Kamis, 06 Desember 2012

Indonesia Jangan Kehilangan Jati Diri




Mantan Kepala Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pendidikan Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (BP7), Suprapto menyatakan di era globalisasi Indonesia jangan sampai menjadi negara bangsa yang kehilangan watak dan jati dirinya. Sebab, dengan adanya kemajuan teknologi, batas-batas dan sekat wilayah kedaulatan negara menjadi hilang.

“Kita jangan sampai menjadi warga dunia yang kehilangan jati diri. Kita seharusnya menjadi negara bangsa yang memiliki karakter dan kekhasan sebagai bangsa Indonesia,” ujar Suprapto dalam seminar bertema Penguatan Wawasan Kebangsaan dalam Meningkatkan Semangat Bela Negara di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jakarta, Selasa (27/11/2012).

Menurut dia globalisasi telah menghilangkan batas-batas kedaulatan sebuah negara-bangsa. Karena itu, perkembangan teknologi tak hanya memunculkan disintegrasi bangsa, tapi juga negara tanpa batas. Saat ini kita bisa berhubungan langsung dengan warga negara lain tanpa perlu izin negara.

“Di era globalisasi ini Indonesia seharusnya bisa menunjukkan jati dirinya sebagai negara-bangsa. Wawasan kebangsaan ini yang membedakan manusia Indonesia dengan warga dunia lainnya,” katanya.
Sementara itu, Kasubdit Wawasan Kebangsaan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri David Yama mengatakan, banyak kepala daerah yang tidak tahu makna wawasan kebangsaan.

“Saya keliling daerah, ternyata banyak tokoh, pejabat bahkan kepala daerah yang kolot. Misalnya ada yang melakukan internalisasi nilai keagamaan yang dipaksakan. Ini rawan memicu gesekan,” kata David.
Menurut dia kurangnya wawasan kebangsaan membuat banyak pejabat tidak memahami Pancasila. Pancasila, kata dia bukan sekedar pilar kehidupan berbangsa dan bernegara tetapi sudah menjadi kesepakatan bersama.

“Kami masih optimis nilai-nilai Pancasila bisa terus disebarluaskan. Sebab survei BPS 29 Mei 2011 menunjukkan, 79 persen masyarakat masih menganggap Pancasila penting untuk dipertahankan. Sebanyak 89 persen sampel survei itu menganggap berbagai persoalan yang muncul di masyarakat karena Pancasila yang tidak dipahami dengan baik,” tegasnya.

Ketua Masyarakat Kybernologi Indonesia (MKI) I Nyoman Sumaryadi mengatakan, penyebarluasan wawasan kebangsaan harus terus ditingkatkan demi meminimalkan ancaman disintegrasi. “Ini sebagai upaya mencegah agar ancaman disintegrasi tidak menjadi bola salju. Kami yakin disintegrasi bisa dicegah dengan berbagai penyadaran,” tuturnya.[wan]

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar