Oleh : Erka Negarawan*
Suatu hari rasulullah saw menyampaikan “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju
jihad yang lebih besar.” Mereka berkata, “Apakah jihad yang lebih besar itu?”
Beliau menjawab, “Jihad Melawan Hawa Nafsu.” (HR. Al-Baihaqi dalam
Az-Zuhd (384)
Dalam hal jihad ini rasulullah saw menyampaikan
bagaimana kita mengelola nafsu, jangan sampai nafsu menjadi penunggang yang
lihai dalam menyemai kebencian, menjadi aktor yang ahli dalam mempropaganda
keadaan, sesungguhnya Islam itu mengajarkan kita untuk berprasangka baik terhadap
siapapun, menjadi umat yang taat kepada ulil amri (pemimpin), perlu kita sadari
bahwa segala sesuatu itu ada ahli nya, dan jika sesuatu hal kepemimpinan dan
amanah itu di berikan kepada yang bukan ahli nya maka tunggulah kehancuran nya.
Artinya jika kita ingin melihat keadaan isi berita, harus nya kita sebagai
manusia yang arif tidak dengan serta merta mencoba untuk menghakimi, atau melakukan
pembenaran secara mutlak, hal yang terbaik jika mendengar sebuah peristiwa
adalah dengan melakukan croschek terhadap pemberitaan yang ada, ini juga sama
hal nya jika kita melihat penanganan kasus atas realitas keberagamaan dan
kebangsaan kita. bahwa kebanyakan di antara kita sering latah dan terlalu cepat
mengambil kesimpulan tanpa mendengar pendapat orang lain yang mungkin lebih
ahli dari pada kita, pemahaman Islam yang terlalu simpel dan bergelora yang
kemudian didukung dengan minim nya wawasan serta miskin kebangsaan akan
menjadikan pikiran kita menjadi prasangka yang buruk terhadap setiap kejadian.
Sebuah media yang mengatas namakan
Islam menyebut bahwa “Penggerebekan Teroristainment Ciputat, Titik Tolak
Kebangkitan” artinya secara tidak langsung sebenarnya ini adalah media propaganda
yang menggiring kepada sebuah pemahaman bahwa tindakan teror suatu hal yang
seolah di benarkan, sementara itu dalam ulasan tersebut media ini juga
menyampaikan dengan isi tulisan sebagai berikut “beberapa kasus terorisme yang terjadi di negeri ini, beberapa media
masih saja mau dimanfaatkan sebagai bagian dari drama
“teroristainment”. Dan dalam pandangan kehidupan media sekuler saat ini,
hal ini wajar karena berkaitan dengan “price of news”. Seperti pameo yang
berkembang di media. “The good news is a bad news”. Dalam konteks hukum,
dibutuhkan keadilan dan kepastian hukum. Tetapi ketika penegakan hukum tidak
murni lagi sebagai penegakan hukum an sich namun ada kepentingan pesanan asing
maka penegakan hukum tidak lagi mampu mewujudkan keadilan dan kepastian hukum
semua orang”. Sikap prihatin kita terhadap umat adalah suatu hal yang
menjadi keharusan, tapi jangan sampai kita membenarkan aksi kejahatan dan teror
untuk sebuah pembelaan, pembelaan tidak perlu dengan kejahatan, karena hal ini
tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menumpuk masalah baru yang
berkepanjangan yang saling mendendam, menangkap dan menghancurkan. hingga akhirnya perdamaian dan kesejahteraan yang di inginkan tidak terwujud.
Jika kita prihatin terhadap kondisi
bangsa ini, agama ini maka buktikan lah prilaku kita sebagai prilaku yang baik
dan mengawali setiap hari kita dengan suatu hal yang manfaat buat semua, tidak
hanya buat Islam, tapi buat semua manusia dan juga buat alam semesta, hal
inilah yang menjadi contoh teladan yang baik buat seorang yang mengaku muslim. Rasulullah
banyak memberikan banyak contoh teladan dalam kehidupan nya untuk kita simak
dan pelajari, tidak hanya semangat perang dan jihad nya namun semangat
kemanusiaan nya. Dalam buku yang di tulis oleh seorang yang asli orientalis Michael
H. Hart mengatakan bahwa Muhammad adalah
seorang tokoh manusia yang paling banyak memberikan contoh dan berpengaruh
sepanjang abad kehidupan manusia, hal ini di tuliskan dalam buku 100 orang
tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah. Muhammad saw, sangat santun kepada
kecil, muda dan tua, terhadap suku dan agama apa pun, tidak membedakan kasih
sayang, bahkan ia mengakui akan keberadaan kerajaan dan pemerintahan lain.
Rasulullah menganjurkan
sahabat hijrah ke Habsyi, negeri itu dikuasai oleh raja bernama Najasyi (Negus)
yang beragama Nashrani, ini artinya pengakuan rasul kepada orang yang berbeda keyakinan
menjadi suatu hal yang sangat penting. Seorang pemimpin atau
pemeluk agama Islam harus memberikan rasa hormat kepada orang yang tidak
melakukan penyerangan, memberikan jaminan keamanan, bahkan sejati nya umat
Islam harus menjadi penolong buat yang lain, bukan menjadi sesuatu hal yang
menakutkan, misteri kekhawatiran, dan ketakutan terhadap orang Islam harus di
buang jauh, bahwa kita jadikan agama ini sebagai benteng yang berideologi
perdamaian.
Jihad
yang benar itu adalah bahwa bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam semua aspek
kehidupan kita, jihad tidak hanya sebatas perang akan tetapi bagaimana kita
berjihad dalam mengisi kemerdekaan, menuntut ilmu, bekerja untuk keluarga, hal
ini merupakan amalan jihad yang menjadi ibadah tentunya. Allah SWT memberikan
penjelasan, Dan mereka yang
bersungguh-sungguh berjuang di jalan-jalan Kami pasti Kami tunjukkan
jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah pasti bersama dengan orang-orang baik. (Al
Ankabut: 69). Berbicara masalah perang tentu nya ada persyaratan
yang cukup terperinci untuk membenarkan perbuatan tersebut atau tidak, dalam
situasi aman, negara tidak mengekang kebebasan beribadah, tidak ada yang di
jajah, dan unsur yang merupakan maqasid
syariah (tujuan syariah) itu bisa terwujud maka haram hukum nya memantik
peperangan, haram hukum nya di area publik, dan membunuh wanita serta
anak-anak, mencemari lingkungan dan merusak alam. Begitulah amalan Islam memuat
aturan nya.
Adanya beberapa
kelompok yang mengatas namakan Islam, pejuang militan dan peduli terhadap agama
ini, maka harus nya membuka diri dengan segala hal yang terjadi, penanganan
kasus teror yang terjadi jangan sampai membuat kita mengadu domba, perlu kita
ketahui sikap teror ini tidak di benarkan oleh setiap pemeluk keyakinan dan
agama, hal ini tidak hanya terjadi bagi umat Islam tapi juga bagi umat-umat
lainnya. Di Indonesia penanganan kasus teror salah satu penanganan yang masih
terbilang lunak di banding dengan negara-negara lain, ini artinya pemerintah
masih menjadikan sikap ke hati-hatian sebagai langkah awal agar tidak
memperkeruh suasana atau di tuduh dengan sandiwara dan kepentingan lainnya, hal
yang tidak terbukti tidak perlu di bentur-benturkan, karena akhlak Islam
mengajarkan kita untuk tidak mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Penanganan
terhadap tindakan terorisme berbeda dengan penanganan kasus kejahatan lain
seperti korupsi, mencuri dan kemaksiatan lainnya, perbedaan itu cukup jelas,
bahwa terorisme berani mati dan tidak ada kata menyerah karena hal ini
merupakan ideologi nya mereka yang menganggap surga adalah balasannya, maka
tidak jarang terjadi baku tembak, karena mereka juga mempunyai senjata yang
cukup mengkhawatirkan.
Situasi di
lapangan sama sekali sangat berbeda dengan pembicaraan di meja atau media,
situasi psikologis tidak pernah kita rasakan dalam hal perang melawan orang
yang memerangi kita. hal ini menjadi alasan tertentu bagi pihak aparat terkait
untuk menyelamatkan bangsa ini, kekhawatiran kita harus kita tumbuh suburkan dengan
sikap kebersamaan, pemahaman yang baik dan perdamaian buat semua. Harus nya kita
melihat bagaimana fakta-fakta yang disampaikan orang yang pernah terlibat
terorisme dan kembali mengajak kepada Islam yang benar agar kita tidak terjebak
bahasa yang lihai dalam menggelorakan perang atas nama agama dan syariat Islam.
Peran serta umat Islam dalam bingkai persatuan adalah sesuatu hal yang harus
diwujudkan sebagaimana para ulama yang ikut mendirikan bangsa ini. Mereka bersatu
padu dalam membela kebenaran, mendirikan bangsa yang dapat menjadi pengayom
keberanekaan ini dari Sabang sampai Merauke. Allah SWT sangat membenci
kerusakan maka Islam sebagai agama yang hanif ini sebagai alat pemersatu bangsa
dan budaya.
*Penulis Adalah Pemerhati Budaya dan Keberagamaan Serta Pecinta Perdamian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar