Kamis, 30 Januari 2014

Pancasila Untuk Agama, Indonesia dan Dunia

Oleh : Rahmat Kurnia Lubis *

Dari laporan Kompas dan Tribunews, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama menyampaikan “Saya bangga terhadap Pancasila yang menjadi prinsip bangsa kalian, Indonesia. Saya juga mendukung Pancasila sebagai asas karena Pancasila itu seperti harta karun,” ujar Kardinal Tauran Vatikan, Sabtu (10/9/2011) siang. Dengan Pancasila, katanya, kemajemukan dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia dapat hidup dengan baik. “Dengan Pancasila, Indonesia tidak hanya mengakui adanya satu agama tertentu, tetapi beberapa agama. Ini sangat bagus, pluralis,” katanya. Kardinal asal Prancis itu menambahkan, perjuangan pun harus didasari semangat atau roh, yakni kasih. “Kasih di sini lebih dari pemikiran akademik atau intelektual, kasih itu yang membuka konsensus bersama,” ujarnya.
 
Jika kita lebih lanjut melihat tentang keberagamaan di Indonesia merupakan acuan besar yang tidak hanya di adopsi negara-negara di Asia tapi sejumlah negara di Eropa dan Amerika, Ormas Islam terbesar termasuk Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama telah mendampingi keberagamaan dan kebangsaan ini menjadi agama yang yang toleran dan bangsa yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan sesuai dengan harapan dan cita-cita pendiri bangsa. Bagi dua ormas besar tersebut bahwa pancasila merupakan sesuatu hal yang paling ideal dan sudah menyentuh semua suku, budaya, agama dari Sabang sampai Merauke. Jika pun ada gesekan antar umat beragam di Indonesia bila di telusuri lebih jauh untuk menemukan akar permasalahan yang ada tiada lain hanya motif politik, ekonomi, dan masalah radikalisasi yang tidak mengerti sejatinya maksud dan tujuan beragama itu sendiri, yaitu sesuai dengan harapan kanjeng Nabi Muhammad saw menciptakan Masyarakat, berakhlak dan berperadaban yang hidup rukun dalam perbedaan. Rasul membingkai umatnya dalam piagam Madinah yang waktu itu merupakan kesepakan bersama antara penduduk yang cukup plural.

Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaludin pernah menyampaikan dalam sebuah kunjungan nya ke Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta bahwa model keberIslaman dan toleransi menjadikan Indonesia sebagai percontohan buat muslim di negeri tersebut, Islam tidak mencoba mengarabisasikan Indonesia, tapi budaya bangsa tetap masih di pelihara dan di jaga, tidak dengan serta merta ingin mengganti ideologi dasar yang telah didirikan oleh pejuang bangsa nya, tapi di jadikan sebagai asas untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1965 pernah suatu ketika Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Ir. Soekarno  mengadakan kunjungan ke Rusia hingga terjadilah perbincangan dengan presiden Rusia, perbincangan itu adalah sebuah pertanyaan menarik dari sang presiden Rusia, bagaimana menurut pak Soekarno tentang kesan yang telah di lewati dalam kunjungan kenegaraan ke Rusia? Maka dijawab oleh Soekarno ketika itu, sungguh saya merasa tersanjung tapi sekaligus juga merasa tidak nyaman, maka sang petinggi Rusia yakni presiden langsung menyela, apakah yang membuat pak Insinyur tidak merasa nyaman? Soekarno ketika itu menyampaikan bahwa ia tidak menemukan satu mesjid pun yang berdiri untuk kepentingan umat muslim beribadah di Rusia, hingga dengan perbincangan yang sederhana itu sang Presiden dari Rusia langsung menurunkan kebijakan untuk membangun mesjid dalam bangunan tua yang memang pada dasarnya sebelumnya merupakan rumah ibadah bagi umat Islam. Sungguh bahasa diplomatik yang begitu mempesona terkesan sederhana namun membawa dampak yang sangat baik bagi keberlangsungan agama khususnya Islam di Rusia. Bahasa-bahasa sederhana, tanpa memaksakan kehendak tapi dengan diskusi ringan, santai dan bersahabat sering kebijakan itu berubah menjadi sebuah keputusan besar. 
Indonesia yang cukup ramai setiap tahun nya menerjunkan jamaah haji ke Makkah, busana muslimah made in Indonesia dan model perbankan Syariah yang mulai berkembang membuat para mufti dari Rusia untuk menetapkan diri belajar ke Indonesia.  Antusiasme masyarakat dunia terhadap keberIslaman Indonesia yang menekankan perlunya semangat berbangsa dan menelurkan eksistensi nya agama yang tidak sebatas ritual dan dogma membuat Indonesia memang pantas untuk menjadi perhatian dunia. Pancasila sebagai pondasi yang telah memperkuat nasionalisme  telah mampu menjadikan para pejuang menciptakan negara bersama untuk semua budaya, agama dan pulau menjadi besar sebagai warisan untuk anak bangsa.
Sebanyak 12 ulama terkemuka dari 12 provinsi di Afganistan berkunjung ke Kampus UGM untuk mempelajari Pancasila secara lebih mendalam. Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc mengatakan kunjungan delegasi dari Afganistan ini memang sengaja untuk mempelajari Pancasila dan kehidupan multikultural masyarakat Indonesia yang bisa hidup rukun dan damai. Sebagai negara penduduk muslim terbesar, masyarakat muslim Indonesia bisa berdampingan dengan non muslim. Bahkan Borobudur dan Prambanan adalah  peninggalan agama Budha dan Hindu di sini,” kata Pratikno saat menerima kunjungan delegasi Afganistan di ruang multimedia, Kamis (19/9/13). Menurut Irham, sebagai ketua seminar ‘Pancasila untuk Indonesia dan dunia’  bahwa dasar Filsafat Negara Republik Indonesia’. ini banyak dikutip dan diterapkan oleh Negara dalam meletakkan dasar-dasar filsafat Negara. Pancasila menjadi perekat yang mendamaikan, menumbuhkan semangat dan nasionalisme dan mengakui kehidupan plural.
*Penulis Adalah Alumni Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar