Dalam pembangunan negara dan bangsa
Indonesia, pemikiran dan strategi kebudayaan yang baik mutlak
diperlukan. Ini dilakukan agar kekanyaan sekaligus juga keberagaman yang
ada di negeri ini tetap harmoni. Gesekan-gesekan sosial, politik dan
kultural dalam proses pembangunan tentu sulit dihindari, meskipun bukan
berarti tidak ada solusi elegan untuk hal tersebut.
Adalah Gus Dur, salah satu guru bangsa
yang berjuang keras menyuburkan kehidupan ber-Indonesia dalam bingkai
harmoni. Visi perjuangannya terutama adalah menjadikan Islam lebih
maslahat bagi semua warga Indonesia.
Namun perjuangannya tidak sekedar
dilakukan dengan pemahaman sempit bahwa Islam harus diformalisasi dan
dintegrasikan dalam seperangkat konstitusi negara. Jauh lebih dari itu,
Gus Dur lebih memprioritaskan semacam kulturalisasi Islam. Suatu proses,
ketika merembernya nilai Islam di seluruh lini kehidupan berbangsa dan
bernegara tanpa harus dengan adanya labelisasi dalam konstitusi.
Pandangan ini merupakan keinsyafan Gus Dur akan berbagai macam
keberagaman dalam tubuh Indonesia.
“Dia memberi inspirasi pemikiran dan
tindakan untuk berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa kenal
lelah,” ujar Habib Ali Assegaf dalam acara “Sarasehan Budaya Mengenang
Tiga Tahun Gus Dur,” Rabu, 26 Desember 2012.
Sastro Ngatawi, Ketua Lesbumi-PBNU
menambahkan bahwa pemikiran dan strategi kebudayaan yang diambil Gus
Dur, kata dia, berdasar pemahaman yang memadai akan tradisi dan sejarah
bangsa. Menurutnya, bagi Gus Dur, kebudayaan apapun tidak masalah, asal
bisa menjadi sarana mengenal semangat dan nilai Islam agar lebih mudah
dipahami dan membumi. [Mh]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar