Rabu, 15 Januari 2014

Menutup Aurat, Lebih dari Sekedar Kewajiban, “Membuat Hidup Lebih Hidup”




Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*

Aurat adalah bagian tubuh yang harus di tutupi oleh seorang muslim maupun muslimah, hal ini sudah sangat jelas sekali tidak ada pertentangan di antara jumhur (mayoritas) ulama, dan tentunya perintah ini juga sudah cukup jelas di sampaikan oleh Allah SWT dalam al Quran, yaitu :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
 Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya; janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS an-Nur [24]: 31).

Allah SWT memberikan sebuah kabar, peringatan, standar hukum yang layak untuk manusia, karena kita pada dasarnya butuh Allah SWT yang maha mengetahui mana yang lebih manfaat untuk kehidupan, bukan sebaliknya bahwa kita merasa paling benar, dan angkuh dengan mengatas namakan ekspresi, kebebasan, belum siap, tidak trendy maupun gaul, pendapat kecil seperti ini seharusnya sudah bisa di tepis oleh setiap orang yang mengaku muslim, karena hakikat hukum itu adalah juga untuk manusia, dan yang paling penting adalah dengan tunduk dan patuh terhadap aturan Allah SWT berarti kita menjadi hamba nya yang mengerti akan kewajiban, kita mengetahui arti terima kasih kepada sang pencipta, dan inilah kemudian yang membedakan antara seorang muslim yang beriman dengan seorang muslim yang hanya ikut setengah-setengah saja dari pada mengamalkan Islam, artinya tidak ada totalitas dalam beragama. Bahkan Rasulullah saw pernah menyampaikan dalam sebuah  haditsnya. “Dan dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah:
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggek-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang seperti punuk unta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” [Imam Ahmad dan Imam Muslim]

Ternyata permasalahan aurat merupakan hal serius, bukan masalah siap atau tidak siap, bukan masalah zaman atau tidak, tapi ini sungguh sangat jelas perintah nya, selain untuk menjaga kehormatan, harga diri, dan identitas seorang muslim maupun Muslimah ia tentunya merupakan bentuk ibadah kita ataupun kewajiban kita kepada Allah SWT. Dalam sejarah tentang asbabun nuzul yaitu terkait turun nya ayat yang menyampaikan kewajiban memakai kerudung atau mengulurkan pakaian ke dada lebih di sebabkan gangguan orang-orang fasik, orang-orang mabuk, agar lebih mudah di kenali, lebih nyaman dan terjaga. Jika kita tarik kepada konteks yang lebih maslahat atau manfaat maka sesuai dengan maqasid atau tujuan aturan tersebut adalah dengan menutupi aurat maka merupakan langkah untuk membendung dan meredam nafsu kotor syahwat yang dengan mudah iblis membisikkan nya dari jalan tersebut.

Pada dasarnya logika dan pikiran kita terbatas, jadi tidak semudah menangkap pesan nya Allah SWT yang tidak terbatas, Allah SWT telah menggariskan aturan nya sebaik mungkin dengan menangkap sesuatu hal yang paling esensial sesuai tujuan syariah itu sendiri. Pernahkah kita membayangkan sebenarnya ini kita di ciptakan oleh siapa, untuk apa, dan akan kemana ?, jika yang menciptakan kita adalah Allah SWT maka secara otomatis Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya sendiri. Memang pada dasarnya kita di berikan akal pikiran, naluriah, tapi akal dan pikiran itu bukan justru menolak selera nya Allah SWT dengan berdalih jilbab hanya sekedar budaya, banyak di antara muslim itu sendiri yang lupa diri bahwa ia sesungguhnya milik siapa, secara sadar harus nya jika sudah mengetahui kita akan kemana maka persiapkanlah diri kita tidak dengan nafsu dan kesombongan kita, apalagi tidak berdalih secara logika seolah pintar ingin mengalahkan Allah SWT. Mungkin kita perlu membayangkan bahwa jika memiliki sepeda motor atau barang lainnya kira-kira yang paling mengetahui tentang barang tersebut adalah pemiliknya sendiri, karena tentu nya kitalah yang merawat nya, dan kitalah yang memakainya setiap waktu, secara otomatis bisa dikatakan bahwa sang empunya yang paling tahu tentang keberadaan benda, orang lain mengetahui keberadaan barang setelah kita sampaikan bagaimana sejarah, kronologis, maupun efek dari pada barang tersebut. Bukankah ada sebuah istilah yang mengatakan “don’t judge a book by it’s cover” janganlah kita menghakimi sesuatu itu hanya dari penampilan saja.

Permasalahan aurat adalah salah satu kewajiban yang paling dasar namun disisi lain justru kewajiban ini yang dengan serta merta dengan mudah di pertontonkan untuk di langgar. Kita lihat saja di sekitar kita, bahwa hanya sedikit orang yang menutup aurat, dan lebih sedikit lagi orang yang menutup auratnya dengan benar. Jika Allah SWT secara tekstual lebih memberikan penekanan agar lebih mudah di kenal, tidak di ganggu, dan agar di terima amal ibadah nya maka perhatikanlah pesan rasulullah dari hadits tersebut di atas, ini artinya tidak sebatas menahan pandangan lelaki, tidak sebatas identitas dan mendapatkan rahmat Allah SWT, maka ketahuilah sesungguhnya peraturan tentang aurat ini adalah keputusan Allah SWT mutlak dari nya, jika seorang anak manusia enggan dengan peraturan-Nya maka secara tidak langsung merupakan pemberontakan manusia itu sendiri terhadap sang pencipta. Bagi sebagian kalangan dan aktifis feminis yang sering mengangkat isu gender ada kalanya dengan berani menyampaikan masalah menutup aurat ini adalah masalah selera dan situasi saja (Red. dengan beranggapan kita sudah di kenal, dan sudah aman terhindar dari gangguan orang fasik). Perlu di pahamkan kembali bahwa jika hanya sebatas itu pengetahuan manusia terkait hukum menutup aurat ini maka tidak akan mungkin sampai kanjeng Nabi Rasulullah SAW, berpaling dari orang yang tidak menutup dadanya.Allah SWT kembali berfirman dalam al Quran yang sekira artinya:

“Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S. Al A’raf : 26).

Jika melihat alasan dan fenomena orang menganggap remeh atas menutup aurat ini yang beragam macam, mulai dari menganggap hanya budaya, belum siap, belum terbiasa, khawatir akan rezeki, jodoh, dan lain sebagainya, maka marilah berhijrah dari pikiran yang penuh ego, kepada pikiran yang semata-mata kehendak nya Allah SWT ini, kehendak nya Allah SWT bahwa manususia ada aturannya dengan berpakaian sopan, santun, tidak mengundang nafsu syahwat yang menggelora dari mempertontonkan lekuk tubuh manusia, tidak sombong dengan mempertunjukkan perhiasan di leher. Harusnya jika kita berani bicara bahwa dalam kondisi sopan berpakaian rapi saja bisa menimbulakan gairah syahwat menimbulkan pemerkosaan, maka konon lagi dengan membuka setengah baju, setengah paha di hadapan khalayak ramai. Jika mungkin peristiwa pemerkosaan tidak terjadi maka seminimal-minimal mungkin adalah kita telah mengundang orang lain berbuat dosa dengan berimajinasi tentang kita, menghayal yang tidak baik mengotori jiwa dan pikiran manusia itu sendiri.

Masalah rezeki dan jodoh juga adalah urusan Allah SWT, maka mintalah kepada-Nya, Allah SWT yang maha mengatur rezeki dari timur hingga ke barat, tidak ada yang mustahil bagi-Nya, ia mampu membuat harta yang banyak tidak berkah dan tidak manfaat, tapi ia juga mampu memberikan harta yang sedikit tapi berkah berkecukupan, tentunya jauh lebih baik di balik usaha yang sungguh-sungguh, yang di dalamnya tersimpan ridha Allah SWT akan bermanfaat lagi berkah. Bagi seorang lelaki yang dengan suka rela mempertontonkan aurat perempuan/isteri nya di hadapan orang banyak maka sesungguhnya ia sama saja telah membuka suatu hal yang istimewa dari seorang isteri nya untuk di imajinasikan oleh orang lain. Calon imam/suami yang baik adalah yang senantiasa menjaga kehormatan seorang perempuan agar tidak di kerubungi oleh dosa dari syahwat orang lain. Jika kendala berbusana  dan menutup aurat adalah karena kurang menarik, maka sungguh ini tidak relevan karena banyak pakaian penutup aurat yang jauh lebih modis, elegan, anggun dan menarik di mata sesuai nilai estetika manusia itu sendiri. Tentu nya kewajiban menutup aurat tidak hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan, para lelaki juga mendapatkan kewajiban yang sama untuk menutup aurat. Jika dengan menutup aurat adalah jalan menuju ridha-Nya, untuk menggapai jannah-Nya, kenapa tidak?. Wallahu ‘alam

*Penulis Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar