Setelah hampir dua tahun dari sejak
dimulainya perang antara tentara Pemerintah Suriah dengan pemberontak,
ada perkembangan yang sangat pesat di pihak oposisi dari segi
persenjataan, terbukti dengan semakin luasnya daerah yang mereka kuasai,
mulai dari beberapa benteng militer Pemerintahan Basyar Asad sampai ke
beberapa bandar udara yang ada di negara tersebut. Hal ini memaksa para
militer Suriah harus mundur ke beberapa pusat pertahanan mereka di Ibu
Kota.
Menurut pengamat militer Barat,
akhir-akhir ini pihak oposisi telah beberapa kali menang taktik dari
pihak pemerintah di beberapa daerah yang ada di Damaskus dan mengalami
banyak kemajuan, sehingga mereka sudah hampir mendekati Bandar Udara
yang ada di Ibu Kota.
Menurut para pengamat tersebut, senjata
berat yang berfungsi sebagai senjata anti tank dan anti serangan udara
sangat berperan penting dalam keberhasilan para pemberontak.
Senjata-senjata inilah yang disinyalir mampu mengimbangi gempuran
pasukan Pemerintah, yang mana sebelumnya pertempuran antara kedua belah
pihak dianggap tidak seimbang, tapi dengan adanya senjata-senjata
tersebut, sekarang pihak pemberontak berbalik unggul dan membuat para
pemimpin militer pemerintah tidak kuasa menahan gempuran pihak
pemberontak yang dilakukan secara besar-besaran di beberapa daerah di
Suriah.
Hal ini tidak lepas dari peran para
fundamentalis yang ada di pihak oposisi, mereka dianggap berhasil
menaklukkan beberapa daerah yang ada di Suriah. Para pemimpin
pemberontak dan para pengamat Barat menilai, mereka mengalami
perkembangan yang sangat pesat pada beberapa bulan terakhir ini,
sebabnya tidak lain, karena mereka mendapatkan kucuran dana dan bantuan
senjata dari beberapa Negara asing yang membantu mereka dan dari
beberapa pengusaha Suriah yang berada di luar Suriah.
Hanya saja yang menjadi masalah adalah,
bahwa para pemberontak tersebut tidak memiliki aturan yang baku yang
menaungi semua gerakan bersenjata, berikut penggunaan senjatanya yang
ada pada mereka. Hal ini menimbulkan kegelisahan tersendiri bagi para
pemberontak, sebagaimana yang mereka utarakan, “Yang belum kita miliki
adalah aturan yang mengatur persenjataan secara umum, dan inilah yang
mengkhawatirkan”.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat, Hillary Clinton mewanti-wanti Pemerintah Suriah agar
tidak menggunakan senjata kimia, peringatan ini keluar setelah
sebelumnya Presiden Amerika Serikat dan Uni Eropa mengeluarkan
peringatan yang sama, Hillary mengatakan, “Amerika Serikat sangat
khawatir terhadap Pemerintah Suriah, dalam keadaan terdesak mereka akan
menggunakan senjata kimia atau tidak mampu mengendalikan penggunaan
senjata tersebut”.
Kekhawatiran Amerika dan Uni Eropa cukup
beralasan, mengingat Pemerintah Suriah sudah semakin terdesak akibat
gempuran para pemberontak, ditambah lagi desakan dari dunia
Internasional yang ikut mengancam mereka. (Absyaish).
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar