Selasa, 04 Desember 2012

Oki Setiana Dewi: Membela Agama Allah Tidak Harus Menyakiti Orang Lain



Radikalisme dan terorisme merupakan isu dan tindakan yang sangat memperihatinkan, membuat semua orang bersedih. Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam mengajarkan umatnya untuk memberi kasih sayang pada siapapun, tidak memandang suku, bangsa dan agama. Bahkan untuk hewanpun, Allah mengatur caranya supaya hewan tersebut tidak tersiksa ketika disembeleh atau dipotong.

Obrolan itu membuka perbincangan Lazuardi Birru dengan Oki Setiana Dewi, Aktris Film “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB), di Hanggar, Jakarta Selatan. Di tengah kesibukannya sebagai publik figur, ia menyempatkan berbincang dengan Lazuardi Birru seputar problem radikalisme dan terorisme berlabel agama. Berikut petikan perbincangan LB dengan figur ustadza Ana Altofunnisa dalam film KCB.

Bagaimana Anda melihat fenomena radikalisme dan terorisme di Indonesia?
Radikalisme dan terorisme menjadi satu hal yang sangat memperihatinkan di negara kita yang mayoritas beragama Islam, bahkan terbesar di dunia. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, mereka (kelompok terorisme, red) memanfaatkan para remaja sebagai objek aksinya, seperti melakukan bom bunuh diri di berbagai tempat.

Para kaula muda yang pemahaman agamanya masih dangkal dan cenderung labil, mudah sekali untuk di doktrin, dan percaya pada kelompok yang tidak bertanggung jawab ini.
Awalnya niat para remaja ini mungkin baik, yaitu untuk mempelajari Islam, namun karena belajar pada kelompok yang salah, tidak bertanggungjawab, menafsirkan ayat Alquran dan Hadis sepotong-sepotong, maka timbullah aksi radikalisme dan terorisme ini.

Anda mendefinisikan radikalisme dan terorisme seperti apa?
Dalam bahasa yang sederhana, terorisme itu menakut-nakuti orang. Islam tidak pernah mengajarkan hal ini. Terorisme juga memberi pengaruh buruk bagi orang lain, bahkan untuk diri sendiri. Misalnya dalam kasus bom bunuh diri. Aksi ini jelas-jelas merugikan banyak orang, diri sendiri, keluarga, bahkan negara.
Jadi terorisme itu merupakan tindakan atau aksi yang membuat orang merasa tidak nyaman, membuat orang merasa takut, membuat orang merasa gelisah, membuat orang merasa berpikir negatif, dan sesuatu yang tidak pernah diajarkan Islam.
******
Aksi radikalisme, terorisme dan kekerasan atas nama agama di Indonesia telah mencoreng Islam sebagai agama cinta damai, rahmat bagi alam semesta. Karena itu, perlu langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan agar Islam tidak disangkut pautkan dengan aksi kekerasan dan terorisme yang dilakukan segelintir orang yang tidak bertanggung jawab, dan menodai nama baik agama tersebut.
Sebagai publik figur, Oki mengajak segenap masyarakat untuk menggali agama Allah SWT, dan menunjukkan pada dunia bahwa Islam bukan agama kekerasan, melainkan agama cinta damai. Ia mengajak seluruh komponen masyarakat, khususnya generasi muda untuk mengembalikan nilai-nilai Islam itu, dimulai dari diri sendiri.

Rasulullah SAW, ungkap Oki, meninggalkan dua pedoman sebagai pegangan dan petunjuk bagi umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pedoman tersebut merupakan sumber ajaran Islam, yaitu Alquran dan Hadis.

Sebagai umat Islam, wajib hukumnya mempelajari dua pedoman itu dengan benar dan komprehensif. Serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman dan penafsiran yang benar, lanjut Oki, insyaallah akan menemukan makna bahwa Islam itu mengajarkan sesuai dengan nama Allah yaitu, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Dalam asma Allah, yang dikenal dengan sebutan al-asmaul husna, Islam mengajarkan umat manusia untuk berkasih sayang, menyebarkan perdamaian, dan keadilan. Hal itu sesuai dengan nama Allah yang termaktub dalam Alquran.

Karena itu, Oki menilai, kesalahan dari tindakan terorisme bukan terletak pada agama, namun terletak pada pemahaman yang tidak menyeluruh dalam menafsirkan ajaran agama. Karena ketika ajaran agama dilaksanakan secara komprehensif, maka nilai-nilai Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta bisa terwujud.

Islam mengajarkan umat manusia untuk berkasih sayang pada semua orang tanpa membeda-bedakan, baik suku bangsa, etnis, maupun agama dan kepercayaannya. Islam sama sekali tidak mengajarkan kekerasan, dan kebencian. Ajaran Islam seperti ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang majemuk.
Muslimah kelahiran Batam, Kepulauan Riau, 13 Januari 1989 ini, sangat meyakini bahwa Islam bisa memberikan kedamaian bagi umat manusia. Menurut dia, bagaimana mungkin Islam mengajarkan kekerasan? Untuk binatang saja, Islam mengajarkan agar berlaku lemah lembut. Misalnya ketika seseorang hendak menyembelih binatang dianjurkan menggunakan cara yang baik, menggunakan senjata tajam, dan menyembelihnya tepat dilehernya, sehingga tidak membuat hewan tersebut tersiksa.

“Untuk binatang saja Islam mengajarkan agar berlaku lemah lembut, apalagi terhadap manusia,” kata pemeran tokoh Ustadza Anna Altofunnisa dalam film KCB ini menanggapi maraknya tindakan kekerasan atas nama agama yang kerap terjadi.
******
Persoalan radikalisme dan terorisme menyita perhatian banyak komponen. Berbagai macam cara sudah dilakukan untuk menanggulangi problem tersebut. Misalnya dengan program deradikalisasi, pemerintah bekerja sama dengan civil society melakukan sosialisasi di beberapa tempat, baik di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi.

Seminar, bedah buku, komik, juga dilakukan sebagai upaya preventif terjadinya tindakan terorisme tersebut. Selain itu, beberapa sutradara mulai menggarap isu kekerasan berlabel agama dan terorisme menjadi sebuah film, baik dokumenter maupun fiksi, sepeti film “Captain Jihad”, “Prison and Paradise”, “Mata Tertutup”, serial “Tim Bui”, dan film lainnya.

Film dinilai menjadi media yang cukup efektif menyampaikan pesan karena mudah dicerna dan dipahami, khususnya bagi para remaja yang tidak hobi membaca. Beberapa publik figur juga tertarik terlibat dalam film atau drama yang mengangkat tema radikalisme dan terorisme ini.

Penting ngak sich kalau isu radikalisme dan terorisme dibuat film atau drama?
Oo iya, saya sangat mendukung kalau ada satu PH (Production House) atau penulis sekenario yang tertarik untuk menuliskan atau membuat film mengenai radikalisme dan terorisme ini. Intinya dalam film tersebut, mengandung pesan bahwa Islam sama sekali tidak mengajarkan terorisme dan kekerasan.
Film tersebut menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin, mengajarkan kita untuk berkasih sayang, berlaku lemah lembut sesama manusia. Memperjuangkan agama Allah tidak dengan cara saling membunuh, apalagi melakukan pemboman dan bom bunuh diri. Itu sama sekali tidak ada dalam Islam. Jadi kalau suatu saat nanti ada film seperti itu mudah-mudahan saya diajak main.

Ada beberapa film tentang terorisme, seperti film dokumenter “Prison and Paradise”, namun isinya terlalu berat. Idealnya kira-kira film tentang terorisme seperti apa?
Menurut saya film tentang radikalisme dan terorisme itu memang sebaiknya bisa ditonton oleh banyak kalangan, lintas usia, terutama bagi remaja.
Sebenarnya saya berharap suatu saat nanti ada film yang sederhana dan mudah dimengerti, mudah dipahami, sehingga bisa diambil nilai dan hikmahnya. Jadi ketika masyarakat menonton film itu, ketika mereka keluar dari gedung bioskop ada pelajaran, nilai, ada satu pemahaman baru yang diambil dari film itu. Saya optimis suatu saat nanti pasti ada film tentang isu itu dengan pembahasan yang benar dan mudah dipahami.
Sekarang banyak tayangan, sinetron atau film yang embel-embelnya religi, memakai kerudung, memakai kopya, memakai tasbih, padahal substansinya sama sekali tidak mencerminkan Islam. Saya berharap suatu saat nanti kalau ada film yang mengangkat tema Islam tidak hanya simbolik, tapi mengandung nilai dan bahasan yang benar, dan mengandung penyelesaian masalah secara benar menurut Islam.

Kalau film terbaru yang dibintangi Anda apa?
Terakhir kemarin “Dari Sujud Ke Sujud,” memang spesial Ramadhan. Kalau isu radikalisme dan terorisme diangkat menjadi sebuah film itu bagus sekali. Mungkin bisa dibuat drama atau action. Jadi, akan menjadi sesuatu yang efektif karena tidak semua orang senang datang ke kajian di musollah atau di masjid, dan tidak semua orang suka baca buku. Dengan dibuat film, dibuat dalam satu tayangan mungkin akan lebih mudah dipahami, dan mendapat satu pelajaran di situ.

Melalui sosok Ustadza Anna dalam film KCB, pernah nggak menyinggung persoalan radikalisme dan terorisme dalam forum-forum yang Anda hadiri?
Ya, namun secara spesifik dan bicara secara detail mengenai persoalan terorisme dan radikalisme memang belum, karena kebanyakan kajian saya tentang kemuslimahan, jadi kita lebih banyak bicara tentang kemuslimahan.
Pada suatu waktu, saya pernah bicara sekilas tentang hal ini (radikalisme dan terorisme, red). Saya rasa ini menjadi tugas saya, tugas kita bersama untuk terus mensosialisasikan tentang hal ini. Mari kita bersinergi, berkarjasama untuk memerangi radikalisme dan terorisme.
*****
Tak terasa, perbincangan seputar radikalisme dan terorisme mengalir hingga adzan isyak berkomandang. Rintik hujan mulai reda dan kami mengakhiri perbincangan malam itu.

Sebelum kita akhiri, pesan apa yang ingin disampaikan pada para remaja?
Ya, sudah menjadi tugas kita bersama untuk tetap belajar ilmu Allah, berdiskusi dengan banyak orang, membaca buku apa saja untuk memperluas wacana, tanyakan apa yang tidak diketahui, karena semua bersumber dari Alquran dan Hadis.
Hati-hati terhadap paham-paham yang mungkin menyimpang dan sama sekali tidak pernah diajarkan dalam Islam, isi diri dengan prestasi-prestasi, isi diri dengan ilmu agar bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, bermanfaat untuk agama kita, bermanfaat untuk menjadi pejuang-pejuang Allah.[Aziz]
******

Biodata
Nama                                      : Oki Setiana Dewi
Tempat/Tanggal Lahir             : Batam, 13 Januari 1989
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Agana                                      : Islam

(Wawancara 99 Orang Bicara Radikalisme dan Terorisme)

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar