Perilaku ekstremis dan anarkis
yang dilakukan golongan umat Islam tertentu telah menjadikan wajah Islam yang
garang. Islam dianggap agama teror dan umatnya menyukai jalan kekerasan suci
untuk menyebarkan agamanya. Pandangan muslim garis keras seperti ini sangat
membebani psikologi umat Islam secara keseluruhan.
Lantaran demikian, Musahadi,
Pembantu Rektor I IAIN Walisongo, mengatakan IAIN yang sejak berdirinya
mengemban amanah menyebarkan nilai-nilai Islam yang santun semestinya menjadi
wadah penyubur ajaran ini. Seperti yang telah dilakukan para wali terdahulu,
Islam diajarkan melalui jalan yang damai. “Sudah sepatutnya kita melestarikan
ajaran itu,” kata dia.
Radikalisme dan terorisme
merupakan masalah bangsa yang serius dan perlu dilakukan langkah-langkah
deradikalisasi yang sistematis dengan berbagai pendekatan. Diantaranya
dilakukan melalui lembaga pendidikan pesantren. “Deradikalisasi bukanlah
pendangkalan syariat, tetapi upaya mengubah cara berdakwah dengan lebih
santun,” imbuhnya.
Menurutnya, paham Islam radikal
tidaklah salah, akan tetapi yang tidak bisa dibenarkan adalah cara mereka dalam
berdakwah. Seorang maupun kelompok, yang memperjuangkan Islam tapi menggunakan
kekerasan, sejatinya jalan yang ditempuh bertentangan dengan ajaran Islam.
“Prinsip ulama Ahlussunnah
waljama’ah menegaskan bahwa tujuan tidak bisa membenarkan cara (al-ghayah la
tubarrir al-washilah) atau sesuatu yang baik hendaknya ditempuh dengan cara
yang baik pula (man kana amruhu ma’rufan fal-yakun bi ma’rufin),” ungkapnya.
Kekerasan dalam bentuk apapun
seharusnya tidak patut dilakukan, kekerasan merupakan jalan paling akhir yang
ditempuh. Meski akhir, hal ini bukan berarti kekerasan layak dilakukan, selalu
masih ada cara diplomasi dalam penyelesaian masalah. Semua golongan jangan menganggap
benar sendiri apa yang diyakininya. Semua itu bisa dilakukan dengan
terus-menerus belajar mengenai perbedaan yang ada di kehidupan ini, termasuk
agama lain. “Kita bukanlah Nabi, jangan pernah menganggap diri kita paling
suci,” kata dia.
Selain itu, dalam konteks
beragama pada zaman sekarang, seorang muslim tidak harus menjalankannya sama
persis dengan yang dilakukan Nabi Muhammad di masa dulu. “Zaman telah berubah,
hendaknya Islam disesuaikan dengan konteks masa sekarang,” pungkasnya.[Az]
Sumber: suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar