Cuaca politik Mesir terkini mengingatkan
kita pada revolusi 25 Januari 2011 yang melengserkan pemerintahan Hosni
Mubarak, ratusan ribu rakyat Mesir tumpek plek di Medan Tahrir untuk
menuntut Presiden Mesir yang sekarang mundur dari jabatannya, mereka
menganggap Morsi ingin menguasai semua lembaga pemerintahan yang ada di
Mesir.
Demonstarasi besar-besaran ini dipicu
keputusan Presiden yang pada Kamis (22/11) mengeluarkan Dekrit Presiden
yang memberikan kekuatan mutlak bagi Presiden Morsi dalam mengelola
pemerintahan Mesir.
Di samping itu, Dekrit tersebut juga
memberikan kekuasaan tak terbatas bagi Morsi dan tak bisa diganggu gugat
oleh lembaga manapun juga, termasuk oleh lembaga yudikatif Mesir
sendiri.
Keputusan tersebut mendapat kecaman dari
para hakim dan para tokoh oposisi, puncaknya Selasa (27/11) kemarin
ratusan ribu rakyat Mesir memadati Medan Tahrir, mereka meneriakkan
yel-yel yang menuntut Presiden Mesir turun dari jabatannya.
Demontrasi ini dipimpin tiga serangkai kekuatan politik oposisi Mesir, yaitu al-Baradae, Sabahi dan Amru Musa.
Tidak hanya di Kairo, di kota-kota lain
pun masyarakat ikut turun ke jalan, seperti Iskandariyah, Mahallah,
Aswan, Thanta, al-Minya, Mansurah, Kufru al-Syaikh, Fayyum, Suez dan
Syarm al-Syaikh. Demontrasi tersebut dimulai dengan mogok massal para
hakim yang memaksa para pimpinan mereka untuk mengadakan rapat darurat
dan menolak Dekrit Presiden Morsi.
Sementara itu, pihak kepresidenan dan
Ikhwanul Muslimin tetap pada pendiriannya mempertahankan Dekrit
Presiden, manta Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mahdi Akif menyebut
demonstrasi rakyat yang sampai turun ke jalan merupakan hal yang
positif. Sedangkan salah seorang mantan anggota dewan komite militer
yang memegang kekuasaan pemerintah Mesir sebelum terpilihnya Morsi
menyebutkan bahwa, yang terjadi di Mesir sekarang ini sangat berbahaya
bagi rakyat Mesir, sebagai solusi, dia meminta Presiden Morsi
membatalkan dekritnya tersebut. (Absyaish).
Sumber:Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar