Jumat, 21 Desember 2012

Bagaimanakah Nasib Mesir Setelah Referendum?

Presiden Muhammad Morsi menghimbau seluruh rakyat Mesir untuk berperan aktif dalam referendum dalam rangka menentukan konstitusi baru, yang akan diadakan nanti pada 15 Desember 2012. Anggota Dewan Konstitusi Mesir telah menyerahkan rancangan konstitusi baru kepada Morsi pada Sabtu (1/12) setelah mereka melaksanakan sidang yang berlangsung sejak Kamis (29/11). Sidang tersebut diboikot oleh kalangan liberal, sekuler dan kelompok Kristen, karena dianggap memberikan kekuasaan mutlak kepada Presiden Morsi.

Rancangan konstitusi baru yang oleh pihak oposisi sekuler dan liberal dianggap menjadikan Morsi sebagai penguasa tunggal yang menguasai semua lembaga pemerintahan di Mesir menjadi pusat perselisihan, sehingga mereka menolak rancangan konstitusi baru tersebut, sedangkan Ikhwanul Muslimin dan aliran-aliran Islam lainnya mendukung rancangan tersebut, hal ini menimbulkan konflik politik terburuk sejak Morsi terpilih sebagai presiden pada bulan Juni lalu.

Di jalan-jalan, ratusan ribu pendukung Morsi yang terdiri dari anggota Ikhwanul Muslim, Salafi dan aliran-aliran Islam lainnya menggelar aksi mendukung keputusan Presiden Morsi, mereka membawa spanduk bertuliskan “Syari’ah dan Syar’iyah”, kaum perempuan juga tidak mau ketinggalan, banyak diantara mereka yang turun ke jalan membawa spanduk bertuliskan “Bersama Morsi selamatkan revolusi”.

Demonstrasi mendukung Morsi juga terjadi di Alexandria, Asiut, Giza dan beberapa provinsi lainnya di seluruh Mesir. Demonstran pendukung Morsi menganggap para penentang keputusan Morsi sebagai usaha untuk mengacaukan Mesir, “Ada beberapa pihak yang menginginkan ketidakstabilan politik di Mesir”, ujar Khalid salah seorang pendukung Morsi, dia juga mengatakan, “Ada kebutuhan untuk segera mengkonstitusikan keputusan sehingga negara menjadi stabil”.

Sementara, dalam pidato kenegaraannya di Madinat Nasr kemarin (1/12), Presiden Morsi menyatakan, “Saya membuka kembali dialog nasional yang menjamin berlangsungnya demokrasi kita yang baru tumbuh”. Dan dalam wawancaranya pada Kamis malam, Morsi menyebutkan bahwa kekuasaan barunya akan berakhir setelah konstitusi baru diratifikasi.

Kekhawatiran pihak oposisi dan juga Amnesty International sebenarnya pada dampak rancangan konstitusi baru tersebut, karena dikhawatirkan Mesir memberangus hak-asasi manusia, khususnya hak terhadap wanita, dan membatasi kebebasan berpendapat atas nama agama.

Akankah dasar politik keagamaan yang diinginkan Ikhwanul Muslimin dan orang-orag salafi di Mesir sebagaimana yang dikhawatirkan oleh pihak-pihak oposisi? Jawabannya terletak pada hasil referendum konstitusi baru Mesir 15 Desember nanti. (Absyaish).


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar