Sadar atau tidak hembusan propaganda
Islam yang beraroma radikal dan teror masih terasa di mana. Buktinya
beberapa kasus teror bom dan kekerasan atas nama Islam yang terjadi di
Indonesia belum lenyap dalam pemberitaan media-media.
Dalam keadaan seperti ini, perlu setiap
individu mempersiapkan diri agar tidak terjerumus pada pemahaman Islam
yang menggerikan tersebut. Menurut Nasir Abas, Mantan Ketua Mantiqi III
Jama’ah Islamiyah, setidaknya ada dua hal yang harus dimiliki seseorang
agar tidak mudah terseret ideologi radikal dan teror.
Yang pertama, tanamkan kritisisme. Banyak
bertanya adalah bagian dari bentuk kritisisme. “Ketika bertemu dengan
orang yang merasa paling benar, sedemikian hingga mengajak untuk
melakukan aksi-aksi makar dan teror, maka penting untuk selalu bertanya.
Mengapa begini, mengapa begitu” tutur Nasir Abas. Menurutnya hal ini
juga akan membuat si pendoktrin tersebut putus asa sehingga terhindarlah
seseorang terekrut menjadi muslim radikal atau bahkan teroris.
Adapun yang kedua, Nasir Abas menyarankan
agar seseorang tidak menjadi yang tertutup. Artinya ketika bertemu
dengan pemikiran atau pemahaman radikal atau teror, maka wajib hukumnya
seseorang tersebut sharing atau berbagi cerita entah dengan
teman, keluarga, guru atau orang lain. Berbagi cerita akan membantu
individu menemukan ruang-ruang pemahaman baru atau lain sehingga tidak
melulu memahami Islam dalam kacamata yang sempit. [Mh]
Sumber: Lazuardibirru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar