Ideologi-ideologi yang ingin menggoyang
Negara Kesatuan Republik Indonesia masih belum sepenuhnya hilang dari
bumi pertiwi. Setiap tahunnya pasti ada saja gerakan-gerakan atas nama
ideologi tertentu yang melakukan aksi sebagai ujud propaganda. Berita
paling belakangan misalnya, aparat menangkap anggota gerakan separatis
Papua.
Agama juga kadang dimanfaatkan oleh pihak
tertentu untuk hal yang serupa. NII misalnya. Gerakan yang mencoba
mengganti corak Indonesia dengan Islam ini, kerap muncul secara sporadis
di beberapa daerah.
Menurut Sukanto, mantan aktivis NII,
generasi muda menjadi sasaran prioritas NII dalam proses rekruitmen. Hal
itu dikarenakan mereka masih mudah dipengaruhi dan kurang paham akan
sejarah NKRI sehingga mudah terhasut dan terhipnotis terhadap paham dan
ideologi NII yang sebetulnya menyimpang.
“Biasanya, orang yang direkrut adalah
pelajar atau mahasiswa yang masih labil dan kurang paham akan sejarah
bangsa. Selain itu, mereka berasal bukan dari keluarga TNI atau
kepolisian” Ungkap Sukanto.
Menarikya lagi, para anggota NII ini
pandai dalam hal kamuflase. Misalnya proses indoktrinasi dilakukan di
tempat-tempat yang disukai anak-anak muda seperti mall, cafe dan lokasi
“nongkrong” lainnya. Dan tidak ketinggalan para pencuci otak ini pun
berdandan semirip anak muda jaman sekarang.
Saat proses doktrinasi, biasanya
menggunakan lokasi-lokasi yang disenangi anak muda, seperti mal, warung
makan dan tempat-tempat nongkrong lainnya. Orang yang merekrut pun juga
berpakaian gaul seperti halnya remaja. Ini yang menyebabkan tidak mudah
terendus,” ujar mantan aktivis NII tersebut.
Cara-cara seperti inilah yang membuat
gerakan NII sangat sulit diendus. Di samping gerakannya begitu sporadis,
pola-pola yang digunakannya pun seperti bunglon yang pandai dalam
meniru situasi dan kondisi sekitar. [Mh]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar