Polri mensinyalir ada upaya pelemahan
terhadap pemberantasan terorisme di tanah air. Itu terlihat dari
dikembangkannya wacana pembubaran Densus 88 Antiteror menyusul tersebarnya rekaman
video tindak kekerasan yang diduga dilakukan personel antiteror terhadap
terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah.
"Kita masih didalami,
ada upaya melemahkan Densus 88 Antiteror, agar Densus tidak melakukan penegakan
hukum kepada teroris," ujar Kepala Bareskrim Polri,
Komjen Sutarman, di Jakarta, Rabu (6/3/2013).
"Jangan pernah sekecil
apapun untuk membubarkan Densus, kalau berpikir seperti itu, maka itu merupakan
kemenangan bagi teroris," tegasnya.
Menurut dia, Densus 88 masih
diperlukan untuk penanganan kelompok atau jaringan teror yang tumbuh di
Indonesia. Polri mengaku kecolongan dengan insiden ledakan bom di beberapa
tempat dan menelan korban jiwa seperti Bom Bali 1 dan 2, terutama dalam sisi
intelijen.
"Saat ini kita
mengikuti sebelum mereka melakukan pengeboman dan penembakan. Kalau densus
tidak bergerak maka akan terjadi ledakan bom," urainya seraya menambahkan
23 rangkaian bom siap ledak ditemukan Polri beberapa bulan lalu dalam operasi
penyisiran di Poso Pesisir.
Sutarman menjelaskan, video yang diserahkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang menyebut ada penganiayaan oleh Densus 88 merupakan gambar gabungan dua peristiwa. Yaitu, penangkapan saat operasi pascapenembakan yang menewaskan empat personel Brimob Polda Sulteng akhir 2012 lalu, dan juga peristiwa penangkapan tersangka Wiwin Kalahe yang melakukan mutilasi terhadap 3 siswi SMK di Poso 2005 lalu.
Sutarman menjelaskan, video yang diserahkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang menyebut ada penganiayaan oleh Densus 88 merupakan gambar gabungan dua peristiwa. Yaitu, penangkapan saat operasi pascapenembakan yang menewaskan empat personel Brimob Polda Sulteng akhir 2012 lalu, dan juga peristiwa penangkapan tersangka Wiwin Kalahe yang melakukan mutilasi terhadap 3 siswi SMK di Poso 2005 lalu.
"Pada saat pengungkapan
kasus penembakan anggota Brimob 2012 lalu memang ada pemukulan oleh anggota,
dan sudah diambil tindakan hukum, baik itu etik, profesi, dan pidana. Video itu
bukan pure waktu itu (2012) namun disambung
kejadian 2007," jelas Sutarman.
Penangkapan Wiwin, terang
Sutarman, diawali dari penangkapan beberapa rekan pelaku. Wiwin sendiri saat
itu bersembunyi di dalam sebuah rumah. Saat personel Brimob menggerebek rumah
tersebut, terjadi baku tembak. Satu personel luka dan akhirnya Wiwin tertangkap
setelah tertembak di bagian dada.
"Bukan ditangkap lalu
ditembak, dibuka bajunya untuk mengetahui apakah ada bom yang disimpan,"
jelasnya.
Saat dalam kondisi terluka,
ujar Sutarman, pihaknya sudah melakukan upaya untuk mengobati Wiwin. Namun
kondisi saat itu jalan menuju lokasi penggerebekan ditutup untuk sterilisasi.
Hanya kendaraan Baracuda yang mampu melewati, karena adanya baku tembak antara
aparat dan kelompok teroris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar