Senin, 03 Desember 2012

Jurnalis-Riset Dibutuhkan dalam Liputan Isu-Isu Keberagaman


Fenomena konflik yang mengkabing-hitamkan keberagaman dan perbedaan adalah kisah kelam yang sampai sekarang sulit dihapuskan. Terkait dengan disseminasi informasi yang dilakukan oleh awak media atas peristiwa ini menjadi catatan beberapa kalangan seperti Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk).


Minggu, 25 November 2012, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk), AJI Cabang Surabaya, dan The Asia Foundation menggelar workshop jurnalis bertajuk “Memberitakan Isu Keberagaman”. Acara tersebut yang diikuti 36 jurnalis dari berbagai media. Dalam workshop tersebut pengamat pers dari UI Dr Ade Armando MSc menyatakan diperlukan wartawan-riset untuk melaporkan isu keberagaman seperti Syiah, Ahmadiyah, dan aliran lainnya.

“Untuk informasi yang sifatnya asimetris seperti isu-isu keberagaman tidak cukup hanya dengan melaporkan fakta dan pernyataan narasumber yang ada, tapi perlu kerja intelektual. Misalnya, ada pernyataan narasumber bahwa Syiah itu sesat, maka pewarta periset akan meriset data tentang Syiah yang sudah lama ada di Indonesia dan tidak ada masalah, bahkan dunia menyimpulkan Syiah tidak sesat ” tutur Ade Armando.

Menurut mantan anggota KPI tersebut, isu-isu keberagaman tidak cukup hanya diliput secara pelaporan, karena banyak informasi dari narasumber yang bersifat bias dan bahkan menyimpang untuk kepentingan tertentu. “Karena itu, isu-isu keberagaman memerlukan wartawan yang bukan hanya pelapor, melakukan ‘bion pewarta’ (wartawan-riset) atau wartawan intelektual,” ungkap pengamat pers dari UI. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar