Jumat, 23 November 2012

Terkait Kekerasan pada Muslim Rohingya, Presiden Utus Menlu ke Myanmar



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengutus Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk bertemu dengan Menlu Myanmar guna membicarakan teknis bantuan kemanusiaan yang diperlukan sehubungan adanya tindak kekerasan yang terjadi pada Muslim Rohingya.
“Saya akan mengutus Menlu ketemu Menlu Myanmar untuk memberikan bantuan teknis apa yang diperlukan,” kata SBY di Phnom Penh, Kamboja, Rabu, sebelum berangkat ke Islamabad, Pakistan.
Presiden berada di Kamboja dalam rangka mengikuti KTT ASEAN ke-21. Yudhoyono mengatakan Presiden Myanmar Thein Sein yang juga hadir pada KTT tersebut secara resmi meminta bantuan kepada Indonesia.

Di lingkungan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kata Presiden, Indonesia telah mengatakan bahwa masalah tersebut sudah menjadi masalah internasional. Presiden juga sudah berupaya untuk meminta bantuan untuk mengatasi masalah kemanusiaan di sana.
Selain itu, katanya, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) sudah datang ke lokasi konflik. “JK sudah bertemu dengan saya,” katanya.
Tidak atur segalanya Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia tidak mungkin mengatur segalanya, namun Indonesia ingin melakukan kontribusi.

Sebelumnya pada Selasa (20/11) Presiden Yudhoyono bertemu dengan Presiden Myanmar Thein Sein di Phnom Penh, Kamboja, untuk membahas peningkatan hubungan dan kerja sama kedua negara selain mendengarkan penjelasan langsung soal kekerasan yang terjadi pada Muslim Rohingya.
“Presiden Myanmar menjelaskan bahwa yang terjadi di Rohingya adalah konflik komunal, bukan konflik antaragama,” kata juru bicara Presiden Bidang Internasional Teuku Faizasyah menjelaskan isi pertemuan.
Presiden Thein Sein memastikan konflik komunal tersebut tidak didorong oleh pemerintah, melainkan akibat adanya kelakuan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
Terhadap penjelasan tersebut, kata Faizasyah, Presiden Yudhoyono memahami persoalannya karena di Indonesia juga sering mengalami hal serupa.

Faizasyah mengatakan Indonesia sudah berperan dalam membantu menyelesaikan masalah Rohingya tersebut. Indonesia, katanya, telah menggunakan diplomasi bilateral dengan negara-negara terkait, juga melalui pendekatan multilateral, seperti melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang turut dalam pertemuan bilateral itu, telah diperintahkan untuk aktif membantu menyelesaikan masalah ini. “Arahannya mencakup apa yang telah dan akan dilakukan Indonesia untuk membantu menyelesaikan masalah Rohingya ini,” katanya.
Faizasyah mengatakan Indonesia siap memberikan bantuan kepada Myanmar untuk merehabilitasi dan membangun kesejahteraan warga Rohingya yang sekarang menjadi korban dari konflik komunal.
Presiden Thein sebelumnya menyampaikan Myanmar akan melakukan rekonstruksi besar-besaran yang melibatkan dana miliaran dollar AS dan karena itu meminta bantuan RI.

Saat ditanya apa bentuk konkret bantuan dimaksud, Faizasyah mengatakan Indonesia masih harus mempelajari berapa besaran angka bantuan kemanusiaan yang akan diberikan kepada Myanmar tersebut.
Presiden Thein menyambut baik uluran tangan Indonesia itu dan bahkan mengundang Presiden Yudhoyono untuk datang ke Myanmar awal tahun depan.
Faizasyah menambahkan bahwa Myanmar terbuka bagi siapa pun untuk melihat apa yang terjadi di Rohingya. “Dari Indonesia sudah banyak yang datang, seperti mantan Wapres Jusuf Kalla yang sempat masuk ke lokasi konflik,” demikian Faizasyah.
Setidaknya 78 orang dilaporkan tewas sejak kerusuhan pecah pada Mei lalu. Selain itu, 1.200 orang dinyatakan hilang dan 80 ribu orang mengungsi di sekitar Kota Sittwe dan Maungdaw. Menurut PBB diperkirakan ada 800 ribu warga hidup di Rakhine, Myanmar. [Az]

Sumber: Lazuardibirru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar