Setelah sempat mengalami perseteruan
selama dua pekan, akhirnya pihak oposisi dan Pemerintah Mesir setuju
untuk bertemu, kesepakatan ini tercapai setelah Presiden Mursi mau
menarik dekritnya dan mau menunda pengumuman referendum undang-undang
yang baru.
Menurut Koran harian asy-Syarq al-Awsat
yang terbit di wilayah Timur Tengah menyebutkan bahwa, para peserta yang
ikut serta dalam dialog nasional hampir mencapai kesepakatan mengenai
pengumuman undang-undang yang baru, demi mencegah terjadinya perpecahan
di Negara Mesir yang sudah berlangsung selama dua minggu.
Hal ini, dikuatkan dengan pernyataan
Perdana Menteri Mesir, Hisyam Qindil pada hari Sabtu sore (8/12) yang
menyatakan bahwa Presiden Mursi sepakat untuk merubah dekritnya yang
memberikan kekuasaan mutlak bagi dirinya dan merupakan tuntutan pihak
oposisi untuk dibatalkan. Dalam penjelasanya pada televisi al-Mihwar,
Hisyam Qindil mengatakan, “Presiden Mursi sepakat untuk membatalkan
dekritnya dan siap mengumumkan isi dari undang-undang yang baru”.
Sedangkan mengenai penundaan pengumuman
undang-undang yang baru yang berbeda dengan undang-undang yang pertama,
dan merupakan tuntutan yang kedua dari pihak oposisi, Hisyam Qindil
menyatakan bahwa, “Telah terjadi kesepakatan diantara para pemimpin
politik yang berkumpul di istana kepresidenan untuk sama-sama mencari
pijakan hukum dari penundaan tersebut”.
Sementara itu, Front Penyelamat Nasional
Mesir tetap pada tuntutan awal mereka, yaitu Pemerintah Mesir harus
membatalkan Dekrit Presiden yang diterbitkan oleh Presiden Mursi bulan
lalu, dan membatalkan referendum terhadap undang-undang. Salah satu dari
pimpinan Front Penyelamat Nasional Mesir, Muhammad Abul Ghar
mewanti-wanti Pemerintahan yang sedang berkuasa agar tidak mengganggu
para demonstran yang menduduki Tahrir Square dan halaman Istana
Presiden, dia juga menuntut pemerintah agar membubarkan milisi Ikhwanul
Muslimin dan segera mengungkap siapa aktor di balik terbunuhnya beberapa
demonstran di depan Istana Presiden Rabu yang lalu, seraya meminta para
demonstran untuk terus menduduki halaman depan Istana kepresidenan
sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Di pihak lain, kekuatan Islamis menuduh
pihak oposisi telah berusaha menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Sedangkan pihak militer yang selama terjadinya aksi demonstrasi hanya
diam, kini telah menyuarakan seruannya, dalam seruanya mereka
menyebutkan bahwa dialog merupakan satu-satunya cara yang bisa
menyelesaikan semua masalah dan bisa membawa kebaikan pada Negara dan
seluruh rakyat Mesir. (Absyaish).
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar