Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) mengajak umat Islam untuk menanamkan nilai ajaran Islam yang penuh
kedamaian. Islam yang menyimpang sesat dan menyesatkan harus dijauhkan.
“Saya ajak kaum Muslim untuk
tanamkan nilai ajaran Islam yang penuh kedamaian, jauhkan Islam yang menyimpang
sesat dan menyesatkan," kata Presiden dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad
Saw di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/1/2014).
Presiden mengingatkan bahwa
ajaran Islam mengajarkan kedamaian. Ia pun meminta umat Muslim untuk mencegah
saudara-saudaranya dari aksi teror apalagi mengatasnamakan agama.
"Cegah saudara kita melakukan
tindakan radikal terorisme dan pemahaman jihad yang tidak pada tempatnya yang
mengatasnamakan Islam," kata SBY.
Presiden menekankan kembali bahwa
Indonesia harus menjadi gambaran masyarakat Muslim yang damai dan menghormati
kemajemukan. Menurutnya esensi piagam Madinah di Indonesia bisa ditemukan dalam
Pancasila.
"Nilai universal Islam yang
tertuang dalam Pancasila seperti kesalehan sosial tidak hanya cita-cita tapi
harus diimplementasikan dan diteladankan secara nyata," ujarnya.
Selain menghindarkan aksi teror
yang mengatasnamakan Islam, masyarakat kata Presiden juga harus mencegah
potensi konflik antara pihak yang memiliki pemahaman berbeda. Dengan demikian
provokasi tidak akan bertumbuh.
Presiden pun mengajak seluruh
elemen bangsa untuk tidak berhenti membangun toleransi antarumat beragama dan
menghargai kemajemukan diantara sesama anak bangsa. Menurut dia sebagai sebuah
bangsa multibudaya dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia harus
mampu membangun budaya yang teduh dan mengayomi di antara sesama anak bangsa.
“Kesetaraan, toleransi, dan sikap
menghargai kemajemukan merupakan jiwa dan nilai utama yang termaktub dalam
Piagam Madinah. Piagam Madinah berhasil mengubah tatanan masyarakat yang saling
berseteru menjadi tatanan masyarakat yang kuat, tangguh, makmur, dan bersatu,”
kata Presiden.
Sejarah mencatat, lanjut
Presiden, teladan Muhammad menjadikan masyarakat Madinah tampil menjadi cahaya
peradaban yang menerangi kegelapan dunia Arab di masa itu. Masyarakat Madinah
di zaman Nabi merupakan gambaran ideal dari sebuah masyarakat yang dikehendaki
oleh ajaran Islam. “Masyarakat yang dibangun di atas fondasi tauhid dan
dijalankan dalam aturan hukum yang adil,” katanya.
Nabi Muhammad Saw pada masa
kepemimpinannya selalu mengayomi semua pihak dan tidak pernah berhenti
membangun toleransi. Nabi Muhammad Saw, lanjutnya, juga senantiasa menjaga ukhuwah
dan kerukunan di antara semua umat yang dipimpinnya.
Bahkan, kata Presiden, saat
menghadapi cobaan, rintangan, dan tantangan luar biasa, Nabi Muhammad Saw selalu
bersabar dan menjaga para sahabat untuk bersabar sambil berikhtiar. “Dengan
cara dan pendekatan seperti itulah, beliau berhasil membangun tatanan
masyarakat di atas peradaban Islam. Tatanan masyarakat yang menebarkan
perdamaian, keadilan, toleransi, dan persamaan,” katanya.
Sementara itu, Menteri Agama
Suryadharma Ali Suryadharma mengatakan peran Nabi Muhammad sangat besar dalam
peradaban dunia. Muhammad juga dinilai berhasil membentuk masyarakat Madinah,
secara sosio kultural, model masyarakat ini sangat modern untuk zaman dan
tempatnya.
"Tak berlebihan jika Nabi
telah lakukan reaktualisasi politik dan kenegaraan yang tembus batas ruang dan
waktu yang tetap relevan," ujar Suryadharma.
Ia mengatakan, nilai-nilai
kemanusiaan pada Piagam Madinah sangat relevan dalam konteks Indonesia saat
ini, khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Indonesia, kata dia, telah
memiliki Pancasila sebagai dasar negara dan filsafat dasar yang berfungsi
sebagai pijakan nilai-nilai moral bangsa. “Pancasila menjadi pengikat kehidupan
pluralisme untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama, toleransi, dan perdamaian,”
tuturnya.[as]
Sumber: Beritasatu.com,
Metrotvnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar