Islam sebagai agama rahmatan lil alamin
mengajarkan ketegasan, bukan kekerasan. Sikap itu dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. “Islam itu tidak mengenal
kekerasan,” kata Direktur Pais Dirjen Pendis Kementerian Agama RI, Dr.
Amin Haedari, M.Pd, pada Lazuardi Birru, di Jakarta.
Menurut Amin, dalam sejarah Islam, Nabi
Muhammad SAW pernah dilempar batu oleh orang yang tidak suka sama
beliau, namun ketika Malaikat Jibril menawarkan untuk memusnahkan
kelompok tersebut, Nabi tidak mengizinkannya.
Nabi Muhammad tidak rela umat itu
dihancurkan. Sehingga Nabi pun, kata Amin, mendoakan agar umat tersebut
diberi petunjuk oleh Allah SWT. Jadi agama Islam, tegas Amin, tidak
mengajarkan kekersan, melainkan mengajarkan kelemah lembutan. “Islam
diajarkan dan disebarkan dengan penuh kasih sayang, penuh lemah lembut.
Tidak ada satu pun Islam mengajarkan kekerasan, kebencian,” ungkapnya.
“Nabi mengajarkan pada kita, agar tidak
membenci orang lain, meskipun orang tersebut sangat membenci kita. Islam
tidak memerintahkan kita membalas kebencian dengan kebencian yang
lain,” demikian Amin menjelaskan.
Terkait dengan kekerasan yang dilakukan
seseorang atau kelompok yang mengatasnamakan agama, Amin mengatakan, hal
tersebut tidak dibenarkan. Karena itu, melalui Kementerian Agama, Amin
telah melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak mudah menjadikan
kekerasan sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah.
“Program-program yang dilakukan oleh
Kementerian Agama adalah bagaimana masyarakat memiliki pengetahuan yang
luas, wawasan yang mendalam tentang agama. Dengan semakin luas
pengetahuan dan wawasan tersebut, insya Allah tidak akan terjadi
kekerasan,” kata Amin.
Karena itu, Kementerian Agama terus
berupaya melakukan sosialisasi dan memberikan penjelasan pada masyarakat
bahwa perbedaan itu merupakan anugerah dan perlu disyukuri. “Perlu kami
sampaikan juga bahwa persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
kekerasan ini ada kaitannya dengan masalah pengetahuan. Karena itu,
Kementerian Agama terus meningkatkan wawasan masyarakat, para ustadz,
para da’I. Sehingga dengan wawasan itu, masyarakat tidak terpancing oleh
kekerasan dan kebencian pada kelompok lain,” pungkasnya.[Az]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar