Penguatan karakter Indonesia tidak boleh
terbentuk karena meniru secara absolut dari produk budaya asing, tetapi
harus tetap menunjukkan nilai budaya sendiri yang hidup serta
ditumbuhkan. Karakter Indonesia harus tetap menunjukkan nilai-nilai yang
hidup dan ditumbuhkan berdasarkan pengalaman asli budaya bangsa
sendiri.
Pernyataan itu dikemukakan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat.
“Identitas ke-Indonesia-an bukan kategori
warisan kebudayaan mati melainkan akan terus hidup sesuai perjalanan
waktu. Yang selamanya ditopang oleh perkembangan akal budi manusia
Indonesia yang dikenal memiliki kecintaan sangat besar atas kehormatan
bangsa dan negaranya,” ujar Jumhur di Jakarta, Rabu (26/12/2012).
Menurut dia bangsa Indonesia harus
mencermati bahwa modernisasi yang terus berlangsung dapat menjadikan
jiwa gersang jika sekadar dikembangkan melalui budaya rasionalitas Barat
yang kaku. Rasionalitas, kata dia bisa dibumikan dengan budaya setempat
untuk menghasilkan output lebih bagus bagi kemajuan bangsa.
“Upaya bangsa Indonesia belajar dari
Barat bukan untuk meninggalkan budaya yang ada apalagi mengkhianatinya.
Tetapi, warga harus memanfaatkannya untuk mempererat semangat dan
meninggikan unsur-unsur kebudayaan di tanah air,” katanya.
Jumhur tidak setuju jika upaya membangun karakter Indonesia mengabaikan keluhuran budaya suku-suku bangsa Indonesia.
“Sudah seharusnya kita menggali terlebih
dahulu keunggulan budaya dari suku-suku bangsa Indonesia dan kemudian
menjadikan kekuatan gabungannya yang siap menyerap keunggulan budaya
dari perlintasan budaya luar, sehingga akan mewujudkan lebih hebat
karakter Indonesia yang sesungguhnya,” ujarnya.[wan]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar