Dalam agama Islam dikenal istilah tasamuh
untuk merujuk pada toleransi. Menurut Quraish Shihab toleransi adalah
batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih dapat diterima.
Toleransi adalah penyimpangan yang tadinya harus dilakukan menjadi tidak
dilakukan. singkatnya penyimpangan yang dapat dibenarkan.
Islam menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial dan memiliki berbagai macam perbedaan. perbedaan bukan
hanya keniscayaan tetapi juga kebutuhan. Tapi pada saat yang sama Tuhan
menghendaki juga agar manusia bersama. Bersama dengan Tuhan dan bersama
dengan seluruh manusia.
“Keniscayaan perbedaan dan keharusan
persatuan itulah yang mengantar manusia harus bertoleransi. Karena semua
manusia mendambakan kedamaian. Tanpa toleransi tidak mungkin ada
kedamaian. Semua manusia mendambakan kemaslahatan, dan tanpa toleransi
tidak akan ada kemaslahatan. Semua menginginkan kemajuan dan tanpa
toleransi kemajuan tidak akan tercapai” Ungkap pakar tafsir Quraish
Shihab.
Islam memahami toleransi bukan saja dalam
kehidupan bermasyarakat tetapi juga dalam kehidupan beragama. Banyak
sekali contoh dalam al Qur’an dan juga kisah nabi SAW yang
memperlihatkan kadar toleransi yang sangat begitu tinggi.
Quraish Shihab mengkisahkan, dalam perjanjian Hudaibiyyah, nabi SAW menulis kata bismillahi rahmani rohim pada perjanjian. Namun orang-orang musyrik tidak terima dengan kalimat basmallah tersebut. Mereka menginginkan ditulis bismikallauhumma.
Dan nabi SAW akhirnya menyetujuinya. Sebenarnya para sahabat tidak bisa
mentoleransi hal tersebut. Tetapi nabi SAW yang penuh dengan toleransi
menghapus kata itu demi kemaslahatan dan perdamian.
Menurut Quraish Shihab kita memang tidak
boleh mengorbankan aqidah demi toleransi, tetapi dalam saat yang sama
kita tidak boleh mengorbankan toleransi atas nama aqidah. Karena itu
sekian banyak ayat al Qur’an berbicara dan menganjurkan untuk
bertoleransi, misalnya dalam surat Saba’ 25-26. [Mh].
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar