Rabu, 05 Februari 2014

Kerukunan Beragama di Indonesia Sudah Sejak 600 Tahun Lalu




Kerukunan antar umat beragama di Indonesia sudah ada dan terbangun sejak lebih dari 600 tahun yang lalu.

Demikian dikatakan Menteri Agama Suryadharma Ali saat berkunjung ke Klenteng Sam Po Kong, Semarang, Senin (03/02/2014).

“Kerukunan antar umat beragama sejak 600 tahun yang lalu sudah terbangun di Indonesia. Inilah yang sebetulnya ingin digali, bahwa budaya rukun itu ternyata sudah terbangun ratusan tahun lalu,” ucap Menag.

Suryadharma menambahkan bahwa budaya rukun sudah ada dan berkembang di berbagai pelosok daerah. Ini ditandai dengan adanya istilah-istilah khusus  yang mencerminkan berkembangnya budaya kerukunan. 

“Di Maluku ada Pela Gandong. Di Papua, Satu Tungku Tiga Batu. Di Sulawesi Tengah,  Losarara Losabatutu, lalu di Sulawesi Utara ada istilah Kitorang Basudara. Ini adalah budaya-budaya kerukunan yang luar biasa dan muncul sejak dulu,” terangnya.

Menurut dia budaya-budaya tersebut telah terbangun di masyarakat Indonesia sejak dulu. “Bahkan, kalau kita tarik lagi ke belakang, Panglima Cheng Ho sejak 600 tahun yang lalu sudah membawa semangat kerukunan antar umat beragama,” tegas Menag.

Setelah sebelumnya mengunjungi Klenteng Tay Kak Sie, Menag mengaku berkunjung ke  Klenteng Sam Po Kong untuk membangun kerukunan antar umat beragama, selain mendapatkan informasi mengenai sejarah perjalanan Laksamana Zheng He atau Cheng Ho dari negeri China sampai Indonesia. Diinformasikan bahwa  saat itu, Cheng Ho datang  besarta pasukannya  yang dalam bahasa China disebut cimongan, lalu masyarakat Jawa menyebutnya semarang.

Waktu itu, kisah Menag, masyarakat Semarang umumnya beragama hindu dan budha. Namun demikian, Cheng Ho datang kemari tanpa menimbulkan konflik sama sekali. “Tidak ada pertumpahan darah. Jadi banyak pelajaran yang bisa kita dapat dari kedatangan Cheng Ho,” ucap Menag.

“Cheng Ho tidak hanya dihormati masyarakat muslim saja, tetapi juga Tionghoa, umat Buddha, Tao, dan juga Konghuchu,” imbuhnya.

Ia mengatakan kunjungannya ini untuk mempelajari sejarah. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih mengerti sejarah Islam di Indonesia. Selain itu juga dapat mengerti hubungan antara bangsa Indonesia dengan bangsa Tiongkok.

“Ternyata kita mempunyai jalinan hubungan yang sudah sangat lama,” tutupnya.

Sumber: Kemenag.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar