Terkadang justru lantaran terlalu utuh
dan lengkap dalam mengimani sesuatu membuat seseorang buta. Barangkali
itulah apa yang terjadi dalam diri para radikalis dan teroris. Keimanan
mereka tak berlubang sedemikian hingga menganggap iman-iman yang lain
hanyalah sampah yang patut dienyahkan.
Bagi Haidar Baqir keimanan yang tanpa
keraguan bukan berarti sekuat-kuatnya iman. Justru sebaliknya. Dengan
mengutip khalifah Ali bin Abi Tholib, Pimpinan Mizan ini menuturkan
“Orang-orang yang hanya dapat menyakini bahwa jalan yang ditempuhnya
mesti mutlak benar bukanlah orang-orang beriman. Mereka adalah
orang-orang yang tidak sanggup berpikir lain dari keyakinan yang telah
mereka peluk. Orang-orang seperti ini sama sekali bukan manusia”.
Memang Terdengar paradoks. Beriman tetapi
memberikan ruang kepada keraguan, pada kerapuhan. Namun justru dengan
demikian pencarian kebenaran yang kontinu dimungkinkan. Hujjatul Islam,
Imam al Ghozali, juga pernah menyinggung posisi keraguan dalam pencarian
kebenaran.
“Keraguanlah yang mengantarkan kepada
kebenaran. Barang siapa yang tidak pernah ragu maka dia tidak memandang.
Barang siapa yang tidak pernah memandang maka ia tidak pernah melihat.
Dan barang siapa yang tidak pernah melihat maka ia tetap dalam kebutaan
dan kesesatan” kutip Haidar Bagir atas al Ghozali. [Mh]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar