ada aliran sempalan dan semua itu merupakan dinamika yang harus disikapi dengan dewasa.

“Untuk pendidikan agama diharapkan menempati posisi strategis untuk menangkis berbagai persoalan ke depan. Termasuk upaya pemberdayaan ekonomi,” ujarnya.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Sabtu, 06 April 2013

Menag: Islam Benci Kekerasan


 

Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan bahwa Islam sebagai rumah besar umat muslim sangat membenci adanya kekerasan. Islam di Indonesia, menurut dia adalah yang ramahmatan lil alamin, pembawa kedamaian.

“Ulama dan alumni punya kewajiban untuk meluruskan pandangan negatif terhadap Islam dan harus menjelaskan kepada dunia bahwa Islam adalah agama ramatan lil alamin, sebagai pembawa kebaikan bagi seluruh umat,” ujar Suryadharma dalam sambutan acara reuni akbar Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, Jawa Barat, Jumat (21/12/2012).

Pasalnya, kata dia Islam selama ini dikesankan negatif sebagai agama radikal, dekat dengan teroris dan berbagai stigma miring lainnya terhadap umat muslim. Menurutnya, ada sebagian pihak yang memberikan stigma dan mengeneralisasi bahwa Islam sebagai agama kekerasan.

“Ketika terjadi kekerasan, stigma muncul dari kalangan tertentu bahwa hal itu adalah pelakunya umat Islam. Bahkan disebut sebagai agama teror dan berdarah. Pandangan miring tersebut membuat umat Islam menjadi sibuk untuk meluruskannya. Padahal Islam tidak demikian,” tandas Menag.

Ia mengharapkan pertemuan alumni dapat memberikan nilai positif bagi posisi umat Islam dewasa ini untuk menjaga kerukunan umat dan memberikan kontribusi terhadap kemajuan umat Islam ke depan.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Islam Garis Keras Berusaha Menguasai Al-Azhar



Kondisi politik terakhir Mesir semakin mengkhawatirkan, tidak hanya dalam masalah politik praktis tapi juga dalam masalah perebutan kendali terhadap lembaga-lembaga yang memiliki peran besar, baik bagi masyarakat Mesir sendiri maupun bagi umat Islam di seluruh dunia secara umum.

Kekhawatiran ini muncul dari pihak minoritas yang ada di Mesir, seperti orang-orang Kristen Ortodok, orang-orang Liberal dan orang-orang Sekuler. Sumber kekhawatiran mereka berangkat dari kemungkinan pemerintah Mesir akan berubah menjadi pemerintahan teokrasi, yang semua urusan pemerintahan akan tergantung keputusan para agamawan.

Lebih mengkhawatirkan lagi, jika Al-Azhar sebagai lembaga yang selama ini terkenal moderat akan dikuasai oleh orang-orang salafi. Hal ini tidak tertutup kemungkinan mengingat hasil referendum undang-undang Mesir yang baru yang mayoritas didukung oleh orang-orang salafi menyetujui undang-undang baru tersebut, dan salah satu pasal dalam undang-undang baru tersebut memberikan kekuasaan penuh terhadap Al-Azhar untuk memberikan pertimbangan, sekaligus keputusan tentang konstitusi negara dilihat dari perspektif agama.
Kenyataan seperti ini sebenarnya tidak diinginkan oleh para tokoh Azhar sendiri, para pemegang kebijakan di Azhar tidak suka dengan peran yang terlalu besar bagi institusi ini, mereka merasa terpaksa menerima kebijakan tersebut atas desakan orang-orang salafi yang akhir-akhir ini mendapat tempat dalam demokrasi gaya baru Mesir.

Salah seorang penasihat Syaikh Al-Azhar Abdu ad-Daim Nasir mengatakan, “Orang-orang Salafi menginginkan Al-Azhar menjadi bagian dari pemerintahan politik, dan ini tidak kami setujui, kami tidak ingin membuat undang-undang berdasarkan faham teologis yang mengatakan ini (benar) dan ini (salah)”. Dan inilah sebenarnya yang diinginkan oleh mereka. Nasir menambahkan bahwa orang-orang salafi memperjuangkan hal ini karena mereka mengira bahwa mereka akan menguasai Al-Azhar.

Perselisihan ini akan memiliki dampak yang sangat besar terhadap masa depan Mesir, karena Al-Azhar memiliki posisi terhormat bagi setiap orang Mesir dan merupakan lembaga yang memiliki otoritas penafsiran tentang Islam. Sejak dulu Al-Azhar memiliki peran yang sangat penting, di samping juga ia merupakan pusat penyebaran faham Ahlussunnah Waljamaah, yang memiliki murid dari berbagai belahan dunia.

Inilah sebenarnya yang sangat ditakutkan oleh orang-orang Kristen dan orang-orang sekuler, yaitu perubahan ideologi Al-Azhar yang moderat menjadi instansi yang beraliran keras. (Absyaish).


Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 05 April 2013

Pengamat Intelejen: Poso, Kota Sentral Teroris


 

Menurut pengamat intelijen, Wawan H. Purwanto, saat ini Poso menjadi kota sentral teroris. Bahkan Wawan menambahkan teroris telah menjadikan hutan di Poso sebagai tempat pelatihan.

Wawan mengatakan, selama ini teroris gagal mencari tempat pelatihan, dan akhirnya memilih Poso, Sulawesi Tengah. Untuk pengejaran, kata Wawan, kepolisian bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan pengintaian dan upaya pengepungan.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI, Brigadir Jenderal Boy Rafli membenarkan adanya penangkapan seorang tersangka teroris di Poso. Ia memaparkan, tersangka yang juga pelaku penembakan sembilan anggota Brigade Mobil Polisi Daerah Sulawesi Tengah pada 20 Desember 2012 berinisial Mn. “Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan secara intensif,” kata Boy Rafli melalui pesan singkat.

Boy belum memberikan identitas detil mengenai tersangka M. Ia hanya menyatakan, tersangka ditangkap polisi di Desa Tibo, Sindue Tobata, Donggala, Sulawesi Tengah, M diduga kuat sebagai salah satu pelaku yang menewaskan tiga anggota Brimob saat berpatroli di daerah Tambaran dan Kolara.

Polisi sendiri memang sedang melakukan penyisiran dan pengejaran terhadap sekitar 20 orang tersangka teroris bersenjata yang memberondong sembilan anggota brimob pada 20 Desember lalu. Para tersangka yang kemudian melarikan diri diduga bersembunyi di daerah Gunung Taswinuni, tepatnya di Dusun III, Desa Kalora, Poso Pesisir Utara. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

LSI Rilis 5 Kasus Kekerasan Horisontal Terburuk di Indonesia



Di penghujung tahun ini, LSI (Lingkaran Survei Indonesia), merilis 5 kasus kekerasan horizontal yang dianggap terburuk di Indonesia. Kurun waktu yang diambil sedari Indonesia memasuki zaman reformasi hingga kini. Di antara kasus-kasus itu, diskriminasi terkait agama yang mencapai 65 persen disusul kekerasan etnis, gender dan orientasi seksual.

Pengelompokan itu diambil dari 5 variable, yaitu jumlah korban, lama konflik, luas konflik, kerugian material dan frekuensi pemberitaan. LSI merilis ada lima bentrok terparah di lima wilayah.

“Skor lima terburuk itu, pertama di daerah Maluku konflik muslim versus kristen; kedua, di daerah Sampit, Dayak versus Madura; ketiga di Jakarta, kekerasan massal atas etnis China Mei 98; keempat transito Mataram muslim versus Ahmadiyah, kelima lampung selatan, etnis Bali melawan etnis Lampung,” kata Direktur LSI Novriantoni Kahar dalam refleksi akhir tahun bertemakan ‘Dicari capres 2014 yang melindungi keberagaman’ di kantor LSI, Jakarta, Minggu (23/12).

Kekerasan tersebut rata-rata menghilangkan nyawa di atas 10 ribu orang, menyebabkan kerugian material, dan memunculkan para pengungsi. Meski demikian ada yang berbeda dari diskriminasi pasca reformasi dibandingkan diskriminasi dahulu di era orde baru.

“Era reformasi mengubah wajah kekerasan diskriminasi, dari kekerasan ideologis (terhadap komunisme) menjadi kekerasan primordial (konflik horisontal akibat perbedaan identitas sosial),” lanjutnya.

Hal ini diperparah dengan lambannya upaya pencegahan dan penanganan konflik. Termasuk kebijakan SBY dalam menanganinya. “Ketidaktegasan SBY dalam melindungi keberagaman ikut membuat kekerasan primordial memburuk,” tutupnya.

Dari pengumpulan data pada tanggal 14-17 Desember 2012 dengan menggunakan sampling multistage random sampling dan margin of error 4,8 persen. Disebutkan juga sudah ada 2.398 kekerasan selama 14 tahun. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

elanjang Bulat, Perempuan Mesir Tolak Syariah Islam sebagai Konstitusi di Negerinya





Penolakan konstitusi berbasis syariah Islam di Mesir terjadi di Ibu Kota Stockholm, Swedia. Adalah Alia al-Mahdi, perempuan Mesir yang memimpin protes tersebut. Bersama kedua temannya yang sama-sama aktivis Femen, mereka bertelanjang bulat. Dengan memegang bendera Mesir, tertulis di tubuh Alia Sharia is Not a Constitution (shariah bukanlah sebuah konstitusi).

Alia mengatakan dia ingin membuat perubahan dengan cara berbeda. “Saya memilih memprotes dengan menggunakan tubuh saya,” ujarnya.

Bukannya membuat banyak pihak simpatik, aksi protes Alia ini justru mengundang kemarahan sebagian warga Negeri Sungai Nil tersebut lantaran dianggap ini kali pertama kaum hawa negara itu berani bertindak terlalu jauh.

Bahkan menurut Juru bicara gerakan liberal Mahmud Afifi mengatakan protes Alia dengan cara telanjang sebagai hal cabul.

Alia bergabung dengan kelompok perempuan garis keras, Femen, sejak dua minggu lalu. Femen adalah kelompok protes feminis Ukraina yang berdiri pada 2008 dan berpusat di Kiev. Organsisasi ini secara internasional dikenal selalu mengorganisir protes bugil menentang segala macam penindasan terhadap perempuan seperti legalisasi pelacuran dan diskriminasi institusi agama, sosial, budaya dan politik atas perempuan. [Mh].

Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 04 April 2013

Antisipasi Teror, Polisi Bekerjasama Dengan Panitia Natal

 








Kepolisian Resor Kota Madiun, Jawa Timur, mewaspadai aksi teror saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain mengerahkan personelnya untuk mengamankan gereja dan tempat umum yang menjadi pusat kerumunan massa, polisi juga bekerja sama dengan pihak panitia Natal untuk memantau jamaat.

Kepala Satuan Sabhara Polres Kota Madiun Ajun Komisaris Baru Trisno mengatakan, sebanyak 400 personel dikerahkan untuk mengamankan 70 gereja yang ada di wilayahnya. Selain pengamanan terbuka, pihaknya juga melakukan pengamanan tertutup.

”Untuk mewaspadai adanya teroris, kami berkoordinasi dengan pengurus gereja untuk mengecek setiap jemaat yang akan beribadat,” kata Baru Trisno, saat memantau pengamanan di Gereja Katolik Santo Cornelius, Sabtu, 22 Desember 2012.

Baru Trisno meminta masyarakat, terutama pengurus gereja, untuk segera melapor kepada aparat kepolisian yang sedang bertugas jika menemukan orang-orang yang berperilaku mencurigakan.

Petugas kepolisian gabungan dari Brigade Mobil dan Sabhara menyisir sejumlah bagian gereja, termasuk barisan tempat duduk dan ruang doa. Pemeriksaan terhadap 10 gereja besar di Kota Madiun menggunakan alat pendeteksi cermin (mirror detector) dan pendeteksi logam (metal detector).

Ketua Panitia Perayaan Natal 2012 Gereja Katolik Santo Cornelius, F.X. Eko Budianto, mengatakan, pihaknya sudah mensosialisasikan kepada seluruh jemaat agar meningkatkan kewaspadaan. Untuk mengantisipasi orang asing atau jemaat dari luar kota, pengurus gereja akan mengecek keluarga jemaat yang ada di Madiun.

”Jika ada orang asing atau jemaat dari luar kota, kami akan tanya keluarganya,” ujarnya.
Pada 10 Desember 2012 lalu, Roki Aprisdianto, terpidana teroris yang kabur dari Rumah Tahanan Kepolisian Daerah Metro Jaya ditangkap aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror di area Terminal Purbaya, Kota Madiun.

Sebelumnya pada 26 Oktober 2012, dua terduga teroris jaringan HASMI (Harakah Sunni Untuk Masyarakat Indonesia) yaitu Agus Anto alias Toriq dan Warso Kurniawan ditangkap di Perumahan Puri Amarta Residen, Desa Jesinan, Madiun. (sf)


Sumber: Lazuardi Birru

Seorang Terduga Penyerang Polisi Poso Diringkus



Polisi meringkus seorang berinisial M yang diduga terlibat dalam insiden penembakan rombongan patrol Brimob oleh kelompok sipil bersenjata di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso Sulawesi Tengah, pada Kamis (20/12) pagi. 4 anggota Brimob tewas dalam serangan maut tersebut.

“M ditangkap di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, tadi malam (Jumat (21/12/2012),” kata Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana.

Dewa belum merinci peran M dalam insiden yang menewaskan empat anggota Brimob dan melukai 2 lainnya itu. Namun ia menyatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, M banyak mengetahui mengenai serangan tersebut.

M adalah seorang warga yang memiliki KTP dengan alamat Desa Tambarana, Kabupaten Poso, tidak jauh dari lokasi penembakan personel Brimob yang sedang berpatroli tersebut.

“Kasus penembakan ini adalah kasus kekerasan yang bersifat khusus, karena itu penanganannya harus bersifat komprehensif, tidak cukup hanya penegakkan hukum dan tindakan represif lainnya,” ujarnya.
Menurut Dewa, pelaku bertindak membabi-buta karena dikendalikan oleh paham dan doktrin yang mereka anut.

“Karena itu saya mengetuk hati semua masyarakat untuk menghadapi mereka secara bersama-sama agar paham mereka ini tidak merasuk warga sampai ke desa-desa,” ujarnya.

Sementara itu Kadiv Humas Mabes Polri Irjen pol Suhardi Alius, di Jakarta, membenarkan penangkapan tersebut. Menurut Suhardi, M pernah ditangkap dan dijatuhkan vonis pada 2007.
Nama M merujuk pada seorang mahasiwa pembuat situs jihad. Pria berusia 24 tahun itu pernah divonis tiga tahun penjara.

Terkait dengan situs, pada Jumat (21/12/2012) melalui dunia maya, kelompok yang menamakan diri Alansar007 secara terus terang menyatakan kebahagiaannya atas kasus penembakan itu. Tindakan itu mereka nilai sebagai bentuk balas dendam terhadap polisi yang telah banyak membunuh dan melukai para “mujahidin”. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Said Aqil Siradj: Ucapkan Selamat Natal, Tak Lantas Lunturkan Iman



Sebagaimana diketahui, Ketua Maje­lis Ulama Indonesia (MUI) Ma’aruf Amin melarang umat Islam mengu­cap­kan Natal kepada umat Kristiani.

“Sebaiknya tidak usah saja lah (mengucapkan Natal). Tahun ba­ru saja. Mengucapkan Natal itu masih menjadi perdebatan,” kata Ma’ruf Amin.

Namun Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan memiliki pendapat yang berbeda. Menurutnya demi  kerukunan umat beragama capan natal boleh saja disampaikan kepada umat Kristiani.

“Asal niatnya selamat atas kela­hiran Isa Almasih sebagai Rasul Allah. Toh umat Kristiani juga se­lalu ucapkan selamat Idul Fitri dan selamat atas kelahiran Nabi Besar Muhammad. Lalu salahnya di ma­na,” kata Said Aqil Siradj.

Kyai Said mengatakan bahwa dirinya selalu me­ngucapkan Natal kepada tetang­ga­nya yang umat Kristen Katolik dan Kristen Protestan.

“Saya menghormati tokoh be­sar yang harus kita hormati dan Na­­­bi Isa itu adalah salah satu Na­bi dari kelima Nabi yang diberi­kan kebesaran dan mukjizat dari Allah. Kan umat Islam menang­ga­pi­nya sebagai Nabi Allah, bu­kan Tuhan,’’ ungkapnya.

Said Aqil melihat larangan MUI dilatarbelakangi kekhawatiran para ulama kalau mengucapkan Natal itu akidah umat Islam dapat bergesar.

Menanggapi kekhawatiran tersebut Said Aqil menyatakan bahwa kalau dirinya yakin umat Islam, terutama warga NU  tidak luntur imannya kepada Allah walaupun mengucapkan sela­mat Natal. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 03 April 2013

Warga Poso Tak Mau Lagi Dipusingkan Aksi-Aksi Teror dan Kekerasan



Terkait terjadinya baku tembak antara orang tak dikenal dengan polisi Kamis pagi, warga poso menyatakan bahwa mereka tidak ingin daerahnya dirusak orang lain.

“Jangan lagi kacaukan Poso, kalau ada yang ingin bikin kekacauan cari medan lain. Jangan di Poso. Kalau masyarakat Poso ditanya, pasti tidak ada lagi yang ingin berkonflik,” kata Ketua Gerakan Pemuda Ansor Poso.

Ia juga mengatakan bahwa warga Poso tidak mau lagi dipusingkan dengan aksi-aksi kekerasan yang pada akhirnya hanya merugikan masyarakat itu sendiri. Ibrahim sendiri meyakini bahwa pelaku tembak menembak itu bukan orang Poso.

“Itu bukan masyarakat Poso. Polisi juga kan sudah menduga bahwa itu orang luar,” tegasnya. Ibrahim mengatakan pascakonflik bernuansa agama 10 tahun silam, masyarakat Poso sudah mulai hidup nyaman lagi. Kondisi yang sudah nyaman ini sebaiknya tidak lagi diganggu dengan berbagai bentuk aksi.
 ”Kami sudah nyaman pascakonflik. Makanya tadi kami terkejut mendengar ada lagi yang baku tembak,” katanya.

Dia mengatakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat atas kelangsungan hidup masyarakat, beberapa waktu lalu para tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh pemuda bersatu dalam Kelompok Masyarakat Poso Anti Teror. Mereka mendatangi DPRD provinsi meminta keseriusan pemerintah daerah dan kepolisian untuk segera memulihkan Poso dari aksi-aksi teror. Namun sayangnya kata Ibrahim, kedatangan mereka terkesan tidak direspons baik oleh anggota dewan. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Bebas Korupsi, Parpol Islam Berpeluang Besar di Pemilu 2014




Hasil survey lembaga survey mempersepsikan, peringkat satu sampai dengan tiga parpol yang terlibat korupsi bukan parpol Islam. Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Hidayat Nurwahid, itu artinya peluang untuk partai islam sangat besar di pemilu 2014 mendatang.

“Kalau memang rakyat betul-betul ingin mempercayakan suaranya pada partai yang bebas korupsi, mestinya mereka tidak bergantung pada partai yang terlibat korupsi. Itulah peluang besar bagi partai Islam,” kata Nurwahid usai acara Refleksi akhir tahun 2012 Fraksi PKS, di Senayan, Jakarta, Jum’at (21/12).

Meski demikian Nurwahid mengaku tidak setuju kalau partai Islam harus memanfaatkan kondisi partai sekuler yang sedang berkonflik. Nurwahid menambahkan bahwa partai Islam ingin bertanding dengan cara yang fair di 2014.

“Kami mendoakan rekan-rekan kami dari partai non Islam menjadi partai yang betul-betul sehat. Mengisi dan mengikuti pertandingan demokrasi dengan cara-cara yang fair. Apa sih enaknya menang kalau lawannya sakit? Kami ingin menang dengan cara yang fair,” ujarnya.

Nurwahid juga meyakini bahwa partai Islam memiliki peluang yang besar untuk diterima masyarakat,
“Saya yakin partai Islam punya kans yang besar untuk diterima oleh masyarakat. Asalkan partai Islam menggunakan cara yang beragam dan terobosan yang meyakinkan publik, mereka tidak akan kalah dibanding partai lainnya,” tandas dia. [Mh]


Sumber: Lazuardi Birru

KPAI: Kekerasan Pada Anak di Sekolah Meningkat



Kekerasan terhadap anak di lembaga pendidikan ternyata semakin kompleks dan memprihatinkan. Wakil Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Apong Herlina mengatakan tahun 2012 ini terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di sekolah hingga lebih dari 10 persen.

Apong mengatakan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah terjadi dalam berbagai jenis baik itu dilakukan oleh guru maupun antar siswa. Kasus kekerasan itu juga terjadi merata hampir di seluruh wilayah di Indonesia.

Data itu didasarkan pada hasil survey KPAI di sembilan propinsi terhadap lebih dari 1000 orang siswa siswi. Baik dari tingkat Sekolah Dasar/MI, SMP/Mts, maupun SMA/MA. Survey ini menunjukan 87,6% siswa mengaku mengalami tindak kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun psikis, seperti dijewer, dipukul, dibentak, dihina, diberi stigma negatif hingga dilukai dengan benda tajam. Dan sebaliknya 78,3 persen anak juga mengaku pernah melakukan tindak kekerasan dari bentuk yang ringan sampai yang berat. Kasus kekerasan fisik di lingkungan sekolah yang mencolok antara lain tawuran, perpeloncoan saat masa orientasi siswa atau MOS dan bullying.

Apong sangat memprihatinkan situasi ini. KPAI menyesalkan sikap pemerintah yang terkesan melakukan pembiaran terhadap permasalahan ini. Apong mencontohkan tidak adanya kebijakan yang ketat bagi sekolah untuk menekan angka kekerasan di lingkungan pendidikan. “Misalnya harus merekrut guru-guru yang tidak potensi menjadi pelaku kekerasan. Itu kan bisa psikotes. Di beberapa negara, orang yang pernah melakukan kekerasan terhadap anak, itu tidak diterima menjadi guru. Di kita ada ga aturan seperti itu? Ga ada,“ kata Apong. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 02 April 2013

12 Warga Poso Dimintai Keterangan Soal Penyerangan Polisi



Sebanyak 12 warga Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), hingga Jumat (21/12/2012) sore masih ditahan untuk dimintai keterangan terkait penembakan yang menewaskan empat anggota Brimob, Kamis (20/12).

“Kami masih menahan 12 orang warga Poso yang ketika kejadian berada di lokasi. Mereka masih dimintai keterangan, sesuai aturannya berdasar undang-undang terorisme selama 7 x 24 jam. Mereka hanya dimintai keterangan. Belum tentu mereka bersalah. Mereka kebetulan berada di lokasi kejadian saat insinden,” kata Kepala Polda Sulteng Brigjen Dewa Parsana.

Parsana juga mengatakan, diperlukan kerja sama lintas sektoral untuk menyelesaikan masalah Poso secara umum. Karena masih ada paham-paham yang menghalalkan jalan kekerasan.

“Harus diakui bahwa kerja sama lintas sektoral antara para pihak terkait belum optimal. Diperlukan kerja sama menyeluruh juga kerja sama dari masyarakat untuk meniadakan paham-paham yang menghalalkan jalan kekerasan semacam itu yang masih berkembang di Poso,” ujarnya.

Tetapi, Kapolda tidak menyebutkan identitas kelompok yang terlibat baku tembak dengan anggota polri tersebut. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Polri Terus Analisis Titik-Titik Rawan Teror Saat Natal



Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Agus Rianto mengatakan, Polri terus menganalisis titik-titik rawan terjadinya aksi terorisme menjelang malam Natal dan tahun baru 2013.
“Sudah kita lakukan analisis terhadap peristiwa yang terjadi. Sehingga Natal dan tahun baru bisa berjalan baik,” ujar Agus dalam keterangan persnya di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (21/12/2012).

Sebagai upaya pencegahan, Kapolri menekankan kepada Kapolda di wilayah masing-masing untuk menambah kekuatan mereka dalam menjaga masing-masing wilayah.

“Pimpinan wilayah, sudah ditekankan oleh Kapolri, pentingnya keamanan dan pengamanan diri sendiri dan masyarakat,” jelasnya.

Ditambahkan Agus, pihaknya berharap peran aktif masyarakat untuk bisa berkoordinasi dengan pos pengamanan yang disediakan kepolisian pada saat malam Natal dan tahun baru nanti.
“Pos pam 1.887, pos pelayanan 754. Kita harap masyarakat bisa manfaatkan pos-pos tersebut untuk komunikasi dan koordinasi,” terangnya.

Sementara itu di Depok Jawa Barat, Polres Depok melibatkan sedikitnya 777 personel  gabungan dari Dinas Perhubungan, TNI, dan Pokdar Kamtibmas untuk diperbantukan dalam pengamanan malam Natal dan tahun baru 2013 di Depok.

Kendati telah mengerahkan kekuatan penuh, Polres Depok tidak mau kecolongan kembali seperti ancaman teror bom yang terjadi di rumah Yayasan Panti Asuhan di Jalan Nusantara, Beji, Depok pada September silam. Untuk itu, pihaknya akan menyebar intel sebelum perayaan Natal dan tahun baru.

“Kami sebar intel, Babinkamtibmas untuk menyisir tempat-tempat dimana di Depok ini banyak kantong-kantong yang ilegal,” ujar Achmad kepada wartawan, di Depok, Jumat (21/12/2012).

Ditambahkan dia, teror bom di Jalan Nusantara, Beji, Depok, cukup memberikan pelajaran kepada pihaknya untuk lebih waspada dengan ancaman teror bom yang terjadi, khususnya saat peringatan upacara keagamaan. Untuk itu, setiap informasi dari masyarakat akan dilanjutkan. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Presiden: Poso Tidak Boleh Menjadi Basis Kelompok Bersenjata





Presiden SBY menyoroti kasus penyerangan kelompok sipil bersenjata terhadap rombongan patroli personel Brimob Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) di kawasan Gunung Kalora, Desa Tambarana, Poso Pesisir, Kabupaten Poso Sulteng hingga menewaskan 3 anggota Brimob pada Kamis (20/12/2012).

Menurut Presiden, apa yang terjadi di Poso tidak bisa dianggap sebagai kejadian yang biasa. Harus diambil langkah tepat, tegas, dan benar oleh Polri dengan dibantu TNI sesuai Undang-undang.

“Dengan tujuan melindungi rakyat dari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab, aparat keamanan harus mencegah Poso menjadi tempat bagi aktivitas bersenjata, dan pastikan daerah itu aman. Juga saya sampaikan harus lebih waspada tidak lalai, apakah itu petugas kepolisian maupun tentara kita,” tegas Presiden seperti dikutip detikcom, Jumat (21/12/2012).

Lebih jauh Presiden menandaskan bahwa tidak boleh ada kelompok sipil bersenjata, meski dengan alasan untuk pengamanan.

“Tidak boleh di negeri ini ada elemen sipil bersenjata, seberapa pun besarnya. Itu prinsipnya. (Pengamanan bersenjata) dilakukan oleh petugas kepolisian dibantu oleh TNI sesuai dengan UU yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah perlu langkah yang tegas, sigap dan tuntas,” ujar

Menurut SBY sudah bertahun-tahun lamanya pemerintah berusaha menyelesaikan konflik di Poso dan Ambon. SBY sendiri mengaku sudah berkali-kali mengunjungi Poso beberapa waktu lalu.
“Oleh karena itu, apa yang sudah baik jangan sampai robek kembali. Hukum harus ditegakkan rakyat harus dilindungi,” tutupnya.

Sebelumnya, tiga personel Brimob Polda Sulteng gugur dalam baku tembak dengan kelompok teror. Mereka adalah Briptu Wayan Putu Ariawan, Briptu Winarto, Briptu Ruslan. Sementara tiga personel lainnya mengalami luka tembak, mereka adalah Briptu Eko Wijaya Sumarno, Briptu Lungguh Anggara, Briptu Siswandi. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 01 April 2013

Alansar 007 “Bertanggung Jawab” Atas Serangan Polisi Poso




Lewat dunia maya, kelompok yang menamakan diri Alansar007 secara implisit mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 3 anggota Brimob saat melakukan patroli di Desa Kalora, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (20/12/2012).
Dalam weblog tersebut, mereka mengusung slogan Sariyyatu Tsa’ri Waddawaa’ yang artinya kurang lebih operasi balas dendam sebagai obat luka. Situs itu mengutuk pemimpin-pemimpin Indonesia dari Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak menerapkan syariat Islam.

Berikut petikan pernyataan perihal aksi penyerangan terhadap rombongan patroli Brimob yang dimuat dalam weblog tersebut.

“Sungguh kabar yang melegakan kita semua, di mana para Mujahidin Indonesia Timur dengan Idzin Allah Ta’ala berhasil melakukan serangkaian amaliyah di wilayah Poso dan sekitarnya, berikut Informasi yang bisa kami himpun hingga saat ini :

Amaliyah Penembakan terhadap Para Thaghut di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, di mana Para Thoghut mereka membikin markas baru di desa tersebut, di desa yang sebelumnya mereka membunuh Seorang Ustadz Mujahid yang Mulia, Ustadz Muhammmad Khoiri S.Sa. Dalam Amaliyah ini menewaskan 2 Tentara Thoghut laknatullah dan melukai 3 lainnya, yang kini langsung dibawa ke RS Poso 2 orang dan RS Parigi 1 orang.”

Mereka menyebut aksi tersebut sebagai pembalasan atas tindakan Tim Densus 88 yang dianggap menzalimi mereka.

Hingga berita ini ditulis belum ada keterangan dari pihak kepolisian mengenai siapa pembuat weblog tersebut. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Mogok Kerja Membuat Palestina Lumpuh



Para pegawai pemerintahan Palestina sudah dua hari melakukan mogok kerja, mereka menuntut pembayaran gaji yang sudah dua bulan belum terlunasi. Mogok kerja ini dilakukan oleh para pegawai pemerintah yang meliputi pengelola sekolah-sekolah, para pegawai yang berada di bawah naungan berbagai kementerian dan para pegawai di berbagai instansi-instansi pemerintah lainnya.

Belum jelas sampai kapan keterlambatan pembayaran gaji para pegawai ini, mengingat tidak ada kepastian yang diberikan oleh pemerintah Palestina sendiri, bahkan Perdana Menteri Palestina, Salam Fayed tidak berani berjanji kapan gaji para pegawai tersebut bisa dilunasi. “Belum ada kepastian sampai kapan gaji mereka bisa terbayar,” jelasnya.

Kenyataan ini semakin memperburuk nasib ekonomi warga Palestina, menurut ketua aliansi pegawai Palestina, kondisi ekonomi rakyat Palestina khususnya para pegawai semakin memperihatinkan, “Mereka (para pegawai. red) bahkan tidak mampu membayar ongkos transportasi untuk sampai ke kantor-kantor mereka,” ujarnya.

Para pegawai menuntut pelunasan gaji untuk bulan November yang seharusnya sudah mereka terima beberapa hari ini, dan tidak lama dari itu pencairan gaji untuk bulan Desember yang seharusnya mereka terima dalam waktu dekat ini.

Pemerintah Palestina sebenarnya sudah mengalami krisis sejak dua tahun terakhir, tapi krisis itu semakin memburuk sejak satu bulan ini, karena Israel menahan dana hasil pajak dan cukai milik Palestina sebagai bentuk hukuman dari Pemerintah Israel, karena Pemerintah Palestina mengajukan diri sebagai Negara pengawas non anggota kepada PBB dan berhasil mendapat pengakuan.

Satu-satunya solusi yang sedang ditunggu oleh Pemerintah Palestina adalah kucuran dana bantuan sebesar 100 juta dolar dari Negara-negara Arab yang sudah diputuskan dalam konferensi liga Arab di Irak  pada bulan Maret 2012 lalu. Dana ini dianggap bisa membantu meringankan krisis ekonomi Palestina, sehingga pantas ketika Perdana Menteri Palestina sangat berharap Negara-negara Arab segera mengucurkan dana tersebut.

“Kami tidak punya tongkat sihir yang bisa merubah keadaan ini, jadi kami sangat berharap Liga Arab segera mengadakan pertemuan darurat untuk membahas masalah ini, karena keadaan ini akan semakin buruk jika Liga Arab tidak bisa memberi kucuran dana dalam jumlah besar dan dalam waktu dekat pula,” ujar Fayed.
Kondisi Palestina akan semakin buruk jika tidak segera ada dana talangan gaji para pegawai tersebut, karena selain para guru dan para pegawai di bawah kementerian yang sudah melakukan mogok kerja, kini para dokter dan para pegawai rumah sakit lainnya juga akan melakukan mogok kerja. Dan Palestina yang lumpuh total hanya tinggal menunggu waktu saja.[ Absyaish]

Sumber: Lazuardi Birru