Dalam kehidupan berbangsa yang diisi
dengan berbagai macam perbedan sebagaimana di Indonesia, pola laku
toleransi menjadi hal yang tidak bisa diabasikan. Dengan toleransi,
kehidupan yang damai dalam sebuah perbedaan menjadi mungkin. Sebaliknya
tanpa toleransi, ketegangan antar-kompenen bangsa akan menegang dan
konflik yang dapat bermuara pada perpecahan nantinya menjadi
keniscayaan.
Maka menjadi kewajiban bagi segenap warga
negara untuk mendisseminasikan toleransi ke seluruh penjuru nusantara.
Begitu banyak kawasan di Indonesia yang bisa dikatakan patut menjadi
teladan dalam kehidupan yang bertoleransi. Salah satunya adalah di
Kabupaten Bangka Barat yang tercerminkan pada tata kotanya.
Adalah di sudut kota Muntok, tepatnya di Kampung Tanjung, Kecamatan Muntok, toleransi antarumat beragama itu tampak.
“Yang menarik di sini adalah, Kelenteng
Kong Fuk Miau dibangun tepat bersebelahan dengan masjid tertua di Bangka
Barat, Masjid Jami,” kata penjaga kelenteng, So Chin Siong di Muntok.
So Chin Siong mengatakan, Kelenteng Kong
Fuk Miau dan Masjid Jami telah berdiri berdampingan lebih dari 130
tahun. “Dan selama itulah kami saling mendukung, namun tidak mencampuri
urusan keagamaan masing-masing,” kata So Chin Siong.
Dikatakan So Chin Siong, jika Masjid Jami
sedang melaksanakan ibadah, maka Kelenteng akan rehat dari kegiatannya
dan memberikan kesempatan bagi jemaah masjid untuk melakukan ibaadah.
“Biasanya yang sering bentrok adalah
kegiatan latihan Barongsai dan shalat Jumat, jadi setiap jadwal shalat,
kami rehat dulu,” katanya.
Kelenteng Kong Fuk Miau dibangun oleh
orang-orang China dari suku Kuantang dan Fu Kien yang telah lama menetap
di Muntok sejak 1820, membuatnya menjadi kelenteng pertama di Muntok.
Kompleks Kelenteng terdiri dari tiga buah
bangunan dengan bangunan utama berada di tengah. Bangunan utama
memiliki atap berbentuk pelana, sedangkan komponen lain adalah gapura
utama, pagar keliling, halaman, pagoda dan arca Singa. Setiap pagi dan
sore hari pada pukul lima, So Chin Siong, sang penjaga kelenteng akan
memukul bedug sebanyak 36 kali. [Mh]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar