Kamis, 27 Desember 2012

Ini Penyebab Radikalisme Tumbuh Subur


Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafiq Mughni, mengakui radikalisme agama di Indonesia dipicu oleh faktor yang sangat kompleks. Karena itu menyelesaikan persoalan radikalisme tidak semudah membalikkan tangan.
Menurut Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, ada 4 faktor yang menyuburkan pertumbuhan radikalisme.

“Pertama adalah pemahaman ajaran Islam, khususnya kesalahan dalam pemaknaan dan implementasi jihad. Beberapa kelompok tidak bisa menangkap esensi ajaran jihad. Seolah jihad hanya bisa dilakukan dengan kekerasan tanpa melihat situasi dan kondisi. Lantas barang siapa yang mati dalam aksi kekerasan itu maka ia mati syahid. Itu pemahaman yang salah,” ujarnya kepada Lazuardi Birru beberapa waktu lalu.

Faktor kedua, lanjut Syafiq, adalah kultur sebagian masyarakat Indonesia yang mudah tersulut emosi dan lantas melakukan kekerasan.
 “Watak asli kita memang lemah lembut. Tetapi ada pula kelompok yang memang sangat dekat dengan kultur kekerasan. Misalnya kasus demonstrasi yang berkembang menjadi anarkisme, tawuran antarpelajar, antarwarga kampung, dan sebagainya. Itu menunjukkan adanya subkultur kekerasan di masyarakat kita,” tandas Mantas Ketua Umum PW Muhammadiyah Jawa Timur itu.

Frustasi sebagian kelompok atas kondisi bangsa, menjadi faktor ketiga pemicu radikalisme. Dalam hemat Syafiq, ada beberapa kelompok yang tidak sabar melihat kondisi bangsa hingga lantas tersulut melakukan aksi-aksi kekerasan sebagai upaya revolusi.

“Kemaksiatan merajalela, korupsi marak, itu semua jauh dari bayangan Islam yang mengidealkan kondisi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Ini menyebabkan sebagian kelompok kecewa. Lantaran tidak mampu melakukan perbaikan dengan cara-cara yang legal, dakwah dianggap terlalu lambat, maka tindakan kekerasan menjadi pilihannya,” ungkap Syafiq.
Faktor keempat pemicu radikalisme dalam hemat Syafiq adalah ketidakadilan baik secara nasional maupun global.

“Secara global bisa dilihat bagaimana serangan Israel terhadap Palestina baru-baru ini. Israel merupakan sekutu dekat Amerika Serikat. Sementara mayoritas penduduk Palestina adalah muslim. Muncul lah solidaritas sebagian muslim Indonesia dengan cara-cara yang tidak produktif,” ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo itu.

Agresi Israel itu, sambung Syafiq, kian mengobarkan kebencian muslim Indonesia terhadap Barat yang yang telah menghegemoni Negara-negara muslim.
“Ideologi kapitalisme global telah menjajah di bidang ekonomi, termasuk memengaruhi kebijakan ekonomi politik Indonesia. Hal ini merupakan bentuk kezaliman yang menurut sebagian kelompok muslim harus dilawan, termasuk dengan aksi kekerasan dan teror,” tandasnya. (Fiq)


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar