Menteri Agama, Suryadharma Ali menilai
dakwah yang dilakukan oleh alim ulama dan santri kepada masyarakat masih
kurang. Hal ini terbukti dengan masih maraknya aliran sesat namun
mengaku Islam, serta ajaran radikalisme dan terorisme.
“Ini keprihatinan kita bersama. Mari kita
bertekad untuk mensuplai ummat dengan informasi ajaran Islam yang
benar. Juga mari kita datangi saudara-saudara kita yang terlanjur
mendapatkan ajaran yang salah, untuk kita ajak kembali kepada ajaran
yang benar,” kata Menag pada acara Halaqah Nasional I Kiai Pondok
Pesantren Ahlussunah Wal Jamaah di Ponpes Al-Qur’an Al-Falah 2, Nagrek,
Kabupaten Bandung, seperti dilansir laman Kementerian Agama.
Menurut Menag, dengan melakukan dakwah
sesuai ajaran Ahlussunah Wal Jamaah yang sesuai ajaran Alquran dan Sunah
Nabi, maka akan tampak ajaran Islam yang damai, santun, moderat, serta
jauh dari kekerasan. “Mari kita tunjukkan kepada dunia, bahwa jangan
seenaknya mengaitkan Islam dengan radikalisme dan terorisme. Terlebih
lagi mengaitkan radikalisme dan terorisme dengan Pondok Pesantren,” kata
Menag.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan
Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT), Irjen Pol (Purn) H. Arsyaad
Mbai mengatakan bahwa perlu dicegah upaya menanamkan radikalisme dan
membenci NKRI kepada generasi muda melalui pengajaran Islam yang salah.
Arsyaad menambahkan bahwa saat in
dideteksi ada segelintir Pondok Pesantren yang mengajarkan berbagai
bentuk radikalisme, seperti mengharamkan hormat kepada bendera dan
mengamalkan Pancasila. “Yang seperti itu hanya segelintir jumlahnya,
karena Ponpes kita mayoritas mengajarkan Islam yang damai, sejuk, dan
moderat, serta cinta NKRI,” ungkapnya.
Namun demikian, yang sedikit ini tidak
bisa dibiarkan, harus dipantau untuk selanjutnya dibina bersama para
kiai yang ada. Ini demi menjaga citra Pondok Pesantren, demi ummat, dan
demi menjaga keutuhan NKRI.[Az].
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar