Radikalisme dan terorisme merupakan isu dan tindakan yang sangat memperihatinkan, membuat semua orang bersedih. Sebagai agama rahmatan lil alamin,
Islam mengajarkan umatnya untuk memberi kasih sayang pada siapapun,
tidak memandang suku, bangsa dan agama. Bahkan untuk hewanpun, Allah
mengatur caranya supaya hewan tersebut tidak tersiksa ketika disembeleh
atau dipotong.
Obrolan itu membuka perbincangan Lazuardi
Birru dengan Oki Setiana Dewi, Aktris Film “Ketika Cinta Bertasbih”
(KCB), di Hanggar, Jakarta Selatan. Di tengah kesibukannya sebagai
publik figur, ia menyempatkan berbincang dengan Lazuardi Birru seputar
problem radikalisme dan terorisme berlabel agama. Berikut petikan
perbincangan LB dengan figur ustadza Ana Altofunnisa dalam film KCB.
Bagaimana Anda melihat fenomena radikalisme dan terorisme di Indonesia?
Radikalisme dan terorisme menjadi satu
hal yang sangat memperihatinkan di negara kita yang mayoritas beragama
Islam, bahkan terbesar di dunia. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, mereka
(kelompok terorisme, red) memanfaatkan para remaja sebagai objek
aksinya, seperti melakukan bom bunuh diri di berbagai tempat.
Para kaula muda yang pemahaman agamanya
masih dangkal dan cenderung labil, mudah sekali untuk di doktrin, dan
percaya pada kelompok yang tidak bertanggung jawab ini.
Awalnya niat para remaja ini mungkin
baik, yaitu untuk mempelajari Islam, namun karena belajar pada kelompok
yang salah, tidak bertanggungjawab, menafsirkan ayat Alquran dan Hadis
sepotong-sepotong, maka timbullah aksi radikalisme dan terorisme ini.
Anda mendefinisikan radikalisme dan terorisme seperti apa?
Dalam bahasa yang sederhana, terorisme
itu menakut-nakuti orang. Islam tidak pernah mengajarkan hal ini.
Terorisme juga memberi pengaruh buruk bagi orang lain, bahkan untuk diri
sendiri. Misalnya dalam kasus bom bunuh diri. Aksi ini jelas-jelas
merugikan banyak orang, diri sendiri, keluarga, bahkan negara.
Jadi terorisme itu merupakan tindakan
atau aksi yang membuat orang merasa tidak nyaman, membuat orang merasa
takut, membuat orang merasa gelisah, membuat orang merasa berpikir
negatif, dan sesuatu yang tidak pernah diajarkan Islam.
******
Aksi radikalisme, terorisme dan kekerasan
atas nama agama di Indonesia telah mencoreng Islam sebagai agama cinta
damai, rahmat bagi alam semesta. Karena itu, perlu langkah-langkah
konkrit yang harus dilakukan agar Islam tidak disangkut pautkan dengan
aksi kekerasan dan terorisme yang dilakukan segelintir orang yang tidak
bertanggung jawab, dan menodai nama baik agama tersebut.
Sebagai publik figur, Oki mengajak
segenap masyarakat untuk menggali agama Allah SWT, dan menunjukkan pada
dunia bahwa Islam bukan agama kekerasan, melainkan agama cinta damai. Ia
mengajak seluruh komponen masyarakat, khususnya generasi muda untuk
mengembalikan nilai-nilai Islam itu, dimulai dari diri sendiri.
Rasulullah SAW, ungkap Oki, meninggalkan
dua pedoman sebagai pegangan dan petunjuk bagi umat manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Pedoman tersebut merupakan sumber ajaran Islam,
yaitu Alquran dan Hadis.
Sebagai umat Islam, wajib hukumnya
mempelajari dua pedoman itu dengan benar dan komprehensif. Serta
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman dan
penafsiran yang benar, lanjut Oki, insyaallah akan menemukan makna bahwa Islam itu mengajarkan sesuai dengan nama Allah yaitu, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Dalam asma Allah, yang dikenal dengan sebutan al-asmaul husna,
Islam mengajarkan umat manusia untuk berkasih sayang, menyebarkan
perdamaian, dan keadilan. Hal itu sesuai dengan nama Allah yang
termaktub dalam Alquran.
Karena itu, Oki menilai, kesalahan dari
tindakan terorisme bukan terletak pada agama, namun terletak pada
pemahaman yang tidak menyeluruh dalam menafsirkan ajaran agama. Karena
ketika ajaran agama dilaksanakan secara komprehensif, maka nilai-nilai
Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta bisa terwujud.
Islam mengajarkan umat manusia untuk
berkasih sayang pada semua orang tanpa membeda-bedakan, baik suku
bangsa, etnis, maupun agama dan kepercayaannya. Islam sama sekali tidak
mengajarkan kekerasan, dan kebencian. Ajaran Islam seperti ini sangat
relevan dengan kondisi Indonesia yang majemuk.
Muslimah kelahiran Batam, Kepulauan Riau,
13 Januari 1989 ini, sangat meyakini bahwa Islam bisa memberikan
kedamaian bagi umat manusia. Menurut dia, bagaimana mungkin Islam
mengajarkan kekerasan? Untuk binatang saja, Islam mengajarkan agar
berlaku lemah lembut. Misalnya ketika seseorang hendak menyembelih
binatang dianjurkan menggunakan cara yang baik, menggunakan senjata
tajam, dan menyembelihnya tepat dilehernya, sehingga tidak membuat hewan
tersebut tersiksa.
“Untuk binatang saja Islam mengajarkan
agar berlaku lemah lembut, apalagi terhadap manusia,” kata pemeran tokoh
Ustadza Anna Altofunnisa dalam film KCB ini menanggapi maraknya
tindakan kekerasan atas nama agama yang kerap terjadi.
******
Persoalan radikalisme dan terorisme
menyita perhatian banyak komponen. Berbagai macam cara sudah dilakukan
untuk menanggulangi problem tersebut. Misalnya dengan program
deradikalisasi, pemerintah bekerja sama dengan civil society melakukan sosialisasi di beberapa tempat, baik di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi.
Seminar, bedah buku, komik, juga
dilakukan sebagai upaya preventif terjadinya tindakan terorisme
tersebut. Selain itu, beberapa sutradara mulai menggarap isu kekerasan
berlabel agama dan terorisme menjadi sebuah film, baik dokumenter maupun
fiksi, sepeti film “Captain Jihad”, “Prison and Paradise”, “Mata Tertutup”, serial “Tim Bui”, dan film lainnya.
Film dinilai menjadi media yang cukup
efektif menyampaikan pesan karena mudah dicerna dan dipahami, khususnya
bagi para remaja yang tidak hobi membaca. Beberapa publik figur juga
tertarik terlibat dalam film atau drama yang mengangkat tema radikalisme
dan terorisme ini.
Penting ngak sich kalau isu radikalisme dan terorisme dibuat film atau drama?
Oo iya, saya sangat mendukung kalau ada satu PH (Production House)
atau penulis sekenario yang tertarik untuk menuliskan atau membuat film
mengenai radikalisme dan terorisme ini. Intinya dalam film tersebut,
mengandung pesan bahwa Islam sama sekali tidak mengajarkan terorisme dan
kekerasan.
Film tersebut menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin,
mengajarkan kita untuk berkasih sayang, berlaku lemah lembut sesama
manusia. Memperjuangkan agama Allah tidak dengan cara saling membunuh,
apalagi melakukan pemboman dan bom bunuh diri. Itu sama sekali tidak ada
dalam Islam. Jadi kalau suatu saat nanti ada film seperti itu
mudah-mudahan saya diajak main.
Ada beberapa film tentang
terorisme, seperti film dokumenter “Prison and Paradise”, namun isinya
terlalu berat. Idealnya kira-kira film tentang terorisme seperti apa?
Menurut saya film tentang radikalisme dan
terorisme itu memang sebaiknya bisa ditonton oleh banyak kalangan,
lintas usia, terutama bagi remaja.
Sebenarnya saya berharap suatu saat nanti
ada film yang sederhana dan mudah dimengerti, mudah dipahami, sehingga
bisa diambil nilai dan hikmahnya. Jadi ketika masyarakat menonton film
itu, ketika mereka keluar dari gedung bioskop ada pelajaran, nilai, ada
satu pemahaman baru yang diambil dari film itu. Saya optimis suatu saat
nanti pasti ada film tentang isu itu dengan pembahasan yang benar dan
mudah dipahami.
Sekarang banyak tayangan, sinetron atau
film yang embel-embelnya religi, memakai kerudung, memakai kopya,
memakai tasbih, padahal substansinya sama sekali tidak mencerminkan
Islam. Saya berharap suatu saat nanti kalau ada film yang mengangkat
tema Islam tidak hanya simbolik, tapi mengandung nilai dan bahasan yang
benar, dan mengandung penyelesaian masalah secara benar menurut Islam.
Kalau film terbaru yang dibintangi Anda apa?
Terakhir kemarin “Dari Sujud Ke Sujud,”
memang spesial Ramadhan. Kalau isu radikalisme dan terorisme diangkat
menjadi sebuah film itu bagus sekali. Mungkin bisa dibuat drama atau action.
Jadi, akan menjadi sesuatu yang efektif karena tidak semua orang senang
datang ke kajian di musollah atau di masjid, dan tidak semua orang suka
baca buku. Dengan dibuat film, dibuat dalam satu tayangan mungkin akan
lebih mudah dipahami, dan mendapat satu pelajaran di situ.
Melalui sosok Ustadza Anna
dalam film KCB, pernah nggak menyinggung persoalan radikalisme dan
terorisme dalam forum-forum yang Anda hadiri?
Ya, namun secara spesifik dan bicara
secara detail mengenai persoalan terorisme dan radikalisme memang belum,
karena kebanyakan kajian saya tentang kemuslimahan, jadi kita lebih
banyak bicara tentang kemuslimahan.
Pada suatu waktu, saya pernah bicara
sekilas tentang hal ini (radikalisme dan terorisme, red). Saya rasa ini
menjadi tugas saya, tugas kita bersama untuk terus mensosialisasikan
tentang hal ini. Mari kita bersinergi, berkarjasama untuk memerangi
radikalisme dan terorisme.
*****
Tak terasa, perbincangan seputar
radikalisme dan terorisme mengalir hingga adzan isyak berkomandang.
Rintik hujan mulai reda dan kami mengakhiri perbincangan malam itu.
Sebelum kita akhiri, pesan apa yang ingin disampaikan pada para remaja?
Ya, sudah menjadi tugas kita bersama
untuk tetap belajar ilmu Allah, berdiskusi dengan banyak orang, membaca
buku apa saja untuk memperluas wacana, tanyakan apa yang tidak
diketahui, karena semua bersumber dari Alquran dan Hadis.
Hati-hati terhadap paham-paham yang
mungkin menyimpang dan sama sekali tidak pernah diajarkan dalam Islam,
isi diri dengan prestasi-prestasi, isi diri dengan ilmu agar bisa
menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, bermanfaat untuk agama
kita, bermanfaat untuk menjadi pejuang-pejuang Allah.[Aziz]
******
Biodata
Nama : Oki Setiana Dewi
Tempat/Tanggal Lahir : Batam, 13 Januari 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agana : Islam
(Wawancara 99 Orang Bicara Radikalisme dan Terorisme)
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar