Senin, 13 Januari 2014

Diantara Hikmah Turunnya Hujan




Oleh: Rahmat Kurnia Lubis*

Di antara musim yang ada di Indonesia secara umum hanya dua musim saja yaitu kemarau dan hujan, namun di beberapa tempat sebenarnya di Indonesia memiliki musim seperti di daerah Eropa dan Afrika, seperti misalnya Hujan salju di Grasberg. Puncak dari pegunungan Grasberg berada pada ketinggian 4.285 mdpl sehingga suhu di daerah itu bisa mencapai 2 derajat Celcius dan terkadang bisa turun salju. Puncak Jayawijaya Papua bahkan di sebut sebagai salju abadi.  Papua. kita juga bisa merasakan suasana gurun panasnya seperti padang pasir di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo, Yogyakarta. Sama seperti gurun pasir di Timur Tengah dan Afrika, suhu di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo berubah-ubah. Saat siang hari panas di tempat ini sangat terik, tapi malam hari udara akan berubah menjadi sangat dingin. Di Indonesia suasana pohon yang menggugurkan daunnya bisa ditemukan di hutan jati misalnya hutan jati di daerah Jawa Timur dan daerah lainnya. Pada saat puncak musim kemarau, pohon jati menggugurkan daunnya sehingga pohon terlihat jarang daunnya atau bahkan tanpa daun, tinggal cabang dan ranting-ranting kering. Musim hujan sudah tidak aneh terjadi di Indonesia tapi ada wilayah di Indonesia yang hampir selalu hujan. Kota Bogor yang termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat  ini adalah salah satu kota yang memiliki kadar curah hujan yang tinggi. Kota ini terletak di ketinggian 190 sampai 330 meter dari permukaan laut. Kota ini juga di sebut sebagai kota hujan.

Saat ini hampir di setiap daerah mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Musim hujan di Indonesia biasanya terjadi terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim hujan di Indonensia disebabkan oleh hembusan Angin Muson Barat yang bertiup dari Benua Asia yang bertekanan maksimum ke Benua Australia yeng bertekanan minimum. Angin Muson Barat ini banyak membawa uap air, sehingga di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Sementara itu dari BMKG meprediksi, puncak musim hujan di wilayah Indonesia akan terjadi pada Desember, Januari dan Februari. Puncak tertinggi pada Januari 2014.  Dari dua musim yang secara umum terjadi di Indonesia yaitu antara musim hujan dan kemarau harus nya bisa memberikan hikmah di antara kita, sehingga tidak saling menyalahkan, namun memberikan sebuah pesan akan arti pentingnya kehidupan yang harus di jaga, yang pada akhirnya memang bagaimana sifat kemanusiaan kita benar-benar mampu menjadikan diri sebagai hamba yang penuh syukur dengan memaknai kehidupan ini semata-mata adalah anugerah dari Allah SWT yang harus di jalankan.

Musim hujan di beberapa wilayah, memang ada kalanya memberikan kesan yang cukup memprihatinkan, jika kita intip beberapa daerah yang tanah dan tanaman nya gundul bisa mengakibatkan longsor, begitupun jika kita membuang sampah sembarangan bisa mengakibatkan banjir, jika limbah di buang ke sungai dengan tidak memperhatikan lingkungan bisa mengakibatkan tercemar nya air yang mengakibatkan racun dan penyakit, begitupun jika banjir ada di kota-kota besar seperti misalnya Jakarta, Medan dan Surabaya maka akan mengakibatkan dampak macet bagi pengguna jalan raya, dan tidak jarang warga di ungsikan dari rumah karena luapan air di sungai sepanjang kali.

Ternyata perasaan, hati, dan logika manusia ada kalanya telah tertutup oleh himpitan kesusahan yang mendatangi nya, hingga pikiran tidak menentu, tidak mau tahu, yang ada dalam pikiran nya adalah hal yang sesuai dengan kemauan nya saat itu juga, jika yang datang adalah banjir maka ia berharap hari cerah dan matahari bersinar dengan terik, begitupun sebaliknya jika yang muncul adalah kemarau, maka tidak jarang juga di antara kita yang mengeluh dan merasa panasnya mentari membuat  gerah, dan membakar kulit, begitupun jika hawa lembab, mendung juga tidak luput dari cela dan kritikan orang-orang tertentu dengan mengatakan kenapa hari tidak cerah, dan lain-lain sebagainya. lantas kemudian seperti apakah keinginan manusia yang semu dan tiada ujungnya ini. Ini memang menjadi dilematis sekali jika kita membicarakan manusia, karena hal yang dapat membuat manusia itu menjadi hamba yang mengetahui tugas dan fungsi, serta tidak pernah galau akan kehidupan nya hanya lah orang-orang beriman, yang senantiasa tidak akan menjadi rundung dan gelisah akan kenyataan yang di hadapi nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh unik perkaranya orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.” (HR. Muslim).

Demikian di atas adalah prinsip nya orang yang beriman, tidak ada kegelisahan dalam hidupnya yang berlarut-larut sepanjang masa, apalagi sampai menyalahkan atau menolak takdirnya Allah SWT. Rasulullah Saw juga pernah menyampaikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh dari Ibnu ‘Abbas,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048).

Pernahkah kita mengambil sikap positif dari turun nya rahmat Allah SWT berupa hujan ke bumi ini, atau jika hanya butuh hujan saja senantiasa kita bersyukur dan mengetahui  positif atau hikmah nya hujan tersebut. Hujan itu membawa Rahmat, ia menyegarkan dan menyuburkan tanah yang gersang, memberi asupan dan cadangan bagi tumbuhan, ia akan mengalirkan air untuk menggantikan genangan yang kurang bersih dan berlimbah, dalam hal rezeki juga tentu nya tidak sedikit yang memperoleh rezeki dari turun nya hujan, anak-anak penjaja payung akan mengambil jasa dari rahmat-nya Allah ini, penjual mie dan bakso barang kali lebih laris pada musim ini, dan yang paling penting adalah kita merasa bahwa hidup kita ini memang sudah di kendalikan oleh sang maha penentu yaitu Allah SWT, kita tidak dapat mengendalikan jika memang Allah ingin menurunkan hujan, disini lah letak keterbatasan manusia sebagai makhluk yang sombong untuk berpikir. Manusia hanya bisa mengusahakan namun tidak bisa memastikan turun atau tidaknya hujan tersebut, ini hanya lah takdir yang senantiasa hak mutlak dari Allah SWT.

Sekali lagi bahwa kita sering menyalahkan keadaan termasuk musim ini jika tidak sesuai dengan selera kita, namun jika sebaliknya tadi bahkan kita justru berdoa dalam shalat istisqa untuk di turunkan hujan kepada Allah SWT. permasalahan nya hanya lah kita tidak bisa menerima dan mengambil hikmah di antara kejadian yang ada, dan hal ini di perparah lagi dengan asyik nya kita menyalahkan dampak dari hujan yang sering  berakibat banjir, longsor dan amcet, tapi kita tidak pernah mencoba untuk mencari penyebab asal terjadi nya kebanjiran atau musibah tersebut, harus nya hal yang di lakukan adalah dengan tidak menebangi hutan secara sembarangan, tidak membuang sampah di kali atau selokan, tidak membangun rumah di area serapan air, membangun tempat irigasi dengan baik dan melapangkan pengaliran air, begitupun dengan tugas berikutnya adalah membangun tempat pengaliran air hingga tidak meluap ke area pemukiman hingga jalan.

Musim hujan merupakan salah satu musim yang juga harus kita jadikan moment perubahan, yaitu perubahan dari pribadi ego yang hanya selera kita menjadi selera-nya Allah SWT,  bahkan Allah SWT maha mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Bisa jadi apa yang di sangkakan itu baik, namun sesungguhnya buruk buat kita dan hina di hadapan Allah SWT. perubahan berikutnya adalah bahwa jika terjadi hal yang buruk dari efek hujan tersebut maka introspeksi lah diri kita agar tidak sembarangan berbuat kepada alam dan lingkungan, dan musim hujan ini juga ternyata ada rezeki sebagian para hamba Allah yang memang membutuhkan. Perlu kita perhatikan bahwa sebagian besar terjadi kerusakan di darat dan lautan akibat ulah tangan manusia itu sendiri.

Perlu kita baca sejarah agar kita lebih arif dan bijaksana, bahwa jangan sampai pada puncak kejenuhan dan penolakan kita terhadap kenyataan membuat kita kufur. Lihatlah Fir`aun dan bala tentara nya yang Allah binasakan dengan  ditenggelamkan di tengah lautan. Lihat pula kisah kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam yang Allah timpakan banjir bandang yang tiada dua-nya. Lihat pula kisah Tsamud dan ‘Aad yang dibinasakan lantaran kekufuran mereka kepada Tuhan alam semesta. Dan masih banyak lagi kisah-kisah nyata lainnya, yang menjadi bukti nyata bahwa semakin jauhnya manusia dari Allah menjadi faktor datang nya kehancuran dan kebinasaan. Cukup lah semua itu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Dan semua itu tercatat rapi di dalam ayat-ayat Ilahi yang begitu banyak sekali. Janganlah kita hanya negatif melihat akan turun nya hujan, marilah semai pikiran kita dengan pikiran positif akan datang nya hujan, serta benahilah keadaan serta gali permasalahan jika terjadi hujan yang membuat macet, longsor dan kebanjiran.

*Penulis adalah Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar