Di dunia ini, sebenarnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi tindakan terorisme. Semua agama mengajarkan perdamaian dan kasih sayang. Meskipun dalam Alquran ada ayat yang menjelaskan perang atau permusuhan, tentu hanya dalam konteks tertentu, kondisi ketika Islam diusir dari kampung halamannya.
Wacana ini membuka obrolan Lazuardi Birru
dengan Ustaz H Bobby Herwibowo, Lc, Pengasuh Majelis Kauny Center, di
Jakarta Timur. Ustaz Bobby, biasa ia dipanggil, mengutip ayat Alquran
yang secara eksplisit menjelaskan bahwa umat Islam diperbolehkan berbuat
baik, dan berlaku adil pada kelompok lain.
Seperti yang terdapat dalam surat Al
Mumtahanah, ayat 8, yang artinya “Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
Baru kemudian, lanjut Ustaz Bobby, pada
ayat selanjutnya, yaitu surat Al Mumtahanah, ayat 9 Allah berfirman,
yang artinya “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari
negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim”.
Secara eksplisit Alquran sebagai sumber
ajaran Islam menjelaskan bahwa Allah memperbolehkan dan memerintahkan
umat Islam melakukan peperangan hanya ketika umat Islam diusir,
diperangi, dan dijarah hartanya. Jadi, lanjut Ustaz Bobby, ayat Alquran
yang menjelaskan tentang perang itu sifatnya defensif.
Namun, fakta di lapangan selama ini kelompok teroris melakukan aksinya dengan dalih agama, Anda melihatnya seperti apa?
Hemat saya, kalau targetnya masyarakat
sipil, inosen (orang yang tidak bersalah, red), maka itu termasuk
perbuatan dosa, bukan jihad. Bahkan, tergolong sebagai perbuatan dosa
besar. Kebanyakan alasan mereka karena rasa kesal mereka pada Amerika
atau Israil, tapi kenapa mereka justru melakukan tindakan kekerasan di
Tanah Air yang damai ini?
Kalau mereka ingin berjuang, seharusnya
mereka itu pergi ke Irak, berangkat ke Palestina, atau berangkat ke
medan tempur yang sebenarnya. Di sana musuh mereka jelas, bukan warga
sipil seperti halnya ketika mereka melakukan pengeboman di Indonesia.
Karena kalau mereka melakukan di sini (Indonesia, red), yang menjadi
korban adalah orang-orang yang tidak berdosa, bahkan umat Islam sendiri
juga menjadi korban. Semua orang mengutuk tindakan mereka. Saya juga
mengutuk perbuatan yang tidak berkeperimanusiaan tersebut.
Hal ini harus menjadi kontemplasi bagi
kita semua, khususnya bagi mereka yang melakukan kekerasan dengan
mengatasnamakan agama. Bisa saja mereka melakukan perbuatan itu karena
mereka salah dalam mempersepsikan agama, dan makna jihad. Bahkan,
mayoritas umat Islam sangat menyesalkan perbuatan mereka. Jadi,
sebenarnya tidak ada kepentingan agama sama sekali.
Terlepas dari itu semua, kekerasan dengan
alasan apapun tidak dapat dibenarkan, karena kenyataannya sangat
merugikan banyak hal, seperti nama baik agama, nama baik bangsa
Indonesia.
Citra bangsa ini jelek gara-gara
perbuatan segelintir orang tersebut, misalnya orang beranggapan tinggal
di Indonesia tidak aman, dan investasi tidak jalan. Negara berdaulat
adalah negara yang menciptakan keamanan, negara yang kuat adalah negara
yang bisa menjaga keamanan negaranya sendiri.
Dalam Alquran ada ayat yang
menjelaskan tentang jihad dalam arti perang. Ayat ini sering disalah
gunakan oleh kelompok tertentu untuk memerangi kelompok lain yang tidak
sepaham dengan mereka, bagaimana sebenarnya memahami ayat tersebut?
Kalau kita belajar Islam dari cara Nabi
Muhammad SAW, maka kita akan mendapati jihad yang dilakukan beliau
adalah jihad yang defensif, selalu membela harga diri, membela agama,
membela Tanah Air. Itu semua dilakukan semata-mata karena dasar membela
itu.
Kemudian, ketika Islam mulai berkembang,
maka tujuan jihad yang dilakukan adalah hendak mengajak manusia kembali
ke jalan Allah SWT, sehingga mereka semua kembali ke jalan Allah SWT.
Kalimat jihad yang betul adalah menjadi
mukmin yang baik. Kita bisa lihat surat al-Hujurat, ayat 15 yang artinya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Karena itu, kalau kita ingin melakukan
jihad sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasullulah SAW, maka lihatlah
bagaimana cara Rasullulah melakukan jihad. Dalam melakukan jihad,
Rasulullah SAW tidak pernah mengganggu orang lain. Bahkan, menggangu
pepohonan, menggangu hewan, beliau tidak pernah melakukannya dalam jihad
yang beliau lakukan.
Lalu, langkah apa yang bisa dilakukan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang Islam, khususnya jihad?
Tidak ada manusia yang memiliki kebenaran
mutlak. Allah SWT memerintahkan kita semua untuk berlomba-lomba
mendapatkan kebenaran. Kebenaran itu banyak jalannya dan tidak ada
manusia yang secara mutlak benar. Karena itu, ketika kita mengklaim
bahwa pemahaman kita adalah pemahaman yang paling benar, maka sebenarnya
kita sudah berbuat salah.
Dalam surat An-Najm, ayat 30 Allah SWT
berfirman, yang artinya “Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”
Ayat tersebut menjelaskan, bisa saja
bahwa pemahaman kita benar, tapi jangan sampai kebenaran itu membuat
diri kita dengan mudah menyalahkan orang lain. Imam Syafi’i mengatakan
bahwa pendapatku adalah benar, tapi mengandung kemungkinan salah, dan
pendapat orang lain salah, tapi mengandung kemungkinan benar. Artinya,
boleh jadi suatu saat saya benar dan suatu saat saya keliru, dan orang
lain pun begitu.
Karena itu, mari kita menghargai pendapat
orang lain, khususnya dalam urusan jihad. Misalnya kita ingin memahami
tentang jihad, kita harus merujuk pada jihad yang dilakukan oleh
Rasulullah. Kita tidak boleh mengklaim bahwa diri kita atau pemahaman
kita tentang jihad yang paling benar.
Akibat kekerasan yang
dilakukan kelompok yang tidak bertanggung jawab tersebut, citra Islam
tercoreng. Padahal kita tahu bahwa mayoritas umat Islam tidak
menghendaki hal tersebut. Bagaimana komentar Anda?
Ketika kita beramal, maka jangan
mengklaim bahwa amal itu adalah amal Islami, jangan kita memberi label
bahwa ini adalah syariah, karena belum tentu apa yang kita lakukan ini
sesuai dengan ketentuan syariah dan belum tentu juga apa yang kita
lakukan ini sesuai dengan ridha Allah dan Rasulnya.
Hal tersebut pernah dilakukan oleh Abu
Bakar ketika beliau mengutus sebuah syariah. Syariah adalah sebuah
ekspedisi jihad yang tidak disertai khalifah di dalamnya. Jadi,
ekspedisi ini yang di sebut syariah, dan setiap kelompok manusia harus
menunjuk seorang pemimpin. Pemimpin atau panglimanya diberi wasiat oleh
khalifah Abu Bakar.
Salah satu wasiat Abu Bakar berbunyi;
“kalau engkau berjalan di muka bumi ini dan melakukan apapun, maka
janganlah engkau mengatakan bahwa ini perintah Allah dan Rasulnya,
karena bisa saja apa yang kita lakukan belum tentu sesuai dengan apa
yang Allah dan Rasulnya inginkan”.
Artinya, apa yang kita lakukan ini adalah
amal kita, tidak mengatasnamakan Allah dan Rasulnya. Jadi, apabila apa
yang kita lakukan tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya, maka
tidak akan mencoreng nama Allah dan Rasulnya.
Contoh di atas merupakan pelajaran yang
sangat berarti bagi kita semua agar tidak mengklaim apa yang kita
lakukan benar, dan yang dilakukan orang lain adalah salah. Praktik
seperti yang dilakukan Abu Bakar sangat cocok untuk diterapkan oleh
umat Islam agar tidak mudah menyalahkan orang lain yang tidak sepaham
dengan dirinya.
*****
Pasca Bom Bali I 2002, pemerintah
Indonesia sudah melakukan segala upaya untuk menanggulangi kejahatan
yang tidak berkeperimanusiaan ini. Mulai dari penegakan hukum, sampai
upaya preventif seperti program deradikalisasi.
Namun, upaya yang dilakukan oleh
pemerintah itu tidak semua berjalan mulus seperti yang diharapkan.
Indikasi tersebut bisa dilihat dari munculnya berbagai aksi terorisme
yang dilakukan oleh kelompok baru, di luar jaringan yang sudah berhasil
dilumpuhkan. Misalnya peristiwa bom bunuh diri di Mapolresta Ceribon dan
Gereja Bethel Injel Sepenuh Kepunton, Surakarta, 2011.
Anda melihat langkah yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi aksi terorisme seperti apa?
Sebenarnya hal ini bukan tanggung jawab
pemerintah semata, namun menjadi tanggung jawab kita semua, khususnya
orangtua, guru, ulama, dan masyarakat secara umum.
Misalnya, level yang paling kecil dalam
keluarga, seorang kakak harus bertanggung jawab terhadap adiknya, orang
yang lebih dewasa harus bertanggung jawab kepada yang lebih muda,
sehingga ketika tercipta tanggaung jawab di masing-masing level, maka
secara otomatis menggerakkan masyarakat dan elemen bangsa ini
menumbuhkan kasih sayang, menghormati sesama, bersikap toleran dan
melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Semakin banyak elemen yang terlibat dalam
mencegah terjadinya sikap intoleran, kekerasan dan terorisme, maka
semakin mudah menyelesaikan persoalan tersebut.
Lalu, langkah apa yang perlu diambil pemerintah untuk lebih cepat menangani gejala terorisme ini?
Saya kira sosialisasi. Sosialisasi
tentang hidup damai, hidup tentram, dan hidup nyaman tanpa ada
kekerasan. Saya yakin seluruh agama mendukung hal ini. Selanjutnya
melakukan langkah preventif agar setiap bentuk radikalisme, terorisme
yang merugikan masyarakat bisa secepatkan teratasi.
Pemerintah bisa melakukan hal itu sampai
ke akar-akarnya. karena pemerintah memiliki otoritas, dan punya power
untuk melakukannya. Kalau ada kelompok atau kajian yang bisa memunculkan
paham radikalisme seharusnya bisa diantisipasi dari awal, sebelum
karakter kekerasan mereka terbentuk.
Dalam hal ini pemerintah sudah mencanangkan program deradikalisasi. Bagaimana Anda melihat program ini?
Program ini bagus dan saya sangat
mendukung. Karena memang perlu mengembalikan pemahaman agama dan jihad
yang benar. Agama tidak pernah mengajarkan kekerasan, ia membawa
kedamaian, ketenangan, dan kasih sayang.
Pemahaman bahwa tidak ada agama yang
mengajarkan kekerasan seharusnya bisa diwujudkan. Setiap anak bangsa
harus dibekali pemahaman itu, sehingga pada akhirnya kita dapat melihat
dan menyaksikan semua orang, semua anak negeri Indonesia mencintai
perdamaian.
Menurut Anda konsep deradikalisasi yang efektif seperti apa?
Yang paling ideal program deradikalisasi
ini diorientasikan pada ranah membuka wawasan umat Islam dengan
mendalami Alquran sesuai dengan tuntunannya, memahami sunnah Rasul
sesuai dengan praktik keagamaan yang dijalani oleh Rasullulah SAW.
Misalnya, Rasulullah SAW menghormati
semua orang tanpa melihat latar belakangnya, dan tidak pernah memusuhi
orang yang tidak sepaham dengan beliau. Pada satu ketika Rasullulah
pernah bertamu ke rumah orang Yahudi, Rasullulah pernah meminjam harta
dari orang Yahudi, Rasullulah pernah menggadai baju besinya pada orang
Yahudi. Dari contoh ini, kita bisa melihat bahwa Rasulullah tidak pernah
memusuhi orang lain yang berbeda agama.
Di level pendidikan, Anda melihat peran dunia pendidikan dalam mencegah radikalisme dan terorisme seperti apa?
Pertama, mengkaji gejala radikalisme,
terorisme. Karena persoalan radikalisme dan terorisme bukan hal baru,
hal itu sudah ada sejak dahulu. Kasus doktrin agama yang diselewengkan
sudah banyak, sudah terjadi sejak masa silam. Jadi peran pendidikan
harus menjelaskan gejala-gejala dari radikalisme dan terorisme ini.
Kedua, melakukan pencegahan atau upaya
preventif. Jadi, tugas pendidikan melakukan upaya pencegahan secara
dini, sebelum mereka tumbuh dan mengakar. Nah, hal tersebut bisa di
lakukan perguruan tinggi.
Anda mengatakan bahwa pendidikan salah satu faktor penting menjawab persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Bisa dipaparkan langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam hal ini?
Dari dunia pendidikan kita bisa menerima
perbedaan. Pendidikan ini bisa dimulai dari lingkungan keluarga.
Misalnya seorang anak dalam keluarga diajarkan menghargai perbedaan dan
mencintai sesama, maka pemahaman seperti itu akan berkembang sampai
dewasa.
Pendidikan sebagai sarana untuk membentuk
kesadaran seseorang harus difungsikan secara maksimal, dan
diorientasikan pada ranah yang positif. Berikan pemahaman-pemahaman yang
yang positif bahwa semua manusia harus saling menghormati, menghargai,
dan menebar kasih sayang satu sama lainnya.
Jadi, pendidikan itu dimulai dari hal
yang paling kecil. Begitu juga ketika anak didik tersebut belajar
tentang ayat-ayat Alquran, jangan sampai pemahaman mereka hanya parsial,
dan keliru dalam menafsirkan ayat-ayat yang berisi tentang jihad.
Lalu, bagaimana dengan pendidikan agama seseorang?
Pendidikan agama juga seperti itu. Jadi
pendidikan agama yang paling nikmat adalah pendidikan agama yang sesuai
dengan Alquran dan Hadis sebagai sumber utama. Misalnya Anda dari kecil
diajarkan shalat subuh dengan memakai kunut, tiba-tiba Anda shalat di
lingkungan Anda yang baru tidak ada kunut sama sekali, itu kan
pertentangan luar biasa, kenapa? Karena Anda mendapatkan doktrin sejak
kecil bahwa dari dulu saya begini, orangtua mengajarkan seperti ini.
Begitu tidak sesuai dengan doktrin, maka Anda akan merasa curiga, merasa
tidak adil, tapi begitu Anda melihat sumbernya bahwa Rasul pernah
shalat dengan kunut dan Rasul juga pernah shalat tanpa kunut, artinya
dua-duanya tidak masalah.
Karena itu, pendidikan agama yang kita
pelajari harus benar-benar komperehensif, wawasan kita harus luas agar
pemahaman kita tidak parsial dan mudah menyalahkan orang lain.[Aziz]
Biodata
Nama : Bobby Herwibowo, Lc.
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Mei 1977
Pendidikan : S1 Fak. Syariah, Univ. Al Azhar, Cairo, Mesir
Email : bobby_hero77@yahoo.com
(Wawancara 99 Orang Bicara Radikalisme dan Terorisme)
Sumber: Lazuardibirru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar