Almarhum Rais Aam Syuriah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH
Muhammad Achmad Sahal Mahfudz adalah ulama sederhana dan panutan.
Keteladanannya pantas ditiru generasi muda. Dengan segala kelebihan yang ada
pada dirinya, KH. Sahal mampu menempatkan dirinya di tengah masyarakat,
organisasi politik dan birokrat.
“Beliau semasa hidup berusaha bersikap adil dalam
memberikan pelayanan kepada umat,” kata
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Jakarta, Jumat (24/1/2014).
Sebagai orang yang dekat dengan
almarhum, Nasaruddin Umar mengaku tahu persis
sikap KH. Sahal dalam menjaga hubungan baik dengan pemerintah dan para
pengurus partai. Menurut dia, KH. Sahal tidak pernah menggunakan pengaruhnya
untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Kalau satu orang partai
diterima di kediamannya, maka anggota partai lain pun harus dapat diterima.
“Jika tidak, semua orang partai dilarang menemui Kyai Sahal di kediamannya,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, KH. Sahal
pun sangat teliti. Nasaruddin mengaku kerap ditanya setiap ada surat-surat yang
diantar kepada KH. Sahal untuk ditandatangani, apakah sudah dibaca terlebih dahulu.
“Apa pak Nasaruddin sudah membacanya, saya jawab sudah. Lantas, surat yang
sudah diberi disposisi itu ditandatanganinya,” cerita Wamenag yang pernah duduk
sebagai sekretaris di PBNU itu.
KH. Sahal tak pernah terlihat
marah. Jika ada orang mengadukan persoalan dan menjelekan pihak lain, ia hanya
tersenyum. Nasihatnya sangat menyentuh hati. Jika ada persoalan yang menyangkut
umat atau kepentingan negara, lanjut Wamenag, KH. Sahal tak segan mendiskusikan
hal itu dengan dirinya. “Saya masih harus banyak lagi menimba ilmu,” ujarnya.
Seperti diketahui, KH. Sahal
wafat pada Jumat (24/1) dini hari pukul 01.05 WIB. Kiai yang akrab disapa Mbah
Sahal itu menghembuskan nafas terakhir di kediamannya, kompleks pesantren
Mathali’ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah.
Rencananya, jenazah Kiai
kharismatik ini dimakamkan di Kompleks
Pesantren Mathali’ul Falah pada Jumat pagi, pukul 9.00 WIB. KH. Sahal yang juga Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI) lahir di Pati, 17 Desember 1937 silam.
Sejak tahun 1963, Kiai Sahal memimpin
Pondok Pesantren Maslakul Huda di Kajen Margoyoso, Pati, Jateng peninggalan
ayahnya, KH. Mahfudz Salam.
Kiai kharismatik yang disegani di
dalam dan di luar negeri ini telah menghasilkan puluhan ribu alumni. Karena
kealimannya, KH. Sahal selalu dilibatkan
dalam proses penetapan hukum Islam baik soal klasik maupun kontemporer.
Sumber: Kemenag.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar