Selasa, 20 November 2012

Buya Syafi’i: Indonesia Butuh Pemikiran-Pemikiran Kritis

Kemerdekaan sudah seharusnya tidak dipahami sebagai kata benda. Seakan ketika sudah mencapainya, kemudian perjuangan menjadi berhenti. Apabila kemerdekaan dipahami secara demikian, maka kata kemerdekaan itu sendiri akan kehilangan maknanya.
Kemerdekaan Indonesia misalnya, sejatinya bukanlah capaian yang hanya diperoleh pada 67 tahun yang silam. Kemerdekaan Indonesia harus dipahami sebagai bentuk kata kerja yang terus berproses tanpa mengenal titik henti. Jika hanya puas dengan kemerdekaan yang telah didapat pada tahun 1945, maka niscaya Indonesia tidak akan ke mana-mana dan bahkan keberadaannya dapat terancam.
Menurut Syafi’i Ma’arif jika Indonesia ingin bertahan sampai sehari sebelum kiamat datang, harus ada perubahan besar dalam tubuh bangsa ini. Salah satu prasyarat agar perubahan menjadi mungkin dan tujuan kemerdekaan Indonesia juga tergapai diperlukan modus berpikir kritis.
Pemikiran-pemikiran kritis yang dimaksud tentu adalah pemikiran yang mengandung dianogsa problem sekaligus sepaket solusi. Nalar kritis bukan sekedar mengeksploitasi permasalahan hingga tak terhingga dan mandul dalam pemecahannya, melainkan juga siap dan tepat dalam menangani permasalahn tersebut.

Sumber: LB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar