Pakar konflik dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mohammad Nur Kholis Setiawan mengatakan pengelolaan keragaman budaya dan agama di Indonesia perlu dilakukan dengan dasar konsep yang tepat. Ia menilai konsep pengelolaan keragaman yang tepat membutuhkan pemetaan komprehensif termasuk pada keragaman yang muncul akibat modernisasi.
Menurut Kholis pemetaan itu harus didasarkan pada perspektif yang menilai Indonesia merupakan lahan subur pertemuan berbagai peradaban besar dunia. Pertemuan berbagai peradaban besar ini mendapat dukungan penuh setelah beragam jenis agama besar dunia juga ikut masuk ke Indonesia.
“Tingkat keragaman budaya Indonesia merupakan tertinggi di dunia,” kata Kholis saat menyampaikan pidato pengukuhan guru besarnya bertema ‘Tafsir Al-quran dalam Konteks Keindonesiaan dengan Pola Pendekatan Tematik Kombinatif’ di UIN Sunan Kalijaga, Selasa (20/11/2012).
Dia menilai kondisi keberagaman yang terbentuk dalam proses sejarah panjang itu menjadi peluang besar banyak pihak yang ingin memunculkan konflik sosial tajam di Indonesia. Namun, apabila keragaman itu terkelola dengan baik, akan menghasilkan peradaban kebudayaan tinggi.
“Sejarah sudah membuktikan masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan dalam situasi keberagaman budaya yang tinggi sejak lama, ini menjadi modal yang baik,” kata dia.
Kholis menegaskan keragaman merupakan Sunnatullah. Karena itu, kebersamaan merupakan bagian usaha untuk untuk merawat anugrah yang maha kuasa ini. “Selama sejarah manusia, keragaman bisa jadi sarana saling tukar jasa keahlian dan pemikiran,” ungkap dia
Dia menambahkan keragaman Sunnatullah sudah mendapat legitimasi dari Al-quran. Makanya, umat Islam harus memperhatikan prinsip itu untuk menciptakan kohesifitas yang menjadi dasar pengelolaan keragaman.
“Kita mesti memikirkan upaya pengelolaan keragaman berbasis nilai-nilai keislaman demi masa depan generasi bangsa mendatang,” kata Kholis.
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar