Rabu, 16 Januari 2013

Taring Militer Suriah Mulai Tumpul




Setelah hampir dua tahun dari sejak dimulainya perang antara tentara Pemerintah Suriah dengan pemberontak, ada perkembangan yang sangat pesat di pihak oposisi dari segi persenjataan, terbukti dengan semakin luasnya daerah yang mereka kuasai, mulai dari beberapa benteng militer Pemerintahan Basyar Asad sampai ke beberapa bandar udara yang ada di negara tersebut. Hal ini memaksa para militer Suriah harus mundur ke beberapa pusat pertahanan mereka di Ibu Kota.

Menurut pengamat militer Barat, akhir-akhir ini pihak oposisi telah beberapa kali menang taktik dari pihak pemerintah di beberapa daerah yang ada di Damaskus dan mengalami banyak kemajuan, sehingga mereka sudah hampir mendekati Bandar Udara yang ada di Ibu Kota.

Menurut para pengamat tersebut, senjata berat yang berfungsi sebagai senjata anti tank dan anti serangan udara sangat berperan penting dalam keberhasilan para pemberontak. Senjata-senjata inilah yang disinyalir mampu mengimbangi gempuran pasukan Pemerintah, yang mana sebelumnya pertempuran antara kedua belah pihak dianggap tidak seimbang, tapi dengan adanya senjata-senjata tersebut, sekarang pihak pemberontak berbalik unggul dan membuat para pemimpin militer pemerintah tidak kuasa menahan gempuran pihak pemberontak yang dilakukan secara besar-besaran di beberapa daerah di Suriah.

Hal ini tidak lepas dari peran para fundamentalis yang ada di pihak oposisi, mereka dianggap berhasil menaklukkan beberapa daerah yang ada di Suriah. Para pemimpin pemberontak dan para pengamat Barat menilai, mereka mengalami perkembangan yang sangat pesat pada beberapa bulan terakhir ini, sebabnya tidak lain, karena mereka mendapatkan kucuran dana dan bantuan senjata dari beberapa Negara asing yang membantu mereka dan dari beberapa pengusaha Suriah yang berada di luar Suriah.

Hanya saja yang menjadi masalah adalah, bahwa para pemberontak tersebut tidak memiliki aturan yang baku yang menaungi semua gerakan bersenjata, berikut penggunaan senjatanya yang ada pada mereka. Hal ini menimbulkan kegelisahan tersendiri bagi para pemberontak, sebagaimana yang mereka utarakan, “Yang belum kita miliki adalah aturan yang mengatur persenjataan secara umum, dan inilah yang mengkhawatirkan”.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton mewanti-wanti Pemerintah Suriah agar tidak menggunakan senjata kimia, peringatan ini keluar setelah sebelumnya Presiden Amerika Serikat dan Uni Eropa mengeluarkan peringatan yang sama, Hillary mengatakan, “Amerika Serikat sangat khawatir terhadap Pemerintah Suriah, dalam keadaan terdesak mereka akan menggunakan senjata kimia atau tidak mampu mengendalikan penggunaan senjata tersebut”.

Kekhawatiran Amerika dan Uni Eropa cukup beralasan, mengingat Pemerintah Suriah sudah semakin terdesak akibat gempuran para pemberontak, ditambah lagi desakan dari dunia Internasional yang ikut mengancam mereka. (Absyaish).



Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar