Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*
Rindunya surga kepada empat golongan
tak kalah hebat dengan seorang pemuda yang sedang kasmaran, rindu ingin bertemu
dengan orang yang dirindukannya. Dimana saja, kapan saja yang diingat adalah
sang pujaan hati, siang jadi kenangan, malam jadi bayangan, tidur pun jadi
impian. Begitu juga surga, surga selalu merindukan empat golongan, padahal
kalau kita tanya setiap orang pasti ingin masuk surga, walaupun dia seorang
pendosa atau ahli maksiat sekalipun, siapapun kita, pada strata sosial manapun,
apapun profesinya, di bumi manapun berpijak pasti ingin menjadi orang yang
dirindukan oleh surganya Allah SWT. Tempat yang diidam-idamkan oleh seluruh
makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di dalamnya perkataan yang tidak
berguna, sia-sia dan dusta. Di dalamnya ada mata air yang mengalir,
takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas berisi minuman yang terletak dekat,
bantal-bantal sandaran yang tersusun, permadani-permadani yang terhampar,
kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya.
Tidak ada kesusahan karena itu hanya
tempatnya kesenangan atas balasan yang kita lakukan di alam dunia, semuanya
setiap keinginan kita tercipta. Sudah bisa kita bayangkan tentang surga?, dan
hasilnya itu belumlah apa-apa, alias belum mampu menggambarkan surga yang
sesungguhnya, karena apa yang kita bayangkan hanyalah pikiran manusia saja,
surga itu tidak pernah bisa di bayangkan, karena sesuatu hal yang bisa dibayangkan
bukanlah surga. Yang kita pikirkan itu adalah gambaran mini dari pada sebuah
kesenangan, karena pikiran dan logika kita hanya mampu menampung suatu hal yang
bisa di gambarkan, dan surga itu jauh dari pada itu semua. Itulah hakikat
tempat yang paling indah bagi kehidupan.
Surga itu adalah tempat kenikmatan
yang kekal sempurna, yang tidak ada didalamnya kekurangan sama sekali. Surga
disediakan Allah SWT bagi mereka yang mentaati perintah-Nya. Allah SWT dalam
hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Abu Khurairah menyampaikan “ Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shaleh segala sesuatu yang
tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak
pernah terlintas dalam hati manusia”. Itulah sejatinya surga yang diabadikan
oleh Allah SWT. Dan Allah pun berfirman dalam Al-Qur'an.
الجنة أعدت للمتقين
"Surga disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa”
Walaupun orang itu wajahnya jelek,
hidupnya miskin, pakaiannya murah, rumahnya gubuk lagi butut, tapi kalau
bertakwa dia akan masuk surga, karena surga rindu ingin dimasuki oleh empat
golongan ini, Rasulallah Saw di dalam kitab Durrathun Naashihin menyampaikan.
الجنة مشتقة الى اربعة نفر : تالى
القران وصوم رمضان وحفظ اللسان ومطعم الجيئان
"Surga itu rindu kepada
empat golongan, yaitu orang yang membaca Al-Qur'an, orang yang puasa di bulan
Ramadhan, orang yang menjaga lisan, dan orang yang memberi makanan kepada yang
kelaparan".
Pertama, orang yang senantiasa membaca Al-Quran. Al-Quran sebagai
wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw yang
menjadi pedoman bagi setiap umat manusia. Jika satu buku memiliki suatu nilai
manfaat dari setiap isinya, maka Al-Quran jauh lebih banyak memiliki manfaat
dan menjadi tuntunan hidup atau pegangan manusia. Apakah kita menyadari di
antara deretan huruf yang jumlahnya lebih kurang 6666, 30 juz dan 114 surat,
yang jika dibacakan hati menjadi tenang,
bisa dengan mudah di hafal oleh semua kalangan bahkan anak-anak sekalipun,
mempunyai nilai sastra yang sangat indah, mengandung peristiwa masa lalu,
begitupun masa depan, tuntunan ibadah berupa syariat yang di tetapkan oleh
Allah SWT, bahkan banyak rahasia science
terungkap karenanya. Jika bukan campur tangan Allah SWT yang menyampaikan
kalimat dan maknanya niscaya ia akan usang di telan waktu. Tapi bahkan sampai
saat ini Al-Quran kitab yang sudah belasan abad ini masih tetap utuh, tidak ada
perubahan akan isinya. Karena ia memang di jaga oleh Allah SWT melalaui lidahnya
para huffaz (penghafal Al-Quran).
Dr. Al
Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang
dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya
dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Quran, seorang muslim, baik mereka yang
berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat
besar. Memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan
pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya.
Penelitian ini berikutnya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru
untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan
kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan
Al-Quran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan
penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini
diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda.
Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran
Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu
mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya. Kesimpulan
hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang
dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang
sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama
sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberitahu bahwa yang
akan diperdengarkannya adalah Al-Quran. Penelitian yang dilakukan sebanyak 210
kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Quran dengan tartil dan
membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Quran. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan
sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Quran dan mendapatkan ketenangan hanya
35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Quran.
Secara keduniawian bahwa tidak ada
sesungguhnya hal yang membuat seseorang sulit untuk membaca Al-Quran, bahkan
efek dari Al-Quran itu sendiri yang mampu memberikan nilai positif baik dalam
hal kesehatan fisik, ketenangan jiwa, kemampuan berpikir, dan penemuan
penelitian yang tiada akhirnya dari kitab bernama Al-Quran ini. Nabi shalallahu
‘alaihi wasalam bersabda:
“Tidak
berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah Ta’ala, sedang mereka membaca
kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan,
dicurahkan rahmat, di kelilingi para malaikat, dan di puji oleh Allah di
hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR.
Abu Dawud).
Al-Quran adalah kitab
yang disampaikan oleh Allah SWT sebagai pedoman menyimpan banyak kebaikan dari
dunia sampai akhirat, jika kita menjadi orang yang berbangga dengan Allah, mengkaji
kitab-Nya, dan mengajarkannya maka itu adalah sebaik-baik manusia. Dengan
membaca dan mempelajari Al-Quran berarti kita telah menjalankan syiar Islam.
Al-Quran tentunya bukan untuk dipajang dalam rak saja, atau dibutuhkan saat
kematian saja, tapi ia adalah sesuatu hal yang seharusnya hidup di setiap waktu
di rumah setiap muslim. "Perumpamaan
rumah yang didalamnya ada dzikrullah. dan rumah yang tidak ada dzikrullah
di dalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati".
Bukan hanya sebatas identitas sebagai seorang beragama, tapi ia merupakan
kebutuhan jiwa manusia, dan ketika sesering mungkin dari mulut seorang hamba
keluar bacaan Al-Quran maka Allah akan senantiasa mencintai-Nya dan surga pun
merindukannya.
Kedua, penjaga lidah. Memang lidah tak bertulang tapi ia lebih
tajam dari sebilah pedang, dampaknya bisa mengakibatkan peperangan yang semula
damai menjadi konflik. Efek negatifnya akan membuat orang menjadi sengsara,
akan melenyapkan pahala kebaikan yang kita buat seperti api memakan kayu bakar,
akan membuat puasa jadi hampa dan sia-sia. Namun bila kita menjaganya, begitu
banyak kenikmatan akan kita raih, dengan lisan kita berdakwah, dengan lisan
kita bertilawah, dengan lisan kita berdo'a. Lisan yang baik adalah ketika ia
berkata-kata yakni dengan kata yang penuh dengan ‘ibrah, santun dan
penuh dengan ajakan kebaikan serta jauh dari ghibah, fitnah, menggunjing dan
berbohong. Maka benar kata-kata bijak dari ulama bahwa :
ألسّلامة
الإنسان في حفظ اللّسان
Artinya: “Keselamatan manusia
terletak pada penjagaan lisan nya”.
Lisan yang baik senantiasa tahu
bagaimana harus berbicara baik, terhadap lawan bicaranya, tidak pernah membuat orang merasa tersakiti
dengan bahasa kita, terkadang orang menyampaikan bahwa bicaranya memang keras,
tapi perlu kita garisbawahi bahwa keras ataupun kuat belum tentu menyakitkan,
dan suara yang hanya sekedar keras mungkin bisa saja karena bawaan lingkungan
geografis, namun jika suara sudah menyinggung perasaan, mencela, dan
menghinakan orang lain, maka itu tragedi bagi kehidupan manusia, tragedi
tersebut adalah di dunia tidak akan selamat, senantiasa di jauhkan orang lain,
tidak di berikan kesempatan, apalagi di akhirat yaitu balasan karena prilaku
manusia itu sendiri. Bahkan dalam tataran sebuah birokrasi pemerintahan di
butuhkan juru bicara yang menyampaikan pesan dengan santun. Orang yang
berbicara santun, mampu mendamaikan, berdiplomasi untuk sebuah kemakmuran akan
lebih di cintai dari pada mulut yang menimbulkan fitnah dan perkataan kotor,
semakin orang sering berkata kotor semakin menumpulkan hati, dan membuat
manusia jauh dari kebaikan.
Ketiga, pemberi makan orang yang kelaparan (dermawan). Sungguh,
Allah yang Maha Rahman, Rahim, Maha Pemberi, dan hakim yang paling adil itu
akan membalas sekecil apapun kebaikan kita kepada orang lain. Bila kita memberi
minum kepada saudara kita yang kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada
hari kiamat nanti di saat orang-orang sedang dilanda dahaga. Bila kita memberi
makan kepada saudara kita yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi
kita makan di saat orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti. Bila kita
memberi pakaian kepada saudara kita di dunia ini, niscaya Allah akan memberi
kita pakaian yang indah di saat orang-orang telanjang pada hari perhitungan
nanti, bila kita memudahkan urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan
dihimpit permasalahan, maka Allah akan
memudahkan urusan kita sejak di dunia ini. Pertolongan Allah akan datang kepada
seorang hamba manakala sang hamba menolong saudaranya. Hal ini merupakan akhlak
yang sering dicontohkan oleh para sahabat-sahabat nabi, yaitu memberi kepada
orang yang lapar, orang yang butuh, dan orang yang kesusahan. Mereka para
rasul, para nabi, para khalifah, dan imam dalam Islam memiliki jiwa sosial yang
tinggi terhadap semua golongan, karena bagi mereka membantu, memberi, dan
bersikap bijak adalah bagian yang menjadi karakteristik sejati seorang muslim
beragama.
Keempat, orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Di bulan yang
mulia yang penuh berkah, rahmat, ampunan, Allah menjanjikan kepada kita akan
pembebasan dari panasnya api neraka. Puasa menjadi tolak ukur keberadaan
seorang hamba, karena dengan puasa yang benar, Ramadhan yang di manfaatkan,
akan banyak kebaikan yang di peroleh di dalamnya, dalam puasa melatih
kejujuran, antara manusia dengan manusia lainnya, antara seorang hamba kepada
Tuhan-Nya, dan di bulan puasa menjadi tempat yang baik untuk beramal karena
setiap amal dilipatgandakan, bahkan malam lailatul
qadr ada di antaranya. Melatih kepekaan sebagaimana yang dirasakan orang-orang yang kurang mampu agar kita bisa hidup saling
berbagi, bagaimana menahan lapar dan haus, serta bagaimana implikasi iman
tersebut di luar Ramadhan bisa bertahan dan di jalankan, Ramadhan adalah tempat
melatih semua kepekaan yaitu emosional, kecerdasan, dan spiritual di didik
untuk menjadi manusia yang lebih manfaat. Jadi orang yang berpuasa pada bulan
Ramadhan dan memiliki semangat, motivasi, dan perubahan berarti menuju arah
yang lebih baik dalam hidupnya maka tentunya Allah SWT tidak akan
menyia-nyiakan pengorbanan dan perjuangan hamba tersebut.
Namun pada akhirnya secara konkrit
Allah SWT kembali menyampaikan dalam Al-Quran berdasarkan surat Al-Mukminun ayat
1-11 sebagai penghuni surganya yaitu:
- Pegawai yang jujur.
- Pemimpin yang adil.
- Orang yang mempunyai ilmu, lalu ilmunya tersebut dibagikan kepada orang lain.
- Orang kaya yang pemurah/dermawan
- Orang miskin yang sabar.
- Orang kuat yang melindungi orang lemah.
- Anak yang berbakti kepada orang tua dan guru.
- Istri yang taat kepada suaminya.
- Suami yang bertanggung jawab.
- Orang yang mencintai masjid, senang berpuasa dan membaca Al-Quran.
Sebenarnya
cukup mudah menilai diri kita sendiri, apakah kemudian sudah adil, sudah
khusyu, sudah ikhlas, sudah mau berkorban, dan mencintai Al-Quran?. Yang paling
mengetahui itu tentunya diri kita sendiri dengan Allah SWT. jika kita sudah
ikhlas dan mau beramal surga maka tentunya surga pun akan merindukan kita. Surga
itu bukan hanya untuk satu orang, milik kelompok tertentu atau golongan tertentu,
tapi Allah memperuntukkannya bagi manusia dari timur hingga ke barat dari
manusia pertama hingga terakhir. Syaratnya hanya tunduk patuh kepada perintah
Allah SWT, beramal sholeh, bermanfaat buat orang lain, dan ikhlas kepada-Nya.
Hanya tiga syarat menuju surga tersebut.
*Penulis Adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar