Selasa, 11 Februari 2014

Panglima TNI: Usman-Harun Bukan Teroris




Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal TNI Moeldoko tidak terima kalau Usman-Harun dianggap sebagai teroris oleh pihak Singapura. Menurut dia keduanya merupakan seorang Marinir dan pahlawan bangsa Indonesia.

"Saya tidak terima kalau Usman-Harun itu dinyatakan sebagai teroris. Dia adalah aktor negara, bukan nonstate," tegas Moeldoko di Jakarta, Senin (10/2/2014).

Ia menjelaskan pemberian nama KRI Usman-Harun sudah melalui diskusi yang panjang pada 2012 lalu. Moeldoko pun menyatakan pihaknya tidak akan mengubah nama KRI Usman Harun hanya gara-gara diprotes Singapura. 

"Kami sepakat tidak ada yang berubah. Nama ini pada 12 Desember 2012 sudah diputuskan seperti itu. Sudah melalui diskusi yang panjang, jadi tidak ada korelasinya dengan perkembangan terakhir saat ini," ujarnya.
 
Menurut dia, pemberian nama Usman-Harun pada kapal perang itu bukan untuk membangkitkan emosi warga Singapura. Nama itu dipilih berdasarkan histori yang menempatkan kedua prajurit itu sebagai pahlawan.

Moeldoko menambahkan, sebenarnya konflik Indonesia dan Singapura terkait Usman dan Harun telah usai setelah Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yew melakukan tabur bunga di atas pusara Usman dan harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 1970-an yang lampau.

"Secara historikal dalam hubungan atas insiden kejadian Usman-Harun sebenarnya pada tahun 70-an kehadiran Lee Kuan Yew tidak saja menempatkan bunga tapi menabur bunga. Sebenarnya hubungan psikologis sudah dianggap selesai," jelas Moeldoko.

Usman Bin Haji Ali alias Djanatin dam Harun alias Tohir bin Mahdar telah dieksekusi Singapura dengan hukuman gantung pada 1968. Mereka didakwa telah meledakkan kompleks perkantoran yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang lainnya pada 1965.

Seperti diberitakan, Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam menyampaikan keberatannya kepada Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa terkait penamaan KRI Usman-Harun. Shanmugam meninali penamaan ini akan melukai perasaan rakyat Singapura. Terutama keluarga korban dalam peristiwa pengeboman MacDonald House di Orchard Road, Singapura pada tahun 1965 lalu.

Sumber: Detik, Metrotvnews, Liputan6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar