Kamis, 22 November 2012

Berpikir Kritis Bisa Tangkal Terorisme


Saat ini propaganda radikalisme dan terorisme sangat gencar lewat pelbagai media. Propaganda tersebut dilancarkan melalui situs, jejaring sosial, novel, tabloid, buletin, radio, majalah, VCD/DVD untuk menarik simpati generasi muda.

Akibatnya, banyak generasi muda yang terjangkit virus radikal dan tak jarang dari mereka yang melakukan aksi teror, bahkan melakukan bom bunuh diri. Misalnya kelompok Ightiyalat Klaten yang melakukan aksi teror bom di tujuh lokasi, diantaranya;  dua pos polisi, tiga gereja, satu masjid dan satu lokasi ritual sebar apem ya qowiyyu. Kelompok ini rata-rata adalah remaja berusia belasan tahun.

Selain itu, ada Dani Dwi Permana, pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot, 2009 lalu. Dani yang baru berumur 17 tahun dan baru lulus SMA rela meledakkan dirinya karena di doktrin oleh Saefudin Zuhri, jaringan Nordin M Top. Dani mau melakukan tindakan bodoh tersebut karena termakan doktrinasi bahwa mereka yang rela mati sebagai pelaku bom bunuh diri dijanjiin akan masuk surga, dan  ditemani 72 bidadari. Yang paling anyar adalah aksi teror yang dilakukan Farhan cs.

Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas mengatakan, generasi muda menjadi sasaran kelompok radikal dalam melakukan rekrutmennya karena remaja dinilai relatif mudah untuk dikader dan diorientasikan seperti yang mereka (kelompok radikal, red) inginkan. Ditambah lagi banyaknya media yang bisa dijadikan alat untuk merekrut remaja tersebut. Misalnya lewat internet, pertemanan, dan pengajian tertutup.

“Kita tidak bisa menghindari keterlibatan remaja dalam menghadiri acara-acara pertemuan acara kumpul-kumpul atau acara lain. Hanya kita mengharapkan para remaja tersebut berfikiran terbuka atau bijaksana dan mencari ilmu sebanyak mungkin,” kata Nasir pada Lazuardi Birru.
Menurut dia, dengan berpikir kritis, tanpa terburu-buru menerima atau menyetujui suatu paham atau pendapat tertentu, itu bisa menghindarkan para generasi muda dari pengaruh buruk ideologi radikal yang mengarah pada aksi terorisme.

“Ini yang perlu dilakukan oleh remaja, sehingga dikala remaja akan membatasi dirinya kepada pendapat tertentu, kepada penceramah tertentu. Dia bisa komparasikan dengan opini-opini lain di luar kelompoknya,” imbuhnya.[Az]

Sumber: Lazuardibirru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar