Oleh:
Rahmat Kurnia Lubis*
Musibah
tentu nya suatu hal yang tidak bisa di elakkan dari Takdir-Nya Allah SWT, baik
musibah yang berlaku secara individual
maupun kolektif, muhasabah akhirnya menjadi suatu hal yang penting, namun
sejati nya bagi seorang muslim setelah merenungi tentang apa, bagaimana dan
kenapa, maka sejati nya harus
memunculkan sebuah kesadaran untuk memperbaiki akhlak, memperkuat ibadah, atau
mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menggalang solidaritas dalam menghadapi
ujian nya Allah SWT tersebut. Allah
berfirman dalam al Quran :
Walanabluwannakum
bisyay-in minalkhawfi waaljuu'i wanaqshin mina al-amwaali waal-anfusi
waaltstsamaraati wabasysyiri al shshaabiriina. [QS Al Baqarah (2) ayat 155].
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. Ayat ini
di sambung dengan ayat berikutnya yang mengatakan orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun".
Antara
Ujian, Musibah dan Laknat (adzab) sering menjadi pembahasan yang kemudian di salah
artikan untuk menyampaikan sesuatu maksud dalam berceramah atau pesan, ketika
seseorang tidak menyukai tentang sesuatu hal, baik terhadap ideologi, personal,
maupun konteks yang lebih luas, maka dalam hal
musibah ini, ia akan mempropaganda orang lain dengan menyebut kejadian
yang terjadi sebagai laknat, begitu sebaliknya ketika musibah datang kepada
diri maupun kelompok nya, ia hanya dengan serta merta mendakwahkan inilah ujian
dari Tuhan semesta. Saat ini ujian
maupun musibah merupakan bahasa yang cukup damai untuk disampaikan kepada semua
orang ketika terjadi bencana, tidak perlulah seorang muslim menyebut kepada
muslim, atau orang lain dengan sebutan laknat dan adzab, karena akan mengandung
polemik baru. Tentu nya ini jika misalnya si A yang di tuduhkan sebagai pembawa
bencana oleh si B, maka secara otomatis pernyataan si A akan di balas dengan si
B dengan pernyataan yang tidak kalah hebat nya, akhirnya menimbulkan polemik
yang bisa mengangkat idealisme agama, budaya bahkan negara, jika hal tersebut
terjadi maka peradaban manusia akan runtuh. Inilah pentingnya pembahasan terhadap
sesuatu hal dengan bijaksana.
Saat
ini ada banyak ujian atau musibah yang terjadi di bumi Indonesia, apakah kita
harus bertaubat, tentu nya harus iya, artinya jika ada kesalahan, emosional,
dan perilaku terhadap atasan maupun rakyat jelata, kemaksiatan yang sudah di perbuat
melalui struktural maupun arogansi ke akuan atau pembelaan terhadap keyakinan
dengan membombardir lawan atau teman, itu semua harus di akhiri, mari kita
mendekatkan diri kepada Allah SWT, pendekatan diri adalah dengan memperbaiki
hubungan terhadap manusia dengan memberikan hak sesama, tidak merusak, dan
berkeadilan, sementara ibadah kepada Allah adalah dengan memperbanyak dzikir dan
mohon ampun. Buah dekat kepada Allah yang mencintai kelembutan dan kasih sayang
ini tentu nya menjadi terintegrasi atau sesuatu hal yang membumi dalam setiap
langkah dan kebijakan. Inilah sejati nya seorang muslim yang tangguh.
Banjir,
kemacetan, kekurangan pangan, kesehatan, serta pendidikan merupakan ujian yang
harus kita berikan solusi nya, setelah hampir 69 tahun Indonesia merdeka, masih
menumpuk pekerjaan yang harus kita atas secara bersama, harus kita pahami
kemajuan peradaban itu harus di bangun secara bersama, mengatasi masalah harus di
pikirkan secara kolektif, dan melestarikan nya menjadi tanggung jawab semua
umat terkhusus sebagai seorang muslim. Kekuatan
itu ibarat lidi yang akan kuat dan optimal ketika digabungkan di antara ratusan
lidi dan akan sangat rapuh jika hanya bekerja sendiri. Seorang muslim di
berikan keleluasaan untuk berpikir rasional, objektif dan saling membantu dalam
hal apa pun termasuk bekerja sama dengan seorang yang tidak beragama Islam.
Bingkai
yang di bangun oleh Islam adalah berlandaskan tauhid, dengan mengedepankan
moral yang anggun dalam berperilaku. Siapa-siapa yang menyayangi atas apa pun
yang ada di bumi niscaya ia akan di sayangi oleh apa yang ada di langit. Dalam kondisi sulit orang yang mengalami
musibah tentu nya perlu bantuan, bantuan bisa beragam corak dan warna yang
harus kita berikan, mulai dari mendoakan, membantu secara finansial, pikiran,
tenaga serta turut menguatkan hati mereka yang terkena bencana, jika misalnya
ada pertanyaan, kenapa Allah SWT kemudian menciptakan dosa dan pahala, hitam
dan putih, kuat dan lemah, kaya maupun miskin. Sesuatu hal yang saling
berlawanan, maka jawaban nya adalah agar setiap manusia bisa saling melengkapi
dan memiliki potensi untuk menggandakan amalan nya.
Bagi
pemimpin agama maupun pemimpin nasional yakni pimpinan lembaga pemerintahan,
sudah seharusnya menyikapi berbagai macam ujian dan musibah ini dengan
bijaksana, yaitu dengan memandang hal ini merupakan teguran dari Allah SWT
untuk menjalankan amanah dengan baik, bagi agamawan adalah mendakwahkan Islam
dengan benar, yaitu santun, mencontohkan akhlak, kemudian bagi pimpinan
aparatur negara memandang musibah sesuatu hal yang tidak perlu di politisir. Tugas
kita semua adalah saling membantu dalam perdamaian dan persatuan. Bukankah
menyalakan lilin lebih baik dari pada meratapi kegelapan. Tafakkaru.
*Penulis
Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar