Rabu, 06 Maret 2013

Islam yang Santun Harus Digalakkan





Perilaku ekstremis dan anarkis yang dilakukan golongan umat Islam tertentu telah menjadikan wajah Islam yang garang. Islam dianggap agama teror dan umatnya menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkan agamanya. Pandangan muslim garis keras seperti ini sangat membebani psikologi umat Islam secara keseluruhan.

Lantaran demikian, Musahadi, Pembantu Rektor I IAIN Walisongo, mengatakan IAIN yang sejak berdirinya mengemban amanah menyebarkan nilai-nilai Islam yang santun semestinya menjadi wadah penyubur ajaran ini. Seperti yang telah dilakukan para wali terdahulu, Islam diajarkan melalui jalan yang damai. “Sudah sepatutnya kita melestarikan ajaran itu,” kata dia.

Radikalisme dan terorisme merupakan masalah bangsa yang serius dan perlu dilakukan langkah-langkah deradikalisasi yang sistematis dengan berbagai pendekatan. Diantaranya dilakukan melalui lembaga pendidikan pesantren. “Deradikalisasi bukanlah pendangkalan syariat, tetapi upaya mengubah cara berdakwah dengan lebih santun,” imbuhnya.

Menurutnya, paham Islam radikal tidaklah salah, akan tetapi yang tidak bisa dibenarkan adalah cara mereka dalam berdakwah. Seorang maupun kelompok, yang memperjuangkan Islam tapi menggunakan kekerasan, sejatinya jalan yang ditempuh bertentangan dengan ajaran Islam.

“Prinsip ulama Ahlussunnah waljama’ah menegaskan bahwa tujuan tidak bisa membenarkan cara (al-ghayah la tubarrir al-washilah) atau sesuatu yang baik hendaknya ditempuh dengan cara yang baik pula (man kana amruhu ma’rufan fal-yakun bi ma’rufin),” ungkapnya.

Kekerasan dalam bentuk apapun seharusnya tidak patut dilakukan, kekerasan merupakan jalan paling akhir yang ditempuh. Meski akhir, hal ini bukan berarti kekerasan layak dilakukan, selalu masih ada cara diplomasi dalam penyelesaian masalah. Semua golongan jangan menganggap benar sendiri apa yang diyakininya. Semua itu bisa dilakukan dengan terus-menerus belajar mengenai perbedaan yang ada di kehidupan ini, termasuk agama lain. “Kita bukanlah Nabi, jangan pernah menganggap diri kita paling suci,” kata dia.

Selain itu, dalam konteks beragama pada zaman sekarang, seorang muslim tidak harus menjalankannya sama persis dengan yang dilakukan Nabi Muhammad di masa dulu. “Zaman telah berubah, hendaknya Islam disesuaikan dengan konteks masa sekarang,” pungkasnya.[Az]

Sumber: suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar