Pakar sains dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, Taufik Pasiak, menyarankan agar komunitas
pesantren memasukkan aktivitas bermusik, meditasi kontemplatif, serta
interaksi sosial kepada anak didiknya.
“Tiga elemen aktivitas itu bisa mencegah
tumbuhnya potensi otak yang gampang menerima gagasan agama yang
radikal,” kata Taufik pada konferensi tentang spiritualisme dan
radikalisme di Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta, Kamis 22
November 2012.
Dia menjelaskan, dari kacamata
neurosains, pilihan seorang menerima gagasan radikal atau toleran
dipengaruhi oleh struktur otak yang mudah terbentuk karena beberapa
jenis persepsi pada tuha
“Penganut radikalisme agama otaknya
didominasi sistem penalaran bernama limbic yang terlalu aktif, sehingga
menyebabkannya susah menerima pendapat berbeda dari luar,” ujar penulis
buku Tuhan dalam Otak Manusia ini.
Taufik mengatakan, pembentukan struktur
otak seperti itu dibantu pengaruh kuat persepsi mengenai sifat tuhan
yang otoriter. “Penguatan aktivitas limbic dipupuk persepsi bahwa Tuhan
itu pemarah dan suka menghukum,” kata dia, yang juga Ketua Muhammadiyah
Kota Manado.
Sebaliknya, jika sistem pada otak bernama
prefrontal mendominasi, gagasan keagamaan akan dikesampingkan. Maka,
kata Taufik, perlu keseimbangan antara limbic dan prefrontal sehingga
otak terlatih mengenal cara berpikir empati.
“Keseimbangan seperti ini ternyata mudah
muncul pada orang dengan persepsi mengenai Tuhan yang penuh cinta kasih
dan pemaaf,” kata dia.
Menurut Taufik, kemampuan otak mengenal
empati bisa terlatih lewat bermain musik, meditasi, dan interaksi
sosial. Dia mencontohkan, tokoh sufi Jalaluddin Rumi memanfaatkan tarian
dan musik untuk melatih sensitivitas spiritualisme yang menjunjung ide
cinta universal.
“Kontemplasi melatih orang mendengar dan
merasakan hal kecil dan asing sehingga membuat otak lebih mudah menerima
perbedaan,” tuturnya.
Pembicara lain, Mark Woodward, memperkuat
pendapat Taufik. Indonesianis dari Arizona State University ini
mencontohkan kelompok yang menokohkan keturunan nabi (habib) di Front
Pembela Islam dengan jemaah salawat Jamuro (Jamaah Muji Rosul) pimpinan
Habib Syech di Solo. Keduanya punya akar Islam tradisional, berorientasi
sufistik, dan radikal. Bedanya, Habib Syech akrab dengan musik,
sementara Habib Riziq tidak menyukai seni musik. (sq)
Sumber: Lazuardibirru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar