Rabu, 22 Januari 2014

Solidaritas Bencana



Apa pun bentuknya, bencana tak pernah pilah-pilih korban. Entah itu bencana banjir, longsor, kebakaran atau bahkan tsunami sekalipun. Semuanya bisa terkena dampak dari sebuah bencana, baik masyarakat umum, pejabat negara, preman, artis, tokoh agama, ibu-ibu, kakek-kakek, anak-anak, atau bahkan presiden sebagai kepala negara sekalipun.

Begitu juga, bencana tak pernah menjelaskan apa penyebabnya, siapa yang melakukan, kenapa terjadi dan seterusnya. Bencana datang secara tiba-tiba seakan hendak menghukum semua orang/pihak yang ada di sekitarnya.

Namun demikian hampir bisa dipastikan, bencana datang karena sebuah kesalahan. Entah apa bentuk dan siapa pun pelakunya. Dalam ajaran Islam hal ini ditegaskan dalam sebuah ayat bahwa semua kerusakan di darat dan di lautan tak lain karena disebabkan oleh perbuatan manusia (Qs. Ar-Rum: 41).

Dalam kondisi seperti ini, bencana sesungguhnya merupakan sebuah hukuman kolegtif terhadap kesalahan yang bersifat kumulatif. Seseorang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil. Namun karena terus dilakukan, kesalahan tersebut pun bertumpuk menjadi sebuah kesalahan besar. Hingga bencana pun datang tanpa diundang.

Begitu juga, sebagian pihak mungkin tak pernah melakukan kesalahan, termasuk kepada lingkungan. Namun karena yang bersangkutan tak mampu mencegah manusia lain agar tidak melakukan kejahatan, maka bencana pun tetap terjadi memakan korban, termasuk dari kalangan mereka yang mungkin tak pernah melakukan kesalahan. Inilah yang disebut di atas sebagai hukuman kolegtif atas kesalahan yang bersifat kumulatif.

Oleh karenanya, sungguh tidak sepantasnya bila bencana banjir yang melumpuhkan Jakarta seperti sekarang disikapi dengan saling menuduh dan menyalahkan pihak lain, baik di antara sesama masyarakat, antara elemen pemerintahan ataupun pihak lain. Terlebih lagi bila tuduh menuduh seperti ini membawa sentimen keagamaan tertentu.

Sebaliknya, yang mesti dilakukan adalah membentangkan tali solidaritas untuk membantu semua korban bencana, tanpa pandang bulu agama, ras, suku dan kelas sosial para korban. Meminjam istilah sahabat Ali bin Abi Thalib dalam salah satu riwayat, karena sesama manusia sesungguhnya adalah saudara. Bila tidak saudara seagama atau saudara sebangsa, pastilah mereka saudara sesama manusia.

Bahkan seandainya ada hewan yang perlu diselamatan (membutuhkan bantuan) dalam situasi bencana seperti sekarang, semua kita berkewajiban untuk membantunya. Setidak-tidaknya karena mereka sama-sama makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.

Dalam salah satu Hadis Nabi Muhammad Saw disebutkan, berbelaskasihlah kalian terhadap semua yang ada di bumi, niscaya kalian akan dibelaskasihi oleh semua yang ada di langit (irhamu man fil ardhi yarhamkum man fi as-sama`). Mari kita bantu semua korban banjir di Jakarta saat ini tanpa diskriminasi apa pun. Dan mari kita lakukan refleksi diri tanpa menyalahkan siapa/pihak mana pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar