Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan
mengutus Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk bertemu dengan Menlu
Myanmar guna membicarakan teknis bantuan kemanusiaan yang diperlukan
sehubungan adanya tindak kekerasan yang terjadi pada Muslim Rohingya.
“Saya akan mengutus Menlu ketemu Menlu
Myanmar untuk memberikan bantuan teknis apa yang diperlukan,” kata SBY
di Phnom Penh, Kamboja, Rabu, sebelum berangkat ke Islamabad, Pakistan.
Presiden berada di Kamboja dalam rangka
mengikuti KTT ASEAN ke-21. Yudhoyono mengatakan Presiden Myanmar Thein
Sein yang juga hadir pada KTT tersebut secara resmi meminta bantuan
kepada Indonesia.
Di lingkungan Organisasi Kerja Sama Islam
(OKI), kata Presiden, Indonesia telah mengatakan bahwa masalah tersebut
sudah menjadi masalah internasional. Presiden juga sudah berupaya untuk
meminta bantuan untuk mengatasi masalah kemanusiaan di sana.
Selain itu, katanya, mantan Wakil
Presiden Jusuf Kalla dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Palang Merah
Indonesia (PMI) sudah datang ke lokasi konflik. “JK sudah bertemu dengan
saya,” katanya.
Tidak atur segalanya Yudhoyono mengatakan
bahwa Indonesia tidak mungkin mengatur segalanya, namun Indonesia ingin
melakukan kontribusi.
Sebelumnya pada Selasa (20/11) Presiden
Yudhoyono bertemu dengan Presiden Myanmar Thein Sein di Phnom Penh,
Kamboja, untuk membahas peningkatan hubungan dan kerja sama kedua negara
selain mendengarkan penjelasan langsung soal kekerasan yang terjadi
pada Muslim Rohingya.
“Presiden Myanmar menjelaskan bahwa yang
terjadi di Rohingya adalah konflik komunal, bukan konflik antaragama,”
kata juru bicara Presiden Bidang Internasional Teuku Faizasyah
menjelaskan isi pertemuan.
Presiden Thein Sein memastikan konflik
komunal tersebut tidak didorong oleh pemerintah, melainkan akibat adanya
kelakuan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
Terhadap penjelasan tersebut, kata
Faizasyah, Presiden Yudhoyono memahami persoalannya karena di Indonesia
juga sering mengalami hal serupa.
Faizasyah mengatakan Indonesia sudah
berperan dalam membantu menyelesaikan masalah Rohingya tersebut.
Indonesia, katanya, telah menggunakan diplomasi bilateral dengan
negara-negara terkait, juga melalui pendekatan multilateral, seperti
melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB).
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang
turut dalam pertemuan bilateral itu, telah diperintahkan untuk aktif
membantu menyelesaikan masalah ini. “Arahannya mencakup apa yang telah
dan akan dilakukan Indonesia untuk membantu menyelesaikan masalah
Rohingya ini,” katanya.
Faizasyah mengatakan Indonesia siap
memberikan bantuan kepada Myanmar untuk merehabilitasi dan membangun
kesejahteraan warga Rohingya yang sekarang menjadi korban dari konflik
komunal.
Presiden Thein sebelumnya menyampaikan
Myanmar akan melakukan rekonstruksi besar-besaran yang melibatkan dana
miliaran dollar AS dan karena itu meminta bantuan RI.
Saat ditanya apa bentuk konkret bantuan
dimaksud, Faizasyah mengatakan Indonesia masih harus mempelajari berapa
besaran angka bantuan kemanusiaan yang akan diberikan kepada Myanmar
tersebut.
Presiden Thein menyambut baik uluran
tangan Indonesia itu dan bahkan mengundang Presiden Yudhoyono untuk
datang ke Myanmar awal tahun depan.
Faizasyah menambahkan bahwa Myanmar
terbuka bagi siapa pun untuk melihat apa yang terjadi di Rohingya. “Dari
Indonesia sudah banyak yang datang, seperti mantan Wapres Jusuf Kalla
yang sempat masuk ke lokasi konflik,” demikian Faizasyah.
Setidaknya 78 orang dilaporkan tewas
sejak kerusuhan pecah pada Mei lalu. Selain itu, 1.200 orang dinyatakan
hilang dan 80 ribu orang mengungsi di sekitar Kota Sittwe dan Maungdaw.
Menurut PBB diperkirakan ada 800 ribu warga hidup di Rakhine, Myanmar.
[Az]
Sumber: Lazuardibirru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar