Jumat, 03 Januari 2014

Radikalisme dan Terorisme Masih Jadi PR Indonesia



Sekretaris Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Saleh Daulay mengatakan masalah radikalisme dan terorisme menjadi pekerjaan rumah Indonesia yang harus dituntaskan. Menurutnya, kedua persoalan tersebut mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat serta iklim investasi di Indonesia.
"Para investor yang ingin menanamkan modal di Indonesia merasa takut usaha mereka diganggu. Untuk itu, aparat keamanan dan aparat intelijen diharapkan dapat segera menangkap seluruh aktivis teroris yang masih berkeliaran," kata Saleh, Kamis (2/1/2014).
Ia mengatakan penanganan radikalisme dan terorisme perlu melibatkan semua komponen masyarakat. Karena faktanya jaringan terorisme berada di tengah-tengah masyarakat. Karena itu, keterlibatan masyarakat dalam program deradikalisasi dan antiterorisme menjadi bagian yang sangat penting.
"Sekuat apa pun aparat keamanan dan aparat intelejen, jika tidak dikombinasikan dengan kekuatan masyarakat, penanganan terorisme dan radikalisme akan tetap rapuh. Tinggal bagaimana pemerintah dan aparat keamanan kita mengajak dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya upaya penanggulangannya," ujarnya.
Saleh menilai penanganan terorisme harus lebih berhati-hati agar tidak menimbulkan ekses di kemudian hari. Artinya, operasi penangkapan harus didahulukan daripada tembak di tempat.
"Kalau tembak di tempat, dikhawatirkan keluarga yang ditinggalkan tidak terima. Bagaimana pun, mereka pasti tidak menduga kalau keluarga terlibat terorisme. Kalau ditembak langsung, bisa saja nanti keluarga atau anak-anaknya menuntut balas. Lagipula, kalau operasi tangkap tangan, diharapkan dapat terungkap seluruh jaringan yang masih tersisa," cetus Saleh.[as]
Sumber: Metrotvnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar