Di penghujung tahun ini, LSI (Lingkaran
Survei Indonesia), merilis 5 kasus kekerasan horizontal yang dianggap
terburuk di Indonesia. Kurun waktu yang diambil sedari Indonesia
memasuki zaman reformasi hingga kini. Di antara kasus-kasus itu,
diskriminasi terkait agama yang mencapai 65 persen disusul kekerasan
etnis, gender dan orientasi seksual.
Pengelompokan itu diambil dari 5
variable, yaitu jumlah korban, lama konflik, luas konflik, kerugian
material dan frekuensi pemberitaan. LSI merilis ada lima bentrok
terparah di lima wilayah.
Kekerasan tersebut rata-rata
menghilangkan nyawa di atas 10 ribu orang, menyebabkan kerugian
material, dan memunculkan para pengungsi. Meski demikian ada yang
berbeda dari diskriminasi pasca reformasi dibandingkan diskriminasi
dahulu di era orde baru.
“Era reformasi mengubah wajah kekerasan
diskriminasi, dari kekerasan ideologis (terhadap komunisme) menjadi
kekerasan primordial (konflik horisontal akibat perbedaan identitas
sosial),” lanjutnya.
Hal ini diperparah dengan lambannya upaya
pencegahan dan penanganan konflik. Termasuk kebijakan SBY dalam
menanganinya. “Ketidaktegasan SBY dalam melindungi keberagaman ikut
membuat kekerasan primordial memburuk,” tutupnya.
Dari pengumpulan data pada tanggal 14-17
Desember 2012 dengan menggunakan sampling multistage random sampling dan
margin of error 4,8 persen. Disebutkan juga sudah ada 2.398 kekerasan
selama 14 tahun. [Mh]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar